Efikasi Vaksin HPV dalam Pencegahan Kanker Serviks

Oleh :
dr. Cipta Pramana SpOGK

Salah satu pencegahan primer kanker serviks yang efektif adalah vaksinasi HPV. Vaksin HPV memiliki efektivitas dalam melawan infeksi HPV berulang, genital warts, serta lesi prakanker vagina, vulva, dan anal. Terdapat 2 jenis vaksin HPV, yaitu vaksin bivalen (HPV subtipe 16 dan 18) dan vaksin kuadrivalen (HPV subtipe 16, 18, 6, dan 11). Kedua vaksin ini juga  memiliki perlindungan terhadap HPV jenis lain karena adanya proteksi silang.[1-3]

HPV Penyebab Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan tumor ganas perempuan terbanyak kedua, yang mengancam kesehatan perempuan di dunia. Sekitar 15‒20% kasus kanker disebabkan oleh infeksi virus yang bersifat karsinogenik, di antaranya human papillomavirus (HPV). HPV merupakan virus DNA rantai ganda dari famili Papillomaviridae, yang non-enveloped, dan memiliki genom sekitar 8.000 pasang.[1,4]

Close-up,Hand's,Doctor,Or,Nurses,Are,Vaccination,To,Patient,Using

Virus ini dapat menginfeksi sel epitel, baik kulit maupun mukosa. Terdapat >100 subtipe HPV yang diklasifikasi berdasarkan sifat karsinogenik, yaitu risiko rendah (6, 11, 26, 40, 42, 43, 44, 61, 54, 55, 57, 70, 71, 72, 84), risiko medium (53, 73, 81, 82), dan risiko tinggi  (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68).[4]

Penelitian menunjukan bahwa 99,7% kanker serviks di dunia disebabkan oleh infeksi HPV, di mana 70%-nya  merupakan HPV subtipe 16 dan 18.[1]

Serviks Rentan Terinfeksi HPV

Serviks memiliki sel epitel kolumnar selapis, sedangkan vagina memiliki epitel skuamosa berlapis yang tidak berkeratin. Peralihan sel skuamokolumnar rentan terhadap infeksi HPV risiko tinggi. HPV menginfeksi sel basal epitel yang masuk ke kulit melalui mikroabrasi sel pada kulit atau mukosa.[5]

HPV dapat menyebabkan lesi intraepitel skuamosa lewat infeksi menular seksual. Lesi ini dapat sembuh setelah 6−12 tahun karena proses imunitas tubuh yang melawan infeksi virus. Namun, sebagian kecil lesi akan mengalami proliferasi yang tidak terkendali  hingga berkembang menjadi kanker. Hal ini dipicu oleh infeksi yang berulang.[5,6]

Oleh karena itu, risiko kanker serviks akibat infeksi HPV tinggi pada perempuan yang berhubungan seksual usia muda, memiliki pasangan seksual lebih dari satu, merokok, multiparitas, sosial ekonomi rendah, riwayat penyakit imunodefisiensi seperti HIV, dan infeksi menular seksual.[7,8]

Efikasi Vaksin HPV Sebagai Pencegahan Kanker Serviks

Vaksinasi HPV bertujuan untuk mencegah kanker serviks invasif dengan mencegah infeksi HPV onkogenik. Vaksin HPV 95% efektif dalam mencegah infeksi HPV onkogenik, dan 100% efektif dalam mencegah perkembangan prakanker serviks, terutama jika diberikan sebelum perempuan aktif secara seksual.[1]

Sejak Desember 2019, sebanyak 124 negara dan wilayah telah menerapkan program imunisasi nasional untuk vaksinasi HPV. Prevalensi HPV pada perempuan yang divaksin dan tidak divaksin HPV di berbagai negara memiliki hasil yang serupa.[1,9]

Penelitian di Belanda, yang melibatkan 1.087 perempuan usia 16−22 tahun, menunjukkan efektivitas sebesar 89,9% terhadap HPV subtipe 16 dan 18. Sedangkan penelitian di Skotlandia melaporkan efektivitas vaksin HPV terhadap HPV subtipe 16 dan 18 mencapai 89% pada perempuan usia 12−13 tahun.[9,10]

Penelitian di Swedia menyatakan bahwa perempuan berusia 10−30 tahun yang divaksin HPV kuadrivalen memiliki risiko kanker serviks invasif lebih rendah daripada yang belum divaksin. Insiden kumulatif kanker serviks adalah 47 kasus per 100.000 orang di antara perempuan yang telah divaksin, dan 94 kasus per 100.000 orang pada perempuan yang belum divaksin.[11]

Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa vaksinasi HPV bivalen dapat menurunkan prevalensi HPV subtipe 16 dan 18 sebanyak 82%. Selain itu, ditemukan juga penurunan prevalensi HPV subtype 31, 33, dan 45 sebanyak 48,7%, yang disebabkan oleh proteksi silang.[2]

