Penggunaan formula hipoalergenik berupa formula asam amino pada bayi dengan alergi susu sapi berat yang tidak mendapat ASI eksklusif dapat memperbaiki pertumbuhan, fungsi lapisan usus, dan mencegah komplikasi gastrointestinal.
Alergi susu sapi merupakan suatu kondisi alergi makanan yang sering ditemukan pada bayi sebagai respons dari reaksi imunologis abnormal terhadap protein susu sapi. Alergi susu sapi biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE. Alergi susu sapi terjadi pada 2-7,5% populasi anak anak di dunia, dan mungkin terjadi pada 0,5% bayi yang mendapat ASI eksklusif. [1-3]
Alergi susu sapi ditandai dengan berbagai tanda dan gejala yang umumnya terjadi pada tiga sistem organ sebagai berikut:
- Kulit: angioedema, dermatitis atopik
- Gastrointestinal: regurgitasi berulang, muntah, diare, konstipasi, atau kolik yang persisten selama lebih dari 3 jam per minggu atau lebih dari tiga minggu
- Pernapasan: wheezing
Alergi susu sapi berat juga dapat mengakibatkan gagal tumbuh, anemia defisiensi besi akibat perdarahan, hipoalbuminemia akibat enteropati, sampai syok anafilaksis. [1-3]
Mekanisme Alergi Susu Sapi
Terdapat dua mekanisme dasar alergi susu sapi, yaitu reaksi IgE dan reaksi non-IgE.
Reaksi Imunoglobulin E
Reaksi IgE disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh sistem imun. Reaksi IgE terjadi melalui dua tahap, yaitu sensitisasi dan aktivasi. Pada tahap sensitisasi, sistem imun teraktivasi secara abnormal, sehingga muncul antibodi IgE yang melawan protein susu sapi.
Antibodi tersebut akan berikatan dengan sel mast dan basofil sehingga menstimulasi fase kedua, yaitu fase aktivasi. Fase aktivasi terjadi ketika sel mast berikatan dengan epitop alergen dari protein susu sapi dan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi untuk reaksi alergi. [1,2]
Alergen protein susu sapi kemudian akan diproses dan diekspresikan oleh Antigen Presenting Cells (APC). APC akan berinteraksi dengan limfosit T dan menyebabkan modulasi dan aktivasi limfosit B. Adanya interaksi antara alergen pada sel mast atau basofil dengan antibodi IgE menyebabkan degranulasi dan rilisnya histamine dan mediator inflamasi lainnya. [1,2]
Reaksi Nonimunoglobulin E
Mekanisme alergi susu sapi melalui reaksi non-IgE terjadi ketika antigen protein melewati barrier epithelial mukosa usus melalui transitosis. protein akan berdifusi masuk ke dalam lapisan epitelial dan menyebabkan aktivasi sitokin proinflamasi. Hal ini dapat menyebabkan induksi antibodi IgG dan kompleks imun. Alergi susu sapi dapat mengakibatkan reaksi alergi secara imunologi, namun tidak dimediasi oleh IgE.
Pilihan Susu Pengganti pada Anak yang Tidak Mendapat ASI Eksklusif dengan Alergi Susu Sapi
Penatalaksanaan bayi dengan alergi susu sapi adalah menghindari susu sapi dan menggunakan alternatif susu lain. Pada bayi yang masih mengonsumsi ASI, ibu harus merestriksi susu sapi atau produk susu dari dietnya.
Susu pengganti untuk anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan alergi susu sapi terdiri dari susu formula hidrolisat ekstensif, formula asam amino, dan formula isolat protein kedelai.
Susu formula hidrolisat ekstensif merupakan alternatif susu lini pertama pada alergi susu sapi ringan-sedang yang direkomendasikan pada alergi susu sapi ringan-sedang yang direkomendasikan pada alergi susu sapi ringan-sedang tanpa risiko tinggi anafilaksis.
Susu formula hidrolisat ekstensif memiliki kelebihan berupa harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan formula asam amino. Akan tetapi, di Indonesia, harga antara susu formula hidrolisat ekstensif dan formula asam amino relatif sama.
Pada penggunaan susu formula hidrolisat ekstensif, asupan susu bayi bisa tidak mencapai kuantitas yang seharusnya dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi tersebut.
Formula isolat protein kedelai merupakan alternatif susu pengganti pada anak alergi susu sapi yang memiliki biaya yang cukup murah serta palatabilitas yang lebih baik dari susu formula hidrolisat ekstensif.
Formula Asam Amino untuk Alergi Susu Sapi
Formula asam amino merupakan susu formula yang hipoalergenik. Formula ini direkomendasikan apabila bayi juga tidak berespons terhadap susu protein hidrolisat ekstensif, atau pada bayi alergi susu sapi derajat berat.
