Untuk latihan stroke di rumah, kita harus melihat melihat berbagai aspek. Pertama, harus menentukan fungsi tubuh apa yang terganggu  dan berapa besar dampaknya pada kemampuan fungsional pasien. Kedua, melihat faktor risiko stroke yang dimiliki pasien agar program latihan yang diberikan tidak memicu stroke ulang. Ketiga, melihat saat ini stroke sudah masuk kategori akut, sub akut atau kronis karena akan berdampak pada prognosis fungsional. Jadi untuk menentukan latihan stroke harus bersifat individualistik karena satu ke satu pasien berbeda gangguan fungsi dan dampaknya terhadap hidup sehari-hari. Contoh seorang pekerja yang memerlukan tangan lebih banyak tentu mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan pekerja yang lebih mengutamakan fungsi komunikasi. 

tapi secara standar umum, pada tahap awal yang dilakukan adalah melakukan latihan-latihan pencegahan komplikasi imobilisasi lama seperti contohnya positioning sendi yang baik agar tidak terjadi sublukasi atau kontraktur, latihan fleksibilitas, latihan penguatan dan latihan kebugaran kardiorespi. Latihan kebugaran menjadi penting karena walaupun tidak ada permasalahan yang bermakna pada kardiorespi, tapi perubahan kondisi tubuh (misalnya terjadi hemiparesis) itu menyebabkan perlunya peningkatan kebutuhan energi saat melakukan aktivitas hidup sehari-hari.