Differential Outcomes of Placebo Treatment Across 9 Psychiatric Disorders A Systematic Review and Meta-Analysis
Bschor T, Nagel L, Unger J, Schwarzer G, Baethge C. Differential Outcomes of Placebo Treatment Across 9 Psychiatric Disorders: A Systematic Review and Meta-Analysis. JAMA Psychiatry. 2024 Aug 1;81(8):757-768. PMID: 38809560.
Abstrak
Kepentingan: Plasebo merupakan satu-satunya zat yang digunakan secara sistematis pada beberapa diagnosis gangguan psikiatri. Namun, belum ada suatu perbandingan yang menyeluruh secara lintas diagnosis.
Tujuan: Untuk membandingkan perubahan pada kelompok plasebo dalam uji klinis acak pada berbagai spektrum gangguan psikiatri dalam populasi dewasa.
Sumber Data: Penelusuran sistematis MEDLINE dan Cochrane Database of Systematic Reviews pada bulan Maret 2022 untuk menemukan tinjauan sistematis berkualitas tinggi dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, khususnya pada 9 diagnosis utama gangguan psikiatri.
Pemilihan Studi: Dari tinjauan yang ada, 10 uji klinis acak dengan kontrol plasebo yang terbaru dan berkualitas tertinggi (risiko bias terendah menurut Cochrane Risk of Bias Tool) dipilih per diagnosis (total 90 uji klinis acak). Pemilihan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
Ekstraksi dan Sintesis Data: Sesuai dengan Cochrane Handbook, dua penulis secara independen melakukan pencarian studi, pemilihan, dan ekstraksi data. Perbandingan lintas diagnosis didasarkan pada ukuran efek standar pre-post (rata-rata perubahan dibagi dengan standar deviasinya) untuk setiap kelompok plasebo. Studi ini dilaporkan sesuai dengan pedoman pelaporan meta-analisis dari studi observasional epidemiologi.
Tujuan dan Pengukuran: Tujuan yang didapatkan adalah pooled pre-post placebo effect sizes (dav) dengan tingkat kepercayaan 95% pada setiap diagnosis ditentukan melalui random-effects meta-analyses. Uji Q digunakan untuk menilai signifikansi statistik dari perbedaan antar diagnosis. Heterogenitas dan efek studi berskala kecil dievaluasi sesuai kebutuhan yang ada
Hasil: Sebanyak 90 uji klinis acak (randomized controlled trial) yang melibatkan 9985 subjek yang mendapatkan plasebo diikutsertakan dalam analisis. Tingkat keparahan gejala membaik dengan pemberian plasebo pada semua diagnosis. Ukuran efek plasebo yang diolah bersama-sama (pre-post) berbeda antar diagnosis (Q= 88,5; df=8; P<.001), dengan gangguan depresi mayor (dav= 1,40; CI 95%, 1,24-1,56) dan gangguan kecemasan umum (dav=1,23; CI 95%, 1,06-1,41) menunjukkan nilai dav terbesar.
Gangguan panik, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), post-traumatic stress disorder (PTSD), fobia sosial, dan mania menunjukkan nilai dav antara 0,68 dan 0,92, diikuti oleh obsessive compulsive disorder (OCD) (dav= 0,65; CI 95%, 0,51-0,78) dan skizofrenia (dav= 0,59; CI 95% 0,41-0,76).
