Manuver Valsalva memiliki aplikasi klinis yang luas, termasuk pada gangguan kardiovaskular seperti supraventrikular takikardia, gangguan pada sistem saraf autonom, serta pemerataan tekanan telinga pada kelainan tuba Eustachius atau perubahan tekanan atmosfer akibat menyelam atau perjalanan udara. Manuver Valsalva dilakukan dengan ekspirasi paksa pada keadaan glottis yang tertutup. Mekanisme ini juga dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat mengejan buang air besar, meniup balon, mengangkat benda berat, batuk, muntah, ataupun meniup saksofon.[1-3]
Manuver Valsalva memiliki keuntungan karena bersifat noninvasif, murah, tidak membutuhkan laboratorium khusus, dapat dilakukan pada pasien rawat jalan, dan memiliki efek yang pendek. Efek samping akibat manuver ini juga jarang terjadi. Potensi efek samping yang dapat timbul adalah pusing, nyeri kepala, mual, pandangan kabur, nyeri dada, sinkop, hipotensi atau hipertensi berat, aritmia, dan stroke. Risiko efek samping meningkat pada populasi risiko tinggi, seperti pasien dengan penyakit jantung koroner.[2,4]
Cara Melakukan Manuver Valsalva
Pasien dapat melakukan manuver Valsalva dalam posisi duduk, supinasi, ataupun pronasi. Pasien diminta menarik napas dalam dan menahannya, sambil menjepit hidung dan menutup mulut, lalu mengejan. Selagi mengejan, minta pasien menghembuskan napas seperti akan meniup balon selama 10 hingga 15 detik. Jika dilakukan dengan benar, maka akan timbul sensasi “pop” di telinga seperti saat sedang menaiki pesawat terbang.[1,2]
Fisiologi Manuver Valsalva
Manuver Valsalva secara fisiologis adalah usaha ekspirasi paksa yang dilakukan sembari menghalangi aliran udara keluar. Perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal yang terjadi selama manuver ini dapat memicu respon kardiovaskular melalui berbagai mekanisme regulasi.
Saat manuver Valsalva dilakukan, akan terjadi peningkatan tekanan intratorakal, yang memicu penurunan preload ke jantung. Penurunan preload jantung akan menginduksi barorefleks dan mengaktivasi ataupun menginhibisi nuklei batang otak yang terlibat dalam arus keluar (outflow) simpatik dan parasimpatik. Hal ini akan menyebabkan penurunan venous return, cardiac output, dan tekanan darah. Perubahan yang terjadi akan kembali ke keadaan awal saat manuver selesai.[1,2,4]
Fase Perubahan Hemodinamik pada Manuver Valsalva
Berdasarkan perubahan hemodinamik yang terjadi, manuver Valsalva terbagi menjadi 4 fase.[1,2,4,5]
Fase I:
Fase I terjadi dalam 2-3 detik pertama manuver. Dalam fase I, terjadi peningkatan tekanan intratoraks akibat ekspirasi paksa yang dilakukan dengan glottis yang tertutup. Peningkatan tekanan intratoraks ini akan menyebabkan penurunan arus balik vena yang menimbulkan penurunan tekanan transmural ventrikel kiri dan aorta, sehingga terjadi penurunan afterload ventrikel kiri. Peningkatan tekanan intratoraks juga mendorong darah ke perifer, menyebabkan peningkatan preload ventrikel kiri. Sebagai akibatnya, stroke volume meningkat, barorefleks diaktivasi, dan denyut jantung menurun.[1,2,4]
Fase II:
Fase II dapat dibagi menjadi dini dan lanjut. Pada fase II dini, tekanan intratoraks yang tetap tinggi menyebabkan penurunan aliran balik vena, sehingga menimbulkan penurunan cardiac output dan tekanan nadi pula. Fase II dini ditandai dengan peningkatan denyut jantung dan penurunan tekanan darah.
