Height of Fever and Invasive Bacterial Infection
Michelson KA, Neuman MI, Pruitt CM, Desai S, Wang ME, DePorre AG, Leazer RC, Sartori LF, Marble RD, Rooholamini SN, Woll C, Balamuth F, Aronson PL; Febrile Young Infant Research Collaborative. Height of fever and invasive bacterial infection. Arch Dis Child. 2021 Jun;106(6):594-596. doi: 10.1136/archdischild-2019-318548. PMID: 32819913.
Abstrak
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan tinggi demam dengan infeksi bakteri yang invasif (invasive bacterial infection / IBI) pada bayi umur ≤60 hari dengan demam.
Metode : Studi ini melakukan analisis sekunder dari studi kasus-kontrol multisenter pada bayi umur ≤60 hari yang demam dan tidak tampak sakit (non-ill-appearing febrile infants), peneliti membandingkan suhu maksimal (di rumah atau di instalasi gawat darurat) untuk bayi dengan dan tanpa IBI. Peneliti menghitung interval likelihood ratio (iLRS) untuk diagnosis IBI pada setiap interval 0,5°C.
Hasil: Median suhu tubuh lebih tinggi terjadi pada bayi dengan IBI (38,8 C) dibandingkan kelompok tanpa IBI (38,4°C) (p<0,001). Suhu tubuh 39–39,4°C dan 39,5–39,9°C berhubungan dengan likelihood yang tinggi pada IBI (iLR masing-masing 2,49 dan 3,40). Walaupun, 30,4% bayi yang demam dengan IBI memiliki suhu tubuh maksimal di bawah 38,5°C.
Kesimpulan: Meskipun IBI lebih mungkin terjadi dengan suhu yang lebih tinggi, tidak disarankan untuk menggunakan tinggi demam saja sebagai alat stratifikasi risiko bayi.
Ulasan Alomedika
Berbagai studi mengenai pentingnya tinggi suhu tubuh untuk menentukan risiko infeksi bakteri invasif (IBI) telah banyak dilakukan. Pada bayi yang lebih tua (> 60 hari), suhu tubuh merupakan salah satu komponen penting yang berhubungan dengan occult bacteremia.
Saat ini belum ada studi mengenai hubungan suhu tubuh dengan risiko IBI pada bayi muda. Informasi tersebut dapat bermanfaat sebagai alat diagnostik, sehingga pada studi ini dilakukan evaluasi hubungan tinggi suhu tubuh dengan IBI pada bayi ≤60 hari yang demam.
Ulasan Metode Penelitian
Studi ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol yang membandingkan bayi yang memiliki suhu tubuh tinggi dengan dan tanpa IBI. Peneliti melakukan analisis sekunder dari studi kasus-kontrol multisenter pada bayi berusia ≤60 hari dengan suhu tubuh ≥38,0°C yang datang ke 11 departemen gawat darurat tersier antara tahun 2011-2016.
Pada studi ini, IBI, termasuk bakteremia dan meningitis bakteri, ditentukan dengan pemeriksaan urine dan kultur darah atau cairan serebrospinal pada bayi. Tinggi demam didefinisikan dengan suhu tubuh tertinggi yang tercatat dalam 48 jam sebelum kunjungan UGD atau saat di UGD.
Peneliti menentukan median dan kisaran interkuartil suhu tubuh untuk bayi dengan dan tanpa IBI (dengan 95% confidence interval (CI)). Selanjutnya, proporsi, sensitivitas, spesifisitas, dan iLR dari diagnosis IBI juga dicatat pada setiap perbedaan 0,5°C pada suhu tubuh.
Ulasan Hasil Penelitian
Peneliti menemukan bahwa IBI terjadi pada sepertiga bayi dengan suhu tubuh yang tinggi, yaitu ≥39 C. Sementara, 2/3 bayi dengan IBI memiliki suhu tubuh maksimal 39°C. iLR pada bayi dengan IBI juga meningkat seiring dengan peningkatan suhu tubuh bayi.
Interval likelihood pada suhu tubuh didapatkan sebagai berikut:
- Suhu 38,0–38,4°C sebesar 0,60
- Suhu 38,5–38,9°Csebesar 1,0
- Suhu 39,0–39,4°C sebesar 2,49
- Suhu 39,5–39,9°C sebesar 3,40
- Suhu di atas 40°C sebesar 1,39
Area under the curve (AUC) pada semua bayi adalah 0,65. Kemudian sensitivitas pada penggunaan suhu tubuh terhadap IBI, adalah 69,6% pada suhu tubuh 38,5°C. Sensitivitas suhu 39°C sebesar 34,8%. Sensitivitas pada suhu 39,5°C sebesar 10,5%, serta pada suhu 40°C sebesar 3,9%.
Spesifisitas pada suhu 38,5°C adalah sebesar 50,7%. Spesifisitas pada suhu 39°C sebesar 85,5%. Spesifisitas pada suhu 39,5°C sebesar 95,3%, serta pada suhu 40°C sebesar 97,2%.
Kelebihan Penelitian
Hingga saat ini, terdapat berbagai perdebatan yang terjadi tentang kaitan tinggi suhu tubuh saat demam dengan risiko IBI pada bayi berusia di bawah 60 hari. Adanya studi ini dapat menjadi pembaharuan basis medis yang bermanfaat secara klinis. Hasil studi ini dapat digunakan untuk membangun strategi stratifikasi risiko, misalnya dengan menggabungkan tinggi demam dengan hasil urinalisis dan laboratorium.
Limitasi Penelitian
Desain studi kasus-kontrol mengambil data dari ringkasan rekam medis. Hal ini tentunya memiliki potensi inakurasi dokumentasi data yang dapat mempengaruhi kualitas bukti.
Jumlah sampel yang digunakan juga tidak terlalu banyak, yaitu 540 bayi demam, dengan 181 pasien IBI dan 359 pasien tanpa IBI.
Peneliti juga menggunakan metode pengukuran suhu rektal, sehingga hasil studi mungkin tidak dapat diterapkan pada metode pengukuran suhu yang lain.
Aplikasi Penelitian di Indonesia
Hasil studi ini mengindikasikan bahwa IBI lebih sering terjadi pada suhu tubuh bayi yang tinggi. Meski demikian, hasil ini tidak serta merta berarti bahwa suhu tubuh dapat dijadikan alat tunggal untuk memprediksi adanya IBI. Studi lebih lanjut dengan metode prospektif dan jumlah sampel lebih besar masih diperlukan. Hasil studi ini dapat dijadikan basis untuk membuat strategi stratifikasi risiko lebih lanjut.