Penggunaan obat mata topikal pada anak-anak, seperti tetes atau salep mata, perlu dilakukan dengan hati-hati. Hal ini karena rute pemberiannya masih memungkinkan absorpsi sistemik yang menimbulkan efek samping pada anak. Selain itu, cara aplikasi obat mata topikal yang tepat juga perlu diketahui oleh dokter agar dokter dapat menghindari kontaminasi obat, mengoptimalkan kinerja obat, dan mengedukasi pengasuh anak dengan benar.
Umumnya, obat topikal untuk penyakit mata tersedia dalam sediaan tetes mata dan salep mata. Namun, berbeda dengan kemasan obat lain, sediaan obat mata topikal biasanya tidak dibedakan antara obat untuk orang dewasa atau anak. Hal ini membuat pengaturan dosis obat topikal mata untuk anak menjadi lebih sulit.
Absorpsi sistemik dapat terjadi melalui konjungtiva, orofaring, saluran cerna, dan kulit (yang terjadi akibat overflow dari mata). Absorpsi sistemik ini berisiko pada bayi karena dapat menimbulkan efek samping akibat peningkatan kadar obat bebas dalam darah. Hal ini terutama terjadi karena metabolisme yang belum sempurna pada bayi.[1-3]
Bermacam Obat Mata Topikal yang Umum Digunakan
Golongan obat mata topikal yang umum digunakan adalah antibiotik, antijamur, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), steroid, dan kombinasi antibiotik dengan steroid. Selain itu, tersedia juga antiglaukoma, midriatikum, antialergi, dan lubrikan mata.[1,2,4]
Obat mata yang sering diresepkan pada anak adalah obat tetes dan salep untuk penyakit infeksi, alergi, dan inflamasi, misalnya konjungtivitis dan blefaritis. Menurut studi, banyak obat mata topikal masih tidak menyediakan informasi penggunaan pada anak-anak. Selain itu, keamanan dan efikasi obat tetes mata yang tersedia juga belum banyak diteliti pada pasien anak. Hal ini menyebabkan informasi mengenai penggunaan obat (terutama pada anak usia <2 tahun) sangat terbatas.
Mayoritas obat hanya mencantumkan disclaimer bahwa keamanan dan efektifitas pada pasien anak belum ada. Akibatnya, dokter terkadang harus meresepkan obat-obatan topikal mata secara off-label.[1,2,6]
Anjuran Pemberian Antibiotik Topikal Mata pada Anak
Obat tetes mata antibiotik yang mengandung polymyxin B dan tobramycin (untuk konjungtivitis bakteri) baru dapat diberikan pada anak berusia >2 bulan. Sementara itu, golongan kuinolon topikal rata-rata baru dapat diberikan pada anak berusia >1 tahun. Contoh adalah ciprofloxacin 0,3%, ofloxacin 0,3%, levofloxacin 0,5%, dan gatifloxacin 0,3%. Namun, moxifloxacin 0,5% dapat diberikan pada anak usia >4 bulan.
Obat tetes mata yang berupa kombinasi antibiotik dan steroid baru dapat diberikan pada anak berusia >2 tahun. Sementara itu, untuk pasien neonatus yang mengalami konjungtivitis bakterial akut, obat tetes berupa fusidic acid 1% yang diberikan 2 kali/hari atau chloramphenicol 0,5% yang diberikan 6 kali/hari bisa dipilih. Keduanya dilaporkan memiliki efektivitas yang mirip.[1,2,4,7]
Anjuran Pemberian Obat Topikal Mata yang Lain pada Anak
Obat tetes mata antialergi yang mengandung olopatadin 0,1% baru dapat diberikan pada anak berusia >2 tahun. Sementara itu, obat yang mengandung cromolyn sodium 4% baru dapat diberikan pada usia >4 tahun.
Obat tetes yang mengandung zat vasokonstriktor seperti naphazoline, tetrahydrozoline HCl 0,05%, oxymetazoline HCl 0,25%, dan phenylephrine termasuk dalam golongan dekongestan. Golongan ini dianjurkan untuk dihindari pada anak berusia <6 tahun. Penggunaan obat ini pada anak usia 6–12 tahun pun memerlukan proses pengawasan ketat.[1,2,4]
Hal yang Perlu Diperhatikan saat Meresepkan Obat Mata Topikal untuk Anak
Anak-anak, terutama bayi, umumnya mengalami peningkatan absorpsi sistemik. Untuk menurunkan absorpsi sistemik, dokter perlu menggunakan dosis terapeutik efektif yang terendah. Pengurangan dosis pada anak (terutama bayi) diperlukan untuk menghindari peningkatan kadar obat bebas dalam darah.
Pengaturan dosis obat mata topikal untuk anak bersifat kompleks, yakni didasarkan pada berat badan, luas permukaan, dan metabolisme. Suatu model farmakokinetik pernah menyarankan perhitungan dosis pilokarpin berdasarkan volume aqueous humor. Menurut estimasi, anak usia <2 tahun dapat menggunakan setengah dosis orang dewasa, sedangkan anak usia 3 tahun dapat menggunakan 2/3 dosis orang dewasa. Anak usia >3 tahun bisa menggunakan dosis yang sama dengan orang dewasa.
Akan tetapi, saat ini belum ada data yang sufisien mengenai jenis obat mata topikal apa saja (selain antiglaukoma) yang dapat diberikan berdasarkan estimasi tersebut. Untuk mengurangi dosis, obat tetes tidak didilusi melainkan dikurangi volumenya dari volume orang dewasa dengan estimasi bahwa 1 mL setara dengan 20 tetes.