Pada fase II lanjut, cardiac output kembali meningkat karena adanya peningkatan denyut jantung. Selain itu, terjadi aktivasi simpatik yang dipicu barorefleks (distimulasi penurunan tekanan darah), menyebabkan vasokonstriksi yang akan meningkatkan resistensi perifer dan tekanan darah.[1,2]
Fase III:
Fase III terjadi di akhir manuver saat pasien tidak lagi menahan napas. Fase ini berlangsung selama 1-2 detik. Pada fase ini, pelepasan dari tekanan positif intratoraks secara mendadak akan menyebabkan ekspansi pembuluh darah toraks dan menyebabkan penurunan tekanan darah transien dan peningkatan denyut jantung.[1,2,4]
Fase IV:
Fase IV ditandai dengan meningkatnya tekanan darah di atas nilai awal (overshoot). Hal ini disebabkan oleh kembalinya arus balik vena ke jantung akibat efek rangsangan sistem saraf simpatik. Peningkatan tekanan darah ini akan menstimulasi barorefleks. Hasilnya adalah bradikardia dan kembalinya tekanan darah ke nilai awal.[2]
Aplikasi Manuver Valsalva pada berbagai Kondisi Klinis
Manuver Valsalva dapat digunakan untuk memeriksa fungsi saraf autonom, sebagai penanda gagal jantung, usaha terminasi aritmia, ataupun membantu diferensiasi murmur.[1,2]
Aplikasi Klinis Kardiovaskular
Manuver Valsalva dapat digunakan dalam pemeriksaan gagal jantung. Pasien dengan gagal jantung akan menunjukkan peningkatan tekanan darah abnormal sebagai respons dari gangguan fungsi ventrikel selama manuver berlangsung.
Manuver Valsalva juga dapat bermanfaat untuk menghentikan takikardia supraventrikular paroksismal (PSVT). Peningkatan aktivitas vagal dapat memicu peningkatan refraktori nodus atrioventrikular yang menghentikan siklus re-entry pada PSVT.
Manuver Valsalva dapat pula membantu membedakan murmur saat auskultasi. Manuver ini dapat menurunkan preload jantung dan volume diastolik akhir, sehingga dapat memperjelas suara murmur pada pemeriksaan fisik.[1,2,5]
Aplikasi Klinis Sistem Saraf Pusat
Manuver Valsalva pada pemeriksaan saraf pusat merupakan bagian dari tes Ewing Battery yang digunakan untuk mengevaluasi neuropati saraf autonom kardiak. Rasio Valsalva, yaitu rasio antara interval RR (interval antar denyut) terpanjang setelah tahanan ekspirasi dan interval RR terpendek selama tahanan, menggambarkan fungsi parasimpatis.[2]
Aplikasi Klinis pada Sistem Organ Lain
Manuver Valsalva dapat membantu mendeteksi titik perdarahan saat pasien menjalani pembedahan tiroid. Manuver ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi varikokel pada pemeriksaan fisik.
Manuver Valsalva juga digunakan pada pemeriksaan radiologi untuk membantu mendeteksi hemangioma hepar, kelainan vena, dan foramen ovale. Manuver Valsalva juga dapat mengonfirmasi hemostasis dan keberadaan kebocoran cairan serebrospinal setelah pembedahan neurologi. Manuver ini juga bermanfaat dalam mengurangi nyeri pungsi vena pada wanita hamil.[2]
Manuver Valsalva dapat digunakan untuk meratakan tekanan udara dalam telinga. Hal ini akan bermanfaat pada pasien dengan gangguan tuba Eustachius atau pada kondisi di mana terjadi perubahan tekanan atmosfer, misalnya saat menaiki pesawat terbang atau menyelam.[6]
Kontraindikasi Aplikasi Manuver Valsalva
Tidak ada kontraindikasi khusus dalam melakukan manuver Valsalva. Manuver Valsalva secara umum aman dilakukan dan jarang menimbulkan efek samping. Meskipun begitu, manuver ini dapat meningkatkan tekanan intraokular dan intraabdominal, sehingga harus dihindari oleh pasien yang mengalami retinopati atau terpasang lensa intraokular.
Risiko efek samping manuver Valsalva akan meningkat pada pasien dengan penyakit jantung koroner, gangguan katup jantung, dan pasien dengan penyakit jantung bawaan. Efek samping dapat berupa pusing, nyeri kepala, mual, pandangan kabur, nyeri dada, pingsan, hipertensi berat, hipotensi, aritmia, ataupun stroke.[2,4]
Kesimpulan
Manuver Valsalva merupakan sebuah prosedur noninvasif yang mudah dilakukan dan relatif aman. Manuver Valsalva dapat membantu memeriksa neuropati autonom dan mendiagnosis gangguan jantung. Manuver Valsalva juga bermanfaat dalam menghilangkan takikardia supraventrikular paroksismal, mendeteksi adanya varikokel, serta dalam berbagai pemeriksaan radiologi.