Infeksi virus hepatitis A (HAV) dapat menimbulkan komplikasi lain yang jarang dilaporkan tetapi perlu diperhatikan, contohnya gagal hati akut, gagal ginjal akut, nefritis interstitial, aplasia eritrosit, aplasia bone marrow, dan sindrom Guillain-Barré. Meskipun demikian, komplikasi umum seperti kolestasis berkepanjangan dan hepatitis relaps merupakan komplikasi yang sering terjadi.
Virus hepatitis A ditransmisikan melalui rute fekal-oral. Manusia diketahui merupakan satu-satunya reservoir bagi HAV. Prognosis kasus hepatitis A umumnya baik, di mana sebagian besar pasien tidak mengalami sekuelae, rekurensi, maupun perkembangan menjadi penyakit kronik. Akan tetapi, beberapa pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari yang bersifat self-limiting hingga yang berdampak lebih fatal.[1-3]
Komplikasi Tipikal dari Hepatitis A
Infeksi HAV akut akan menimbulkan nekroinflamasi di liver yang biasanya dapat pulih secara spontan tanpa sekuelae kronik (>99% kasus). Gejala yang umumnya timbul adalah demam, malaise, keletihan, hilang nafsu makan, diare, anoreksia, mialgia, artralgia, nyeri kepala, urine berwarna gelap, dan ikterus.[2]
Komplikasi yang tipikal dijumpai pada infeksi HAV adalah hepatitis kolestatik (sekitar 5%), hepatitis relaps (3–20%), dan hepatitis autoimun. Hepatitis kolestatik ditandai oleh periode ikterus yang lama (bisa >3 bulan) dan hasil tes laboratorium yang menunjukkan peningkatan serum bilirubin (sering >10 mg/dL), alkalin fosfatase, aminotransferase, dan juga serum kolesterol. Pada umumnya, hepatitis kolestatik akan pulih secara spontan tanpa gejala sisa.[1-3]
Sekitar 3–20% pasien hepatitis A juga mengalami hepatitis relaps dalam kurun waktu 6 bulan sejak awal infeksi. Durasi relaps klinis umumnya <3 minggu, tetapi durasi relaps biokimia liver bisa lebih lama. Manifestasi klinisnya lebih ringan daripada episode awal penyakit dan umumnya juga pulih secara spontan tanpa gejala sisa. Hepatitis autoimun juga mungkin terjadi, di mana komplikasi ini diduga disebabkan oleh proses mimicry molekular dan kerentanan genetik.[1]
Komplikasi yang Tidak Umum dari Hepatitis A
Ada sejumlah komplikasi atipikal yang diakibatkan oleh infeksi HAV. Komplikasi tersebut bisa timbul di ginjal berupa nefritis interstitial atau gagal ginjal akut, di liver berupa gagal hati akut, di jantung berupa miokarditis atau kardiomiopati, dan di sistem saraf berupa sindrom Guillain-Barré, mielitis transversa, atau neuritis optik. Selain itu, ada pula komplikasi atipikal lainnya, seperti aplasia sel darah merah, aplasia bone marrow, dan artritis akut.[3-13]
Meskipun jarang, kasus hepatitis fulminan dengan gagal hati akut dapat menyebabkan kematian, terutama pada area yang tidak dapat melakukan transplantasi liver. Mortalitas hepatitis A akibat gagal hati akut dapat mencapai 90% pada orang dewasa yang tidak menjalani transplantasi liver dan 74% pada anak yang tidak menjalani transplantasi liver.[2,5]
Mekanisme patogenesis di balik timbulnya berbagai komplikasi atipikal ini masih belum dipahami dengan jelas. Ada hipotesis yang mengungkapkan bahwa respons imun yang kompleks pada individu yang rentan mungkin berperan. Namun, hipotesis ini masih belum dapat dibuktikan.[4-17]
Tata Laksana Komplikasi Atipikal Hepatitis A
Penanganan komplikasi yang tidak umum pada hepatitis A umumnya sama dengan penanganan hepatitis A biasa, yakni berupa terapi suportif dan tambahan terapi khusus sesuai kondisi masing-masing pasien. Misalnya, aspirin dapat diberikan pada kasus miokarditis, sedangkan hemodialisis dapat dianjurkan bagi pasien dengan gagal ginjal akut.[4,6-8]
Terapi imunosupresi (misalnya kortikosteroid) atau immunoglobulin intravena dapat diberikan pada kasus aplasia sel darah merah, sindrom Guillain-Barré, mielitis transversa, dan neuritis optik. Terapi khusus lain seperti transplantasi sumsum tulang dapat dilakukan pada kasus anemia aplastik berat dan transplantasi liver dapat dilakukan pada kasus gagal hati akut.[5,9-17]
Faktor yang Memengaruhi Luaran Klinis Hepatitis A dan Komplikasinya
Luaran klinis infeksi virus hepatitis A tampaknya berkaitan dengan umur. Sebagian besar kasus asimtomatik terjadi pada anak-anak berusia <6 tahun, sedangkan kasus simtomatik umumnya terjadi pada anak usia lebih tua, orang dewasa, dan geriatri. Derajat keparahan penyakit dan luaran yang fatal lebih banyak dilaporkan pada grup usia yang lebih tua.
Estimasi case-fatality ratio hepatitis A dilaporkan bervariasi tergantung usia, yaitu sebesar 0,1% pada kelompok usia <15 tahun, 0,3% pada kelompok usia 15–39 tahun, dan meningkat menjadi 1,8–5,4% pada usia di atas 50 tahun.[2]
Menurut data epidemiologi dari Argentina, sejak diperkenalkannya imunisasi universal hepatitis A, persentase hepatitis fulminan akibat HAV menurun dari 54,6% pada tahun 1993–2005 menjadi 27,7% pada tahun 2005–2008. Data ini menunjukkan manfaat imunisasi hepatitis A dalam mengurangi insidensi hepatitis fulminan.
Data epidemiologi dari Argentina tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Vizzotti et al yang menunjukkan bahwa implementasi strategi vaksinasi dosis tunggal hepatitis A bersifat efektif untuk mengontrol infeksi hepatitis A.[2,18,19]
Kesimpulan
Kasus hepatitis A umumnya memiliki prognosis yang baik, di mana sebagian besar pasien mengalami kesembuhan tanpa sekuelae kronik. Namun, sebagian kecil pasien dapat mengalami komplikasi. Komplikasi tipikal hepatitis A adalah hepatitis kolestatik, hepatitis relaps, dan hepatitis autoimun. Komplikasi atipikal yang tidak umum terjadi tetapi perlu diwaspadai adalah gagal hati akut, gagal ginjal akut, nefritis interstitial, aplasia sel darah merah, aplasia bone marrow, dan sindrom Guillain-Barré.
Usia dan riwayat vaksinasi hepatitis A tampaknya berperan dalam menentukan luaran klinis kasus hepatitis A dan komplikasinya. Hal ini perlu mendapat perhatian dari para klinisi maupun dari pihak penyusun kebijakan kesehatan, guna mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi HAV di masa depan.