Anjuran atau medikamentosa sebagai terapi utama pasien degeneratif? - Diskusi Dokter

general_alomedika

Salam sehat. Ijinkan saya bertanya kepada rekan sejawat. Selama saya bekerja sebagai dokter umum, saya seling bertanya kepada pasien degeneratif seperti...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Anjuran atau medikamentosa sebagai terapi utama pasien degeneratif?

    Dibalas 19 Januari 2025, 14:40

    Salam sehat. Ijinkan saya bertanya kepada rekan sejawat. Selama saya bekerja sebagai dokter umum, saya seling bertanya kepada pasien degeneratif seperti hipertensi, dm, autoimun, dll, yang berobat rutin ke rumah sakit. Saya sering bertanya, apakah pasien mendapatkan penjelasan dari dokter rumah sakit tentang kenapa penyakitnya bisa terjadi dan bagaimana memperbaiki proses penyakitnya. Jawaban hampir semua pasien saya mengatakan tidak pernah dijelaskan dan tidak tau bagaimana cara memperbaikinya, kecuali diauruh minum obat oleh dokter ketika kontrol ke rumah sakit.

    Seperti kita ketahui, penyakit degeneratif terjadi karena menurunya fungsi jaringan tubuh akibat kerusakan tingkat cellular. Baik diakibatkan kerusakan sel karena proses inflamasi dan oksidasi atau bisa juga karena tidak terpenuhinya nutrisi yang dibutuhkan sel agar dapat berfungsi normal. Walaupun mekanisme lain seperti penurunan kemampuan perbaikan dna juga terjadi.

    Walaupun sebgian proses degeneratif bersifat permanen, namun sebagian lainnya masih bisa diperbaiki dengan mengembalikan keseimbangan metabolisme selular dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup. Ini terbukti dari beberapa pasien degeneratif yang berobat ke saya yang akhirnya bisa lepas dari obat setelah saya beri pemahan bagaimana penyakitnya bisa terjadi dan bagaimana membalikan prosesnya. Padahal pasien-pasien tersebut sudah rutin bertahun-tahun berobat ke rumah sakit.

    Kalau kita memahami proses tersebut, maka seharusnya motivasi dan anjuran perbaikan pola makan dan pola hidup harus menjadi porsi utama dalam penatalaksanaan penyakit degeneratif. Bukan medikamentosa yang sebenarnya hanya menghilangkan gejala dengan cara memanipulasi proses metabolisme dan tidak mengobati asal mula penyakitmya. Tapi kenapa kebanyakan dari kita hanya berfokus kepada medikamentosa? Saya paham waktu tidak memungkinkan, terutama bagi sejawat yang di rumah sakit Taoi saya juga merasa kita sendiri kurang memahami proses patofisiolgi penyakit sehingga cuma berfokus kepada medikamentosa. Bahkan di seminar pun, anjuran perbaikan pola makan dan pola hidup hanya mendapatkan porsi yang sangat minimal. Berbeda dengan penjelasan medikamentosa yang detail.

    Saya harap kedepannya, penatalaksanaan penyakit degeneratif dapat dibuat panduan agar dapat lebih holistik dan menyentuh akar masalahnya. Terutama dalam hal besaran porsi edukasi pasien agar mampu membalikan proses patofisiologi yang terjadi. Terima kasih.

19 Januari 2025, 06:32
dr. Anak Agung Ifan Distyajaya, Sp.PD
dr. Anak Agung Ifan Distyajaya, Sp.PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Saya samgat setuju dok...saya pun mempunyai pengalaman seperti itu...dan memang dalam setiap tatalaksana penyakit metabolik...penatalaksanaan yg pertama adalah tatalaksana non farmakologis antara lain perubahan gaya hidup...tetapi tidak bisa juga kita serta merta menyalahkan teman sejawat yg lain, karena di era bpjs ini orientasi lebih kepada kuantitas bukan kepada kualitas...jd memang masih perlu banyak sistem kesehatan yg perlu diperbaiki, tidak bisa kita lihat dari satu sisi saja untuk menangani pasien.
Semoga dapat mebantu untuk menjadi diskusi
19 Januari 2025, 13:14
Di era BPJS sekarang, memang waktu menjadi kendala bagi dokter dalam memberikan edukasi. Dalam hal ini dokter tidak bisa disalahkan sepenuhnya.
Namun ada hal lain yang menjadi fokus penting. Yaitu sering kali pemahaman untuk membalikan proses patologi metabolik pada pasien tidak disampaikan dengan jelas kepada dokter. Dokter cenderung dididik untuk pemberian terapi farmakologi berdasarkan cek list gejala dan kriteria diagnosis. Sebagai contoh, dalam panduan tatalaksana penyakit metabolik, sering kali terapi non farmakologi disimpan di bagian akhir tatalaksana pengobatan suatu penyakit. Namun justru porsi besar dan utama diberikan pada tatalaksana farmakologi dengan penjelasan mekanisme kerja obat yang detail. Padahal disisi lain, terap non farmakologi sering kali dijelaskan secara singkat tanpa ada penjelasan bagaimana mekanisme kerja intervensi non farmakologi tersebut dapat memperbaiki metabolisme tubuh pasien.  Contoh-contoh tersebut bahkan bisa kita dapatkan di seminar. Mungkin masalahnya karena seminar sebagian besar disponsori pabrik obat. Tapi contoh lain pun misalnya di alomedika yang kita cintai ini pun demikian.
Harapan saya  memang mengubah sistem kesehatan di indonesia, terutama BPJS membutuhkan kerjasama lintas sektoral. Namun minimal ada perubahan paradigma pola pikir dokter dalam tatalaksana pengobatan pasien degeneratif sehingga dapat mengubah mindset agar titik berat pengobatan pasien metabolik harus mengutamakan tatalaksana non farmakologi dan memahami bagaimana prosesnya terjadi di dalam tubuh pasien. Ada satu nasehat yang selalu saya ingat hingga sekarang yang dikatakan oleh dosen saya dulu ketika kuliah kedokteran. "Jadilah dokter, jangan jadi tukang obat".
Demikian pendapat saya dok, terima kasih atas sharingnya. Salam sehat.
19 Januari 2025, 14:40
dr. Anak Agung Ifan Distyajaya, Sp.PD
dr. Anak Agung Ifan Distyajaya, Sp.PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Benar dok...saya sangat mendukung cita-cita mulia dokter👍👍