Konsumsi kacang, biji–bijian, jagung, dan popcorn selama ini dipercaya meningkatkan risiko divertikulitis. Pasien dengan penyakit divertikular sering kali dilarang oleh klinisi untuk mengonsumsi makanan–makanan tersebut. Akan tetapi, kepercayaan ini ternyata tidak didukung oleh bukti medis.
Penyakit divertikular adalah terbentuknya kantung (sacs) pada dinding kolon yang disebut sebagai divertikulum. Penyakit ini sering ditemukan pada orang yang berusia tua (>60 tahun). Divertikulum dapat mengalami berbagai komplikasi, seperti divertikulitis dan perdarahan divertikular.
Sekitar 10–35% pasien dengan penyakit divertikular dilaporkan mengalami komplikasi, sehingga pasien sering mencari rekomendasi diet dan gaya hidup untuk mengurangi risiko komplikasi tersebut.[1-4]
Teori di Balik Larangan Konsumsi Kacang dan Biji-bijian
Sebelumnya, klinisi sering merekomendasikan pasien penyakit divertikular untuk tidak mengonsumsi kacang–kacangan, biji–bijian, jagung, dan popcorn. Hal ini didasarkan pada perkiraan bahwa jenis makanan tersebut mudah memasuki kantung divertikulum, menimbulkan abrasi mukosa atau obstruksi, dan dapat menyebabkan peradangan atau perdarahan (trauma intraluminal).
Akan tetapi, mekanisme biologis di balik terjadinya divertikulitis dan komplikasi lain dari penyakit divertikular sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti. Selain karena faktor trauma intraluminal, peningkatan tekanan kolon, gangguan integritas dinding kolon, dan perubahan flora kolon mungkin ikut berperan. Hingga kini, belum ada bukti medis yang menunjukkan bahwa kacang, biji–bijian, jagung, dan popcorn merupakan faktor risiko.[1–5]
Bukti Medis yang Mematahkan Larangan Konsumsi Kacang dan Biji-bijian
Suatu studi kohort prospektif berskala besar dilakukan oleh Strate et al. selama 18 tahun untuk mempelajari hubungan konsumsi kacang, jagung, dan popcorn dengan risiko divertikulitis. Penelitian ini melibatkan 47.228 pria (dengan latar belakang medis) yang berusia 40–75 tahun untuk mengisi kuesioner medis dan diet secara mandiri.
Pada awal studi, semua partisipan tidak memiliki divertikulosis maupun inflammatory bowel disease. Setelah 18 tahun studi, ditemukan 801 kasus divertikulitis dan 383 kasus perdarahan divertikular. Dari analisis hasil tersebut, peneliti menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi kacang dan popcorn dengan frekuensi lebih sering (minimal 2 porsi/minggu) ternyata tidak mengalami kenaikan risiko divertikulitis dibandingkan partisipan yang mengonsumsi <1 porsi/bulan.
Konsumsi kacang dan popcorn dalam studi tersebut justru dikaitkan dengan penurunan risiko divertikulitis. Sedangkan konsumsi jagung dilaporkan tidak meningkatkan maupun menurunkan risiko divertikulitis. Ketiga makanan tersebut (kacang, jagung, popcorn) juga ternyata tidak berhubungan dengan perdarahan divertikular.[1,5,6]
Studi juga menunjukkan bahwa konsumsi kacang mengurangi rekurensi divertikulitis (38 rekurensi lebih rendah pada setiap 1000 orang setiap 5 tahun) dan konsumsi popcorn juga menghasilkan 53 rekurensi lebih rendah pada setiap 1000 orang setiap 5 tahunnya.
Akan tetapi, hasil terkait efek protektif kacang dan popcorn ini masih berkualitas rendah dan perlu diteliti lebih lanjut. Fakta yang sudah terbukti saat ini adalah konsumsi kacang, jagung, dan popcorn tidak meningkatkan risiko divertikulitis.[4-7]
Rekomendasi Diet untuk Pasien Penyakit Divertikular
Saat ini banyak pedoman menyarankan konsumsi makanan tinggi serat untuk pasien penyakit divertikular. Pedoman American Gastroenterological Association Institute mengajukan diet kaya serat untuk pasien dengan riwayat divertikulitis akut dan tidak melarang konsumsi biji–bijian, kacang–kacangan, jagung, dan popcorn.[6,8–12,14]
Beberapa studi sebenarnya masih menunjukkan hasil yang meragukan tentang manfaat makanan kaya serat dalam pencegahan divertikulitis, di mana konsumsi makanan berserat dilaporkan tidak berhubungan dengan penurunan risiko divertikulitis.
Akan tetapi, beberapa studi yang lain justru menunjukkan bahwa makanan berserat berperan positif bagi divertikulitis. Karena konsumsi makanan berserat secara umum bermanfaat bagi kesehatan gastrointestinal, maka konsumsinya tetap dianjurkan.[6,8–12,14]
Pola diet yang perlu dihindari oleh pasien penyakit divertikular adalah diet tinggi karbohidrat olahan, produk dairy tinggi lemak, dan daging merah. Suatu studi kohort prospektif terhadap 46.295 pria menunjukkan bahwa pola diet ini meningkatkan risiko divertikulitis, sementara pola diet kaya sayur, buah, dan whole grains dapat mengurangi risiko divertikulitis.[5,8,10,13,14]
Kesimpulan
Konsumsi kacang–kacangan, biji–bijian, jagung, dan popcorn telah terbukti secara ilmiah tidak meningkatkan risiko divertikulitis. Konsumsi kacang–kacangan dan popcorn justru ditemukan dapat bersifat protektif terhadap divertikulitis, meskipun manfaat protektif ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Konsumsi kacang, jagung, dan popcorn juga dinyatakan tidak berhubungan dengan perdarahan divertikular.
Pasien dengan penyakit divertikular disarankan untuk menghindari diet tinggi daging merah, karbohidrat olahan, dan produk dairy tinggi lemak, karena pola diet ini dapat meningkatkan risiko divertikulitis. Pasien disarankan mengonsumsi makanan kaya serat, misalnya buah-buahan, sayur, dan whole grains. Konsumsi kacang, popcorn, jagung, dan biji–bijian tidak dilarang.
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli