Selamat siang TS Ijin tanyaKemarin saat saya jaga, ditemukan anak usia 10 tahun dengan berat 23 kg kecelakaan. MOI nya anak naik sepeda motor dibonceng. Lalu...
Bolehkah transfusi darah tanpa crossmatch pada pasien gawat darurat? - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Bolehkah transfusi darah tanpa crossmatch pada pasien gawat darurat?
Selamat siang TS
Ijin tanya
Kemarin saat saya jaga, ditemukan anak usia 10 tahun dengan berat 23 kg kecelakaan.
MOI nya anak naik sepeda motor dibonceng. Lalu tabrakan dengan mobil. Anak tersebut terlempar sekitar 3 meter dan masuk ke dalam sungai. Sebelum masuk ke sungai, sempat terhantam batu batu di pinggiran sungai.
Px fisik nya semua baik kecuali abdomen
Ditemukan jejas di regio kiri atas perut
Pekak hepar masih positif,
Tp anak mengeluh nyeri tekan di seluruh lapang perut
Anak juga terlihat anemis
Dilakukan pemeriksaan oleh dokter bedah, dilakukan hb serial ternyata ditemukan penurunan Hb dari 12 menjadi 8 hanya dlaam waktu 90 menit. Akhirnya diputuskan laparotomi dan menyiapkan 2 kantong darah WB golongan O tanpa crossmatch
Setelah dilaparotomi, ditemukan limpa pasien pecah. Dan setelah dilakukan tindakan anak sekarang kondisinya membaik dan dimasukan kedua kantonng darah trsbut.
Apakah ada batasan brapa maksimal penggunaan darah tanpa crossmatch?
Lalu pada keadaan tidak ada USG FAST karena terkendala fasilitas, apa ada modalitas lain yang bisa kita gunakan selain hb serial? Selain memang tetap menajamkan pemeriksaan fisik
Terima kasih
Alodokter.
Dari protap/guideline WHO mengenai tranfusi darah pediatrik maka disarankan untuk memulai inisiasi di ambang 5 ml/kg (jenis RBC) atau 10ml/kg untuk darah segar (whole blood/WB).
Di dalam panduan tsb tidak spesifik menjelaskan volume tranfusi golongan darah O, tapi dibolehkan menggunakan darah O untuk kasus gawat darurat dengan CATATAN tidak membawa sel-sel antibodi tertentu atau antigen A atau B (meski jarang) dan prosedur crossmatch tdk memungkinkan.
Sehingga kesimpulan darah O bisa didonorkan ke resipien dgn ABO tdk jelas, hanya jika O dengan Rh (-) negatif sedangkan darah O dgn Rh positif sebaiknya dihindari karena dikhawatirkan membawa antibodi dan/atau antigen yg belum diketahui apabila tidak ada crossmatching. (Bisa diklik guideline WHO dibawah)
CMIIW Dok, BTK
Jika memang memungkinkan, crossmatch sebaiknya dikerjakan sebelum melakukan transfusi darah. Namun jika ada kendala biaya (saya kurang tahu apakah sistem BPJS skrg bisa men-cover pemeriksaan ini atau tdk) ataupun fasilitas, maka saya rasa tdk wajib dilakukan. Yang paling penting tentunya adalah keselamatan pasien dulu CMIIW.
Mengenai perdarahan intraabdomen jika memang fasilitas pemeriksaan penunjang yg tersedia hanya lab darah sederhana, maka pemeriksaan hb serial akan membantu mengonfirmasi diagnosa. Berikut link artikel yg bisa dibaca dok https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4771276/
Sebetulnya tidak ada batasan berapa banyak darah yang bisa diberikan TANPA crossmatch, karena 1 kantong saja pun yg tanpa crossmatch sudah berisiko menularkan bloodborne diseases. Oleh sebab itu prinsipnya adalah gunakan sesedikit mungkin untuk optimalisasi hemodinamik, lalu dilanjutkan dgn transfusi komponen darah yg sesuai.
Sebetulnya tidak ada batasan berapa banyak darah yang bisa diberikan TANPA crossmatch, karena 1 kantong saja pun yg tanpa crossmatch sudah berisiko menularkan bloodborne diseases. Oleh sebab itu prinsipnya adalah gunakan sesedikit mungkin untuk optimalisasi hemodinamik, lalu dilanjutkan dgn transfusi komponen darah yg sesuai.