Selain itu, formula asam amino juga dapat dipertimbangkan sebagai susu pengganti jika asupan susu bayi yang mendapat susu protein hidrolisat ekstensif tidak mencapai kuantitas yang seharusnya dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi tersebut. [1,4]
Indikasi Penggunaan Formula Asam Amino
Terdapat tinjauan pustaka yang menelaah mengenai indikasi penggunaan formula asam amino. Formula asam amino memberikan hasil pertumbuhan (tinggi badan) yang signifikan jika dibandingkan dengan formula susu hidrolisat ekstensif pada bayi dengan alergi susu sapi berat. Studi ini juga mendapatkan bahwa penggunaan formula asam amino dapat memperbaiki beberapa keluhan, seperti keluhan gastrointestinal. [6]
Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan formula susu hidrolisat ekstensif atau formula asam amino diberikan ketika diagnosis alergi susu sapi ditegakkan sampai usia bayi 9-12 bulan atau minimal 6 bulan sebelum dilakukan uji provokasi ulang. [1]
Terdapat 7 kondisi yang mungkin memerlukan formula asam amino, yaitu :
- Ketika bayi alergi susu sapi tidak mendapatkan perbaikan dengan susu formula hidrolisat ekstensif
- Gagal tumbuh
- Alergi terhadap berbagai makanan
- Alergi makanan berat yang menyerang gastrointestinal
- Gejala alergi yang muncul saat bayi menyusu ASI
- Dermatitis atopik berat
- Anafilaksis [5]
Bukti Ilmiah Mengenai Manfaat Formula Asam Amino
Sebuah studi di Perancis dilakukan untuk mengidentifikasi reaksi alergi terhadap formula hidrolisat ekstensif dan mengamati efek pemberian formula asam amino pada 16 bayi usia 1-16 bulan yang masih mengalami gejala alergi (refluks gastro-esofagus) setelah dilakukan diet eliminasi dengan formula hidrolisat ekstensif.
Bayi-bayi tersebut diberikan formula asam amino tanpa modifikasi diet selama rerata 1,5 bulan lalu dilakukan uji provokasi oral formula hidrolisat ekstensif setelah periode tersebut. Output dari studi ini dilakukan penilaian dermatitis atopik (menggunakan indeks scoring atopic dermatitis / SCORAD), tes permeabilitas usus, dan kenaikan berat badan.
Hasil studi ini adalah pemberian formula asam amino mengurangi skor dermatitis atopik secara signifikan, menghilangkan gejala nonkutaneus dalam waktu 3 hari dan menaikkan indeks berat badan secara signifikan. Uji provokasi oral formula hidrolisat ekstensif menunjukkan hasil positif. Kesimpulan dari penelitian ini, formula asam amino merupakan pilihan yang tepat untuk bayi yang tidak merespons formula hidrolisat ekstensif. [6]
Sebuah penelitian lain di Amerika juga dilakukan untuk meneliti efek pemberian formula asam amino pada 28 bayi usia 22-173 hari. Subyek penelitian yang dipilih adalah bayi dengan kolitis alergi yang tidak menunjukkan respons terhadap formula hidrolisat ekstensif.
Definisi tidak responsif adalah memiliki ≥1 gejala, terutama gejala saluran cerna seperti buang air besar berdarah, diare, muntah, atau rewel/kolik. Bayi-bayi tersebut kemudian diberikan formula asam amino selama 14 hari (2 minggu).
Setelah 2 minggu, 89% bayi menunjukkan perbaikan gejala sepenuhnya, di antaranya pengurangan jumlah feses/hari. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan perbaikan gejala sepenuhnya pada bayi dengan kolitis alergi yang tidak merespons formula hidrolisat ekstensif. [7]
Kesimpulan
Alergi susu sapi merupakan reaksi alergi terhadap protein susu sapi yang menimbulkan reaksi imunologis. Formula asam amino merupakan susu formula hipoalergenik yang dapat diberikan pada bayi dengan alergi susu sapi.
Bayi alergi susu sapi yang tidak mendapat ASI eksklusif sebaiknya diberikan formula asam amino jika tidak terjadi perbaikan dengan susu formula hidrolisat ekstensif atau terdapat risiko tinggi mengalami anafilaksis. Formula asam amino juga dapat dipertimbangkan pada kondisi alergi protein susu sapi berat, gagal tumbuh, dermatitis atopik berat, dan anafilaksis. Formula asam amino dapat memperbaiki pertumbuhan, meminimalisasi komplikasi gastrointestinal, serta memperbaiki fungsi lapisan usus.