Kesimpulan: Tinjauan sistematis dan meta-analisis ini menemukan bahwa perbaikan gejala dengan terapi plasebo terjadi secara signifikan pada semua kondisi meskipun ada variasi antara 9 diagnosis. Temuan ini membantu menilai kebutuhan dan justifikasi etik kontrol plasebo, mengevaluasi efek terapi plasebo dalam studi tanpa kontrol, dan membimbing pasien dalam keputusan terapi. Temuan ini mungkin mencakup efek plasebo yang sebenarnya, perjalanan alami penyakit, dan efek nonspesifik.[1]
Ulasan Alomedika
Penggunaan plasebo pada penelitian kedokteran mengarah pada pemberian tindakan medis dan/atau obat plasebo, yang dibandingkan efektivitas dan keamanannya dengan kelompok perlakuan. Hal ini juga berlaku dalam penelitian psikiatri.[2]
Pemberian plasebo dalam penelitian psikiatri mungkin menunjukkan efek positif yang mengarah pada perbaikan gejala, yang bisa dipengaruhi oleh mekanisme neurobiologis akibat perubahan metabolisme daerah kortikal dan paralimbik (khususnya pada kasus depresi), profil biologis atau tingkat keparahan gejala gangguan jiwa yang dialami, faktor penerimaan diri terhadap gangguan jiwa, dan berbagai faktor lain.[2,3]
Namun, meskipun terapi plasebo menunjukkan efek positif dalam beberapa studi, effect sizes antar studi masih berbeda. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan metode pengukuran objektif maupun subjektif, ukuran sampel, sumber dan tahun studi yang dilibatkan, dan kriteria eksklusi serta inklusi yang variatif.[4-6]
Tinjauan sistematis dan meta-analisis ini bertujuan untuk membandingkan efek terapi plasebo secara lintas diagnosis pada 9 gangguan psikiatri, dengan melibatkan uji klinis acak yang terbaru dan berkualitas tertinggi menurut Cochrane.[1]
Ulasan Metode Penelitian
Studi ini membandingkan perubahan pada kelompok plasebo yang dikhususkan pada 9 gangguan psikiatri, yang mencakup: depresi, gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, ADHD, PTSD, fobia sosial, mania, OCD, dan skizofrenia.[1]
Data merupakan uji klinis acak yang diperoleh dari MEDLINE dan Cochrane Database of Systematic Reviews pada bulan Maret 2022. Peneliti mengkhususkan pada evaluasi signifikansi statistik dari perbedaan antar diagnosis, heterogenitas, dan efek studi.[1]
Ulasan Hasil Penelitian
Penelitian ini melibatkan 9985 subjek yang mendapatkan terapi plasebo dengan hasil perbaikan gejala pada semua jenis diagnosis. Evaluasi dilakukan pre-post dan tampak ada variasi yang signifikan antar kelompok diagnosis. Subjek dengan gangguan depresi (dav= 1,40) dan gangguan cemas menyeluruh (dav=1,23) memiliki nilai dav terbesar yang berarti bahwa pasien kedua gangguan tersebut mengalami efek plasebo lebih kuat daripada pasien gangguan lainnya.[1]
Efek plasebo juga tampak pada gangguan panik, ADHD, PTSD, fobia sosial, dan mania (dav antara 0,68 dan 0,92), tetapi tidak sekuat pada depresi mayor dan gangguan cemas menyeluruh. Efek plasebo yang terendah tampak pada kelompok OCD (dav= 0,65) dan skizofrenia (dav= 0,59).[1]
Kelebihan Penelitian
Studi ini merupakan tinjauan sistematis dan meta-analisis yang fokus mengeksplorasi efek pemberian plasebo pada gangguan psikiatri. Hal ini sering kali tidak menjadi fokus para peneliti klinis yang cenderung melakukan eksplorasi terhadap hasil perlakuan saja. Uji-uji klinis yang dilibatkan dalam analisis ini juga telah diseleksi agar berkualitas tinggi dan berisiko bias rendah menurut Cochrane Risk of Bias Tool.
Limitasi Penelitian
Studi ini tidak membandingkan grup plasebo dengan grup kontrol non-plasebo sehingga tidak bisa memastikan apakah efek positif yang didapatkan memang merupakan efek plasebo yang sesungguhnya atau merupakan efek perjalanan alami penyakit yang membaik seiring waktu.
Selain itu, efek positif yang dialami partisipan dalam masing-masing grup diagnosis sangat variatif, yang mengisyaratkan adanya hal-hal lain yang berperan penting selain efek terapi yang telah didapatkan, misalnya mekanisme aksi-reaksi, psikopatologi, dan kerentanan biopsikososial.
Aplikasi Hasil Penelitian
Hasil studi ini menunjukkan bahwa terapi plasebo dapat memberikan efek positif pada gangguan psikiatri. Namun, hasil belum bisa diterapkan secara universal karena masih bervariasi antar diagnosis. Selain itu, studi lebih lanjut yang membandingkan plasebo dengan kontrol non-plasebo masih diperlukan untuk mengonfirmasi apakah efek positif yang didapatkan merupakan efek terapi plasebo yang sesungguhnya atau merupakan efek perjalanan alami penyakit.
Pemberian plasebo dalam tata laksana psikiatri baik dalam terapi obat maupun terapi intervensi (psikoterapi, psikoedukasi, konseling) memerlukan pertimbangan aspek etis yang matang.[7]
Klinisi perlu mempertimbangkan efek samping, risiko tidak ada efek, hingga perburukan gejala yang mungkin dialami pasien. Pertimbangan harus disesuaikan case-by-case. Contohnya, pada kasus depresi dan cemas yang diberikan terapi terstandar seperti psikoterapi suportif atau terapi kognitif perilaku, plasebo mungkin dipertimbangkan. Namun, pada kasus seperti skizofrenia, pemberian plasebo (kapsul kosong) sebagai pengganti antipsikotik bisa berisiko rekurensi dan perburukan kondisi pasien, sehingga mutlak dihindari.