Hai dokter, saya ajukan sebagai anonim karena ingin menanyakan diluar medis namun cukup relate dengan kehidupan kedokteran. Jadi merasa perlu untuk...
Membagi waktu untuk peran sebagai dokter dan juga ibu rumah tangga. - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Membagi waktu untuk peran sebagai dokter dan juga ibu rumah tangga.
Hai dokter, saya ajukan sebagai anonim karena ingin menanyakan diluar medis namun cukup relate dengan kehidupan kedokteran. Jadi merasa perlu untuk mengangkat ini di forum :)
Sebagai wanita yang bekerja sebagai dokter dan juga sebagai istri dan ibu rasanya cukup sulit untuk berkarir dan mengambil sekolah lebih lanjut karena sulit membagi waktu.
Dengan usia sudah menjelang 30 tahun, dan minim pengalaman, serta sempat cuti 1 tahun dari mengabdi sebagai dokter di RS pastinya lupa penanganan pasien walaupun mencoba me- recall dengan membaca literatur namun tentu berbeda dengan 'seni' saat praktek langsung.
Bisa di share kah dok pengalaman membagi waktu, dan jika ingin melanjutkan spesialis bagaimana kiat nya?
Sesuai judulnya adalah menjadi dokter dan ibu Rumah Tangga (RT), saya ingin ikut share cerita saya sendiri.
Agar bs seimbang antara ibu RT dan profesi Dokter dalam emosi, psikis saya, selalu memikirkan PRIORITAS dalam manajemen Waktu. Pemilihan Prioritas ini berdasarkan passion, minat, kemudian Niat.
Setelah berprofesi, dijalani, dan mengambil spesialis, memang sangat dibutuhkan kelonggaran psikis, apa yang seorang ibu, istri juga Dokter inginkan dalam hidup. Capaian apa yang diinginkan. Setelah bulat dengan pilihannya, suatu Spesialisasi bidang apapun, Dokter harus legowo dengan segala risiko yang akan dihadapi, termasuk waktu yang hilang mengikuti perkembangan seorang anak misalnya, waktu yang hilang dalam beberapa pertemuan keluarga, dalam hal ini dibutuhkan dukungan moril yang sangat besar dari suami, kedua orang tua, mertua, maupun dari Asisten RT. Orang di sekitar kita memberikan dukungan, Yang pertama dalam pengambilan keputusan adalah DOA, semoga dimudahkan dalam pendidikan, dilancarkan di kedua tempat kita.
Jika ada jalan Allah masuk ke bidang yang kita sukai, kemudian dukungan dari semua orang di sekeliling kita, maka inshaAllah penjadwalan sehari-hari kita, masalah manajemen waktu akan terselesaikan.
Turunkan ego untuk segala hal, misal ada momen yang mungkin seharusnya seorang ibu inginkan terlibat namun karena jadwal akhirnya ga di tempat, don't blame yourself. Terima ini sebagai suatu TAKDIR, sehingga ikhlas menerima apapun dalam proses kehidupan kita. Sukses hidup sebenarnya dari hati, jika kita bisa mensyukuri segala yang telah dimiliki dan dialami.
Semoga bermanfaat.
Saya ingin membagi pengalaman teman saya yg sepasang suami istri dan keduanya merupakan ppds, mulai menikah sejak awal ppds hingga memiliki 2 org anak serta menyelesaikan ppds tepat waktu. Kuncinya yaitu selalu melibatkan pihak keluarga (orang tua, ipar, dll) , baik dari istri maupun suami, dalam pengasuhan anak, kedua nya selalu berbagi waktu dalam mengasuh anak ketika ada waktu senggang diluar ppds.
Bila ada keinginan utk melanjutkan pendidikan, baik spesialis maupun lainnya, selalu siapkan modal material dan spiritual, yaitu biaya dan semangat serta mental yg kuat agar tidak sewaktu waktu menyerah ditengah proses pendidikan. Dukungan dari pihak keluarga sangat berperan penting dlm hal ini. Dan bila ingin melanjutkan pendidikan dokter spesialis, akan memberikan nilai tambah bila anda magang di bidang yg akan anda pilih, serta membuat lebih fokus dalam mempelajari bidang yg akan anda ambil karena akan sering dihadapkan pada kasus yg berkaitan dgn bidang yg akan anda pilih td.
