ALO dokter

Ijin ikut berdiskusi

Pertama, untuk pasien yang datang dengan nyeri ulu hati, perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan diagnosis bandingnya yang tidak hanya dari GIT saja. Diagnosis banding untuk nyeri ulu hati bisa dari:

1. Gastroesofageal, seperti gastritis, peptic ulcer, esofagitis

2. Cardiac, seperti infark miokard, perikarditis

3. Bilier, seperti cholesistitis, cholangitis, cholelithiasis

4. Pankreas, seperti pankreatitis

Untuk bisa menentukan diagnosis bandingnya, setiap penyakit memiliki karakteristik tersendiri.

 

Untuk pertanyaan kedua, walaupun ketorolak+ranitidin juga pernah saya perhatikan digunakan di IGD, tapi sebenarnya ini tidak disarankan karena ketorolac adalah golongan NSAID yang sebenarnya akan memperparah kondisi pasien bila pasiennya dispesia. 

 

Kalau yang mana yang lebih baik, kembali lagi ke penyebabnya. Karena yang perlu diobati adalah etiologinya.

 

Semoga membantu

Alo dokter, ikut beri pendapat. Pemberian ketorolac pada pasien dispepsia bukan saja tidak rasional, tapi juga merugikan pasien. Jika ada pasien yang mengalami nyeri lambung, jangan lagi kita berikan golongan NSAID seperti ketorolac karena akan memperparah kondisi dispepsia nya. Jadi yg rasional adalah pemberian PPI seperti Omeprazole. Golongan antagonis reseptor histamin H2 seperti Ranitidine juga tetap bisa diberikan, bila misalnya memang tidak ada PPI.

Pada Dispepsia  belum  diinvestigasi, Obat yang  dipergunakan  dapat  berupa  antasida,  antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole, rabeprazole, dan lansoprazole, dan/atau H2-Receptor Antogonist [H2RA]), prokinetik dan sitoprotektor (misalnya rebamipide),  di  mana  pilihan  ditentukan berdasarkan  dominasi  keluhan  dan riwayat  pengobatan  pasien  sebelumnya.

Nyeri ulu hati bya pastikan dlu disebabkan oleh apa.
Kalau karena dispepsia sih bisa mana aja dok disesuaikan saja kalau di rs kan sama penjaminan