Saat ini ilmu kedokteran selain mengobati juga mencegah, namun kenapa sulit sekali untuk pasien ims merubah perilakunya?1. Banyak pasien yang tertular ims...
Mencegah infeksi menular seksual dengan mengedukasi pasien berisiko - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Mencegah infeksi menular seksual dengan mengedukasi pasien berisiko
Saat ini ilmu kedokteran selain mengobati juga mencegah, namun kenapa sulit sekali untuk pasien ims merubah perilakunya?
1. Banyak pasien yang tertular ims seperti go, sìfilis, trichomonas, chlamydia dan keputihan terus menerus tapi sulit merubah perilaku berisiko gonta ganti pasangan baik laki laki maupun perempuan bolak balik terkena.
2. Apakah boleh menyuntik antibiotik sebagai profilaksis seperti ceftriaxon, untuk pasien berisiko seperti wp?
3. Yang parah pasien hiv juga masih banyak yang berhubungan tanpa pengaman, meskipun mungkin saat ini obat arv dapat menyebabkan penurunan risiko jika viral load rendah, undetected-untransmitable.
Bagaimana pengalaman TS dalam mengedukasi pasien berisiko?
Terimakasih.
Setuju dengan Pak Eduardus. M. Psi. Perilaku IMS sangat perlu menjadi concern dan dicari dasar dari behaviour hubungan beresiko yang menjurus ke pola pikir dan perlu kerjasama dengan psikolog.
Sejauh ini saya blm pernah menggunakan profilaksis untuk kasus IMS...tp lebih dilakukan screening pada seluruh pasien resiko tinggi dan diobati sesuai hasil...begitu juga dengan pasangannya.
Pola masyarakat saat ini akan merasa aman dan tidak apa2 tidak pola sehat atau aman kl ada profilaksis....tetap kita tidak boleh mengedepankan profilaksis saja...tp lebih kearah edukasi pasien tentang bahayanya penyakit2 ini...
Terimakasih
Sepakat Dokter. Edukasi nomer satu.
Alo dokter..untuk memberantas IMS memang sulit ya dok karena berkaitan dengan pola hidup (seksual) masing-masing individu. Edukasi dan promosi kesehatan tentang IMS perlu dilakukan bukan hanya kepada pasien IMS tetapi juga ke berbagai kelompok masyarakat, bahkan semua kelompok agar masyarakat lebih aware akan bahaya IMS.
Profilaksis antibiotik, yaitu benzathine penicillin G 2,4 juta unit dapat diberikan secara IM untuk semua pasien yang mempunyai kontak seksual dengan individu yang mempunyai kontak seksual dengan pasangan yang positif sifilis pada stadium primer, sekunder, atau latent awal dalam 90 hari pertama dengan regimen benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU intramuskular dosis tunggal.
Dokter dapat melihat link berikut sebagai referensi:
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/sifilis/edukasi-dan-promosi-kesehatan
https://emedicine.medscape.com/article/229461-treatment#d9
Sejauh ini saya blm pernah menggunakan profilaksis untuk kasus IMS...tp lebih dilakukan screening pada seluruh pasien resiko tinggi dan diobati sesuai hasil...begitu juga dengan pasangannya.
Pola masyarakat saat ini akan merasa aman dan tidak apa2 tidak pola sehat atau aman kl ada profilaksis....tetap kita tidak boleh mengedepankan profilaksis saja...tp lebih kearah edukasi pasien tentang bahayanya penyakit2 ini...
Terimakasih
Melalui aplikasi Alodokter saya juga sering mendapatkan pertanyaan mneegnai IMS, terutama kekhawatiran HIV, mereka cukup tau bahwa hubungan seksual yang beresiko bisa menyebabkan HIV, tapi tetap juga diulangi, terkadang user mengatakan ini bukan yang pertama kali dan sudah dengan orang yang berbeda,
Alo Dok,
Izin sharing ya dok, mengubah perilaku apalagi yang sudah menjadi 'kebiasaan' tentu sulit ya dok, terutama jika terkait dengan kebutuhan materiil dan immateriil. Pencegahan tidak dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik dokter, tapi dengan edukasi, pemakaian kondok atau abstinensia.
Mengenai HIV, setuju bahwa dengan ARV rutin maka viral load bisa rendah/sangat rendah namun juga tetap tidak disarankan untuk bergonta ganti pasangan. Penderita yang memiliki hubungan serodiskodan harus diedukasi dengan benar agar tidak menularkan pada pasangan dan pada anak (jika berencana memiliki anak).
Saya sepakat dengan TS lain mengenai dukungan sekitar juga memengaruhi perubahan kebiasaan.
Namun, tidak ada salahnya untuk menggali lebih jauh alasan, faktor yang mendasari sikap tersebut. Ingat setiap individu unik, sehingga memerlukan psikoedukasi yang berbeda dan lebih personal. Beberpa kali setelah saya melakukan psikoedukasi personal juga menemukan bahwa psikoedukasi sebelumnya dinilai kurang sesuai dengan dirinya, beberapa pasien juga merasa seperti dijadikan objek dan tidak didengarkan keluhan sesungguhnya.
Beberapa pasien juga nyatanya mengalami gangguan kejiwaan yang mendasari perilakunya seperti depresi, manik, anxietas, psikotik, bahkan demensia HIV. Maka penting untuk mencari faktor yang menjadi latar belakang pasien tersebut, termasuk memberikan penanganan lanjutan jika terdapat kondisi lain yang mendasari.
Semoga membantu.