Izin bertanya ts mengenai pertanyaan user mengenai pemeriksaan feses.Untuk feses, kira2 berapa lamakah waktu yang optimal dari sejak defekasi hingga...
Waktu tunggu optimal sampel feses untuk laboratorium - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Waktu tunggu optimal sampel feses untuk laboratorium
Dibalas 01 Agustus 2019, 20:23
dr.Andrew Logan
Dokter Umum
Izin bertanya ts mengenai pertanyaan user mengenai pemeriksaan feses.
Untuk feses, kira2 berapa lamakah waktu yang optimal dari sejak defekasi hingga diperiksa kan di laboratorium?
Dikarenakan user selalu saat mau memeriksa kan ke lab harus mengantri lama dan dikhawatirkan menjadi tidak akurat pemeriksaan feses nya 🙏
Terima kasih ts 🙏
Dibuat 30 Juli 2019, 18:44
30 Juli 2019, 20:06
dr. Hafizh Widi Cahyono
Dokter Umum
Alo dok,
Saya izin menjawab ya dok. Kebetulan sehari-harinya selalu bersentuhan dengan laboratorium dan permasalahan pra analitik ini acapkali ditemui.
Pemeriksaan feses lengkap adalah suatu pemeriksaan laboratorium untuk menilai dan mengukur melalui beberapa parameter yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem pencernaan seseorang melalui feses.
Pada prinsipnya, idealnya memang untuk pemeriksaan feses dilakukan sesegera mungkin dok. Hal ini memang karena pada beberapa parameter pemeriksaan sangat mungkin terpengaruh akibat waktu pemeriksaan yang tertunda, misalnya bakteri pada feses, epitel menjadi rusak dsbnya.
Namun, toleransi waktu yang masih dikatakan cukup ideal untuk pemeriksaan spesimen tinja adalah dalam 1-4 jam setelah pengambilan. Selain itu juga hal ini berdasarkan parameter pemeriksaan apa saja yang diharapkan atau diminta klinisi. Sebagai contoh, di laboratorium klinik, bila beberapa spesimen feses kita terima dalam waktu bersamaan, kita akan memeriksa spesimen feses yang cair dan mengandung lendir atau darah terlebih dahulu karena spesimen-spesimen tersebut dapat mengandung ameba motil (yang mati dalam waktu singkat).
Jadi kalau bisa saya simpulkan, memang pemeriksaan feses idealnya dilakukan sesegera mungkin. Namun, batas 1-4 jam setelah sampling dianggap waktu yang masih "oke" dan hasil yang diperoleh masih cukup representatif.
Demikian dokter pendapat saya berdasar pengalaman. BTK.
Saya izin menjawab ya dok. Kebetulan sehari-harinya selalu bersentuhan dengan laboratorium dan permasalahan pra analitik ini acapkali ditemui.
Pemeriksaan feses lengkap adalah suatu pemeriksaan laboratorium untuk menilai dan mengukur melalui beberapa parameter yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem pencernaan seseorang melalui feses.
Pada prinsipnya, idealnya memang untuk pemeriksaan feses dilakukan sesegera mungkin dok. Hal ini memang karena pada beberapa parameter pemeriksaan sangat mungkin terpengaruh akibat waktu pemeriksaan yang tertunda, misalnya bakteri pada feses, epitel menjadi rusak dsbnya.
Namun, toleransi waktu yang masih dikatakan cukup ideal untuk pemeriksaan spesimen tinja adalah dalam 1-4 jam setelah pengambilan. Selain itu juga hal ini berdasarkan parameter pemeriksaan apa saja yang diharapkan atau diminta klinisi. Sebagai contoh, di laboratorium klinik, bila beberapa spesimen feses kita terima dalam waktu bersamaan, kita akan memeriksa spesimen feses yang cair dan mengandung lendir atau darah terlebih dahulu karena spesimen-spesimen tersebut dapat mengandung ameba motil (yang mati dalam waktu singkat).
Jadi kalau bisa saya simpulkan, memang pemeriksaan feses idealnya dilakukan sesegera mungkin. Namun, batas 1-4 jam setelah sampling dianggap waktu yang masih "oke" dan hasil yang diperoleh masih cukup representatif.
Demikian dokter pendapat saya berdasar pengalaman. BTK.
30 Juli 2019, 20:19
dr. Hafizh Widi Cahyono
Dokter Umum
30 Juli 2019, 20:12
Sama-sama dokter 😊🙏
31 Juli 2019, 10:32
dr. Pika Novriani Lubis
Dokter Umum
Alo Dok,
Setuju dgn dr. Hafizh, utk sampel tinja paling baik dalam keadaan segar atau yang diperoleh dalam rentang waktu 1-4 jam sebelumnya. Kebetulan saya memiliki panduan prosedur pengambilan/kebutuhan sampel untuk keperluan pemeriksaan laboratorium. Mgkn bisa sebagai referensi Dok.
Berikut tautannya:
apps.who.int/iris/bitstream/10665/42295/4/9241545305_ind.pdf