Operasi perbaikan hernia inguinalis dapat dilakukan dengan menggunakan mesh (jaring) atau tanpa menggunakan mesh. Prosedur yang melibatkan mesh dikenal juga sebagai hernioplasti, sedangkan prosedur yang tidak melibatkan mesh dikenal juga sebagai herniorafi. Kelebihan dan kekurangan kedua metode ini telah banyak dipelajari dalam berbagai uji klinis.
Hernia adalah penonjolan suatu organ atau bagian dari organ dalam tubuh melalui dinding tubuh yang biasanya menahan organ tersebut. Hernia inguinalis merupakan salah satu hernia dinding perut yang sangat umum terjadi, yakni dengan prevalensi sebesar 27% pada pria dan 3% pada wanita.[1,2]
Terapi definitif untuk semua hernia adalah pembedahan. Secara global, sekitar satu juta mesh digunakan per tahun untuk perbaikan hernia inguinalis. Namun, terlepas dari hasil yang baik dari operasi perbaikan hernia inguinalis dengan mesh, penggunaan mesh masih belum menjadi praktik standar bagi semua ahli bedah, terutama di negara dengan penghasilan rendah.[3-6]
Operasi Perbaikan Hernia Inguinalis dengan Mesh
Mesh yang digunakan untuk perbaikan hernia inguinalis biasanya terbuat dari bahan polimer sintetis, misalnya polipropilen yang inert dan tidak menyebabkan inflamasi abnormal. Mesh dapat digunakan untuk menutup defek hernia dan menguatkan fascia dinding abdomen yang lemah. Mesh yang ideal memiliki ciri ringan dan fleksibel.
Prinsip perbaikan hernia inguinalis dengan mesh adalah penutupan defek hernia dengan menempatkan jaring pada salah satu lapisan dinding perut, baik melalui bedah terbuka atau teknik laparoskopi. Pendekatan bedah terbuka dapat dilakukan dari anterior maupun posterior, sedangkan teknik laparoskopi dilakukan dari posterior.[7-9]
Perbaikan hernia inguinalis dengan mesh menurunkan risiko rekurensi dan risiko nyeri kronik pascaoperasi. Namun, mesh tentu membutuhkan biaya tambahan dan tidak selalu tersedia, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas.[6,10]
Untuk mengurangi risiko nyeri kronik akibat fibrosis berlebihan dari mesh berbahan sintetik, mesh biomaterial telah dirancang agar menimbulkan reaksi radang seminimal mungkin. Namun, mesh biomaterial ini juga memiliki kekurangan, yaitu kekuatan yang terbentuk kurang karena ada proses remodelling. Selain itu, harganya juga lebih mahal daripada mesh sintetis polipropilen yang umum digunakan.[11]
Suatu studi oleh Yang et al. membandingkan penggunaan mesh alternatif (terbuat dari mosquito net yang dipotong dan disterilisasi) dengan penggunaan mesh komersial yang biasanya. Studi ini menemukan bahwa mesh alternatif ini memiliki efektivitas yang hampir sama dengan mesh komersial, tetapi memiliki biaya jauh lebih rendah sehingga dapat digunakan di negara bersumber daya terbatas seperti di Afrika.[6]
Operasi Perbaikan Hernia Inguinalis Tanpa Mesh
Beberapa teknik operasi yang telah dikembangkan adalah teknik Bassini, Shouldice, dan McVay. Teknik Shouldice merupakan teknik jahitan tanpa mesh yang cukup banyak disukai, yang melibatkan rekonstruksi empat lapis fascia transversalis. Alternatif untuk teknik Shouldice adalah teknik Bassini, di mana tepi defek hernia dijahit kembali dengan menimbulkan tegangan. Teknik McVay merupakan yang paling jarang digunakan.[7,9]
Perbaikan hernia inguinalis tanpa mesh memiliki kekurangan berupa adanya tegangan jahitan. Ketegangan jahitan pada fascia yang lemah dianggap sebagai salah satu faktor utama kegagalan perbaikan dan rekurensi hernia. Namun, perbaikan hernia inguinalis tanpa mesh memiliki kelebihan, yaitu biaya operasi yang relatif lebih murah sehingga lebih banyak digunakan di negara dengan sumber daya terbatas.[7]
Saat ini telah dirancang teknik penjahitan terbaru oleh Desarda, yaitu perbaikan hernia inguinalis tanpa penggunaan benda asing seperti mesh dan benang yang tidak diserap oleh tubuh. Pada teknik ini, bagian dari aponeurosis oblikus eksternus dijahit di antara ligamentum inguinalis dan lengkung otot untuk membentuk dinding posterior baru dengan jahitan kontinu yang dapat diserap.
Teknik ini tidak menggunakan benda asing dan hanya memiliki komplikasi minimal, serta tidak menimbulkan rekurensi maupun nyeri kronik. Namun, karena teknik ini masih baru, kajian lebih lanjut masih diperlukan.[12]
Perbandingan Perbaikan Hernia Inguinalis dengan Mesh dan Tanpa Mesh
Sebuah meta analisis yang membandingkan tingkat rekurensi hernia inguinalis dan nyeri kronik pascaoperasi antara kedua metode melaporkan bahwa rekurensi lebih rendah pada kelompok mesh (OR 0.43, 95% CI 0.34-0.55; P <.001). Selain itu, nyeri kronik juga dilaporkan lebih rendah pada kelompok mesh (OR 0,36, 95% CI 0,29-0,46; P <0,001).[13]
Lockhart et al. juga melakukan meta analisis untuk mengevaluasi manfaat dan risiko kedua teknik tersebut. Pada 21 studi dengan 5.575 peserta, didapatkan hasil bahwa perbaikan dengan mesh mungkin mengurangi risiko rekurensi hernia dibandingkan perbaikan tanpa mesh (RR 0,46, 95% CI 0,26 hingga 0,80, I2 = 44%). Komplikasi berupa cedera neurovaskular dan viseral lebih sering terjadi pada kelompok perbaikan tanpa mesh (RR 0,61, 95% CI 0,49 hingga 0,76, I2 = 0%, NNTB = 22).
Pada 20 studi dengan 4.540 peserta, infeksi luka operasi dilaporkan sedikit lebih sering terjadi pada kelompok mesh (RR 1.29, 95% CI 0.89 hingga 1.86, I2 = 0%, NNTB = 200). Sementara itu, pada 15 studi dengan 3.773 peserta, perbaikan dengan mesh tampak mengurangi risiko hematoma dibandingkan perbaikan tanpa mesh (RR 0.88, 95% CI 0.68 hingga 1.13, I2 = 0%, NNTB = 143).
Untuk luaran seroma, 14 studi dengan 2.640 peserta melaporkan bahwa seroma terjadi lebih sering pada perbaikan dengan mesh daripada tanpa mesh (RR 1.63, 95% CI 1.03 hingga 2.59, I2 = 0%, NNTB = 72). Nyeri pascaoperasi dan nyeri kronik tidak dapat dibandingkan karena ada variasi dalam metode pengukuran dan waktu tindak lanjut dari berbagai studi yang ada.
Untuk luaran durasi rawat inap, 12 studi dengan 2.966 peserta melaporkan bahwa masa rawat inap lebih singkat 0,6 hari pada kelompok mesh (95% CI -0,86 hingga -0,34, I2 = 98%). Sebanyak 10 studi dengan 3.183 peserta juga melaporkan bahwa kelompok mesh dapat kembali ke aktivitas normal rata-rata 2,87 hari lebih cepat daripada kelompok tanpa mesh (95% CI -4,42 hingga -1,32, I2 = 96%).[7]
Suatu studi di China pada tahun 2010 juga membandingkan biaya operasi dengan mesh dan tanpa mesh (secara Bassini). Hasil menunjukkan bahwa biaya operasi tanpa mesh lebih murah daripada dengan mesh (4518.0±510 yuan pada kelompok tanpa mesh dibanding 6221.3±578 yuan pada kelompok dengan mesh). Studi lain di India juga menyimpulkan bahwa biaya operasi dengan mesh lebih mahal.[14,15]
Meta analisa Sæter et al. pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara hasil luaran klinis infeksi pada lokasi pembedahan dalam 30 hari, mortalitas dalam 30 hari, dan rekurensi hernia dalam waktu 1 tahun. Sæter et al. juga menyebutkan bahwa studi-studi yang dianalisis tergolong sebagai studi dengan populasi kecil dan bukti ilmiahnya rendah.[16]
Kesimpulan
Operasi perbaikan hernia inguinalis dapat dilakukan dengan mesh atau tanpa mesh. Keduanya sama-sama merupakan metode yang efektif untuk mengatasi hernia dan memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing.
Perbaikan dengan mesh mungkin mengurangi tingkat rekurensi hernia dan mengurangi risiko cedera viseral serta neurovaskular sehingga lebih dipilih oleh ahli bedah. Selain itu, perbaikan dengan mesh dapat menurunkan durasi rawat di rumah sakit dan waktu untuk kembali ke aktivitas kehidupan sehari-hari.
Perbaikan tanpa mesh masih lebih disukai di negara-negara bersumber daya terbatas karena biaya yang dibutuhkan lebih rendah dan tidak terkendala oleh tidak tersedianya mesh. Namun, hal ini mungkin tidak sepenuhnya benar bila mempertimbangkan biaya keseluruhan karena tingkat rekurensi hernia dan durasi hospitalisasi lebih tinggi pada perbaikan tanpa mesh. Alternatif mesh dari mosquito net mungkin dapat membantu mengurangi beban biaya di negara bersumber daya terbatas.[6,7]