Efikasi Terkait Dosis Pemberian Vaksin HPV

Pada tahun 2013, Dobson et al meneliti efikasi dosis pemberian vaksin HPV kuadrivalen, dengan melibatkan 830 perempuan berusia 9−13 tahun dan 16−26 tahun yang dibagi menjadi kelompok vaksinasi 2 dosis dan 3 dosis. Penelitian ini kemudian mengamati antibodi pada 0, 7, 18, 24, dan 36 bulan pasca vaksinasi.[12]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi pada kelompok yang divaksin 2 dosis tidak lebih inferior daripada kelompok divaksin 3 dosis. Namun, diperlukan lebih banyak data tentang durasi perlindungan vaksin sebelum jadwal pengurangan dosis dapat direkomendasikan.[12]

Basu et al pada tahun 2021 melaporkan studi kohort untuk membandingkan pemberian 3 dosis, 2 dosis, dan dosis tunggal vaksin HPV kuadrivalen. Luaran yang diteliti adalah perlindungan terhadap infeksi HPV 16 dan 18 persisten pada 10 tahun pasca vaksinasi. Studi melibatkan perempuan belum menikah usia 10−18 tahun pada 9 pusat pelayanan Kesehatan di seluruh India, yang kemudian secara acak diberikan 2 dosis atau 3 dosis vaksin HPV.[13]

Perempuan yang divaksin 3 dosis (0, 2, dan 6 bulan) berjumlah 4.348 orang, 2 dosis (0 dan 6 bulan) berjumlah 4.980 orang, dan dosis tunggal sebanyak 4.949 orang. Efikasi vaksin terhadap infeksi HPV subtipe 16 dan 18 persisten pada kelompok dosis tunggal mencapai 95,4%, kelompok 2 dosis 93,1%, dan kelompok 3 dosis 93,3%. Hasil studi menunjukkan kekuatan pemberian vaksin HPV dosis tunggal, 2 dosis, maupun 3 dosis serupa dalam melindungi infeksi persisten dari HPV subtype 16 dan 18.[13]

Program Vaksinasi HPV di Indonesia

Berdasarkan pusat data dan informasi Kemenkes tahun 2019, kanker serviks menjadi penyumbang terbesar kedua dari seluruh jenis kanker pada perempuan di Indonesia, yaitu sebanyak 19,12% kasus.  Jumlah penderita baru kanker serviks berkisar 90−100 kasus per 100.000 penduduk, di mana setiap tahun terjadi 40.000 kasus kanker serviks. Mortalitas setiap tahun diperkirakan mencapai 9.498 kasus.[14]

Penelitian tahun 2014 melaporkan bahwa subtipe HPV yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah HPV 16, 18, 45, dan 52.[16]

Program pencegahan kanker serviks Nasional telah dimulai sejak April 2015. Kemudian pada tahun 2022, vaksin HPV ditambahkan oleh Kemenkes ke jadwal vaksinasi rutin, dan diberikan secara gratis pada anak usia <13 tahun.[3,15]

Vaksin HPV bivalen diindikasikan untuk anak perempuan dan perempuan dewasa usia 9−25 tahun. Sementara itu, vaksin HPV kuadrivalen diindikasikan untuk perempuan usia 9−45 tahun, dan laki-laki usia 9−26 tahun karena  dapat mencegah genital warts atau kondiloma akuminata yang disebabkan oleh HPV subtipe 6 dan 11.[3,15]

Pemberian vaksin adalah 2 dosis (0 dan 6 bulan) pada individu usia 9−13 tahun, sedangkan individu usia >13 tahun harus diberikan 3 dosis (0, 2, dan 6 bulan). HPV kuadrivalen efektif melawan genital warts yang disebabkan oleh HPV subtipe 6 dan 11, lesi prakanker vagina, vulva, dan anal, serta infeksi HPV berulang maupun persisten.[3]

Kesimpulan

Vaksin HPV terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV dan perubahan lesi prakanker. Vaksin HPV yang tersedia saat ini adalah bivalen (HPV subtipe 16 dan 18) dan vaksin kuadrivalen (HPV subtipe 16, 18, 6, dan 11). Terdapat >100 subtipe HPV, di mana yang berisiko tinggi onkogenik di antaranya subtipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, dan 68. Di Indonesia sendiri, HPV yang paling sering ditemukan adalah subtipe 16, 18, 45, dan 52.

Berbagai penelitian menunjukan bahwa perempuan yang telah divaksin HPV memiliki risiko kanker serviks invasif yang lebih rendah daripada perempuan yang belum menerima vaksin. Vaksin HPV kuadrivalen, selain dapat mencegah  lesi prakanker vagina, vulva, dan anal, juga efektif mencegah genital warts, sehingga direkomendasikan untuk laki-laki dewasa muda. Vaksinasi HPV diketahui menimbulkan proteksi silang, di mana suatu penelitian menunjukkan bahwa vaksin bivalen juga menurunkan prevalensi HPV subtipe 31, 33, dan 45.

Terkait efikasi dosis pemberian, Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan vaksinasi HPV 2 dosis (0 dan 6 bulan) untuk individu usia 9−13 tahun, dan 3 dosis (0, 2, dan 6 bulan) untuk individu usia >13 tahun. Walaupun penelitian tahun 2021 membuktikan bahwa efikasi vaksin selama 10 tahun sama antara pemberian dosis tunggal, 2 dosis, dan 3 dosis. Pemberian vaksin ini pada usia pra-remaja secara signifikan dapat mengurangi angka kejadian kanker serviks.

Referensi