Gunakan sediaan obat mata dengan absorpsi sistemik yang paling rendah, contohnya sediaan salep atau gel dibandingkan dengan sediaan cair. Selain itu, pantau terus ada tidaknya efek samping lokal maupun sistemik yang mungkin terjadi.[1,2,8]
Edukasi Sebelum Mengaplikasikan Obat Mata pada Anak
Dokter perlu menjelaskan cara menggunakan obat topikal mata yang tepat pada orang tua. Setiap hendak meneteskan obat, pemberi obat harus memastikan bahwa obat sudah sesuai dan benar merupakan obat topikal yang ditujukan untuk penggunaan di mata. Selain itu, periksa juga tanggal kedaluwarsa.
Orang tua sebaiknya diedukasi tentang prinsip-prinsip berikut:
- Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah meneteskan obat mata
- Pastikan cahaya di ruangan cukup terang ketika memberikan obat
- Bila anak sudah bisa diajak berkomunikasi, jelaskan kepada anak bahwa obat perlu diteteskan di mata untuk menyembuhkan matanya. Setelah diteteskan, mata mungkin terasa buram sesaat tetapi anak diminta tidak perlu khawatir karena efek ini hanya bersifat sementara
Penting sekali membina kepercayaan orang tua dan pasien. Beberapa obat tetes mata memiliki efek pedih di mata. Jelaskan hal ini kepada orang tua, sehingga mereka dapat mengantisipasi. Obat tetes mata dan salep mata bisa digunakan dalam jangka waktu 28 hari setelah botolnya dibuka. Bila sudah pernah dibuka >28 hari, sebaiknya obat tetes atau salep mata tersebut dibuang (tidak digunakan).[3,5]
Cara Aplikasi Obat Topikal Mata pada Anak
Setelah edukasi dan persiapan selesai dilakukan, dokter dapat mengajarkan orang tua langkah-langkah aplikasi obat mata topikal pada anak.
Pembersihan Mata
Pertama-tama, pastikan mata yang akan diberikan obat dalam keadaan bersih. Cara membersihkan mata adalah dengan menggunakan tisu atau cotton swab atau kain bersih yang sudah dicelupkan ke dalam air matang yang sudah didinginkan. Bersihkan mata atau kotoran mata dari kantus medial ke lateral. Gunakan kain atau cotton swab atau tisu hanya sekali.
Penetesan Obat
Untuk anak yang berusia lebih tua, minta anak untuk melihat ke arah atas lalu tarik kelopak mata bagian bawahnya hingga terbentuk kantung. Setelah itu, teteskan obat ke dalam kantung mata tersebut.
Bila anak tidak kooperatif atau bila anak masih terlalu muda untuk mengikuti instruksi, orang tua dapat membedong anak dan meneteskan obat mata hanya 1 tetes ke dalam kantung konjungtiva palpebra. Alternatif lain adalah dengan membuka kelopak mata atas dan bawah secara bersamaan dengan anak posisi tidur (supine), lalu meneteskan obat mata dengan segera.
Minta orang tua untuk berhati-hati agar tidak menekan bola mata. Bila anak menutup mata, teteskan obat 1–2 tetes di kantus medial pada keadaan mata tertutup. Saat anak membuka mata, cairan obat tetes akan masuk ke dalam mata.
Ujung mulut botol obat tidak boleh menyentuh mata. Setelah berhasil meneteskan obat ke dalam kantung mata, minta anak untuk menutup mata. Usap bila ada obat tetes yang mengalir ke arah pipi menggunakan tisu atau kain bersih.
Prosedur Setelah Penetesan Obat
Setelah meneteskan obat mata, usahakan mata tetap tertutup selama 5 detik atau lebih supaya obat tidak terbuang. Lakukan oklusi punctum lakrimal menggunakan jari telunjuk selama 3–4 menit setelah obat tetes diberikan. Hal ini dapat memperlambat absorpsi sistemik dan menurunkan toksisitas sebanyak 40%. Jika oklusi punctum lakrimal tidak dilakukan, sekitar 90% obat dapat diserap melalui mukosa hidung.
Informasi Tambahan terkait Aplikasi Obat
Bila pemberi obat yakin obat tetes tidak berhasil masuk, tetesan boleh diulangi 1 kali lagi tetapi tidak boleh diulangi lebih dari 1 kali. Bila ada >1 obat mata yang digunakan (tetes mata ataupun salep), beri jeda waktu 3–5 menit antara tiap pemberian obat. Pemberian salep dilakukan paling terakhir.
Penggunaan obat tetes mata sebaiknya personal dan tidak berbagi dengan orang lain, terutama pada kasus infeksi. Selain itu, pada kasus infeksi, obat tetes mata kanan dan kiri sebaiknya dipisahkan.[3,5]
Kesimpulan
Penggunaan obat mata topikal pada anak-anak harus didasarkan pada pertimbangan risiko dan manfaat yang matang. Hal ini dikarenakan pemberian obat mata topikal masih memiliki risiko absorpsi sistemik. Dokter perlu memonitor pasien selama dan setelah aplikasi obat untuk mendeteksi ada tidaknya efek samping.
Bila aplikasi obat akan dilakukan oleh orang tua pasien, berikan edukasi mengenai cara meneteskan obat mata pada anak untuk mengoptimalkan manfaat dan meminimalkan risiko efek samping yang dapat terjadi.