Semoga bermanfaat!
Selain terkendala biaya, harus kerja sambil jaga anak, rasanya sulit kalau harus sekolah sekarang, meskipun kadang tidak tahan dengan nyanyian orang "kapan sekolah? Kok ga lanjut?" Walau terkesan mmberikan excuse, tapi Saya rasa ada baiknya Saya bersabar untuk sementara, karena nanti setelah suami Saya selesai, insya Allah Saya akan sekolah 🙏😀
Ikuti minat dan satu pesan : bila niat berani janganlah takut-takut, bila ragu dan takut jangan berani-berani mencoba.
Kembali ke niat awal, apakah ini yang anda inginkan dalam pencapaian hidup?
Saya menemukan artikel bagus, mungkin bisa untuk bahan bacaan.
Salam.
kehidupan residen
Kebetulan saya saat itu menikah di tengah perjalanan PPDS Bedah Plastik dan suami saat itu sudah selesai PPDS Penyakit Dalam.
Yang kami lakukan saat itu adalah :
1. Temukan bidang yang menjadi passion utama
2. Menyepakati visi dan misi dalam keluarga kecil
3. Berbagi peran dalam keluarga (misalnya saat itu suami mencari nafkah, sementara saya fokus menyelesaikan pendidikan Sp1)
4. Melibatkan keluarga besar untuk mendukung rencana kami (ini penting terutama karena kami perlu dibantu utk hal pengasuhan anak, antara lain dari orangtua dan mertua serta ipar)
5. Memastikan support system selalu tersedia dari keluarga maupun penunjang (misalnya nanny utk anak-anak dan asisten rumah tangga utk urusan memasak,dll)
6. Bersedia selalu berkomunikasi secara terbuka termasuk berkompromi jika ada hal-hal darurat (misalnya tidak bisa pulang ke rumah krn jam jaga memanjang atau ada tugas-tugas tambahan sbg PPDS yg wajib dilaksanakan)
7. Membangun dan menjaga relasi yang baik dengan sesama rekan PPDS supaya bisa kompak saling back up
8. Fokus menyelesaikan sekolah. Ingat bahwa masalah seberat apa pun akan dapat diatasi dan pada saatnya nanti kita bisa lebih leluasa mengatur waktu dan menyeimbangkan hidup setelah lulus dan berpraktik mandiri.
9. Selalu berdoa spy diberi kekuatan dan perlindungan dalam segala situasi
Semoga infonya sedikit membantu.
Semangat!
Makasih Dokter, nice inspiring
Sebagai seorang ibu dan PPDS, harus punya fisik yang prima. Olahraga dan makan sehat harus disempatkan agar tubuh punya metabolisme yang efisien. Jadi walaupun setiap harinya tidur hanya beberapa jam tapi masih tetap semangat menjalani hari.
Oh ya harus kompak sama teman seangkatan. Anak bisa sakit kapan saja, saling back up itu perlu. Nanti gantian kita pasang badan kalau teman yg butuh bantuan. Terakhir jangan lupa minta izin dan keikhlasan suami, anak dan ortu. Merekalah support system utama dalam hidup kita.
Semoga lancar sekolahnya dok. Dengan kerja keras dan tawakal Insya Allah semua kan terlewati
Setuju dengan semua sharing di atas.. Tapi sungguh memang untuk mengambil sekolah pendidikan spesialis bagi seorang ibu dan istri haruslah dibicarakan bersama dengan keluarga besar dan perlu kita tanya pada diri kita sendiri apakah tujuannya?
Apakah untuk meningkatkan penghasilan?
Apakah untuk gengsi semata?
Apakah memang benar2 tertarik dan ingin mengembangkan Ilmunya?
Karena sejujurnya dok, setelah lulus nanti pemerintah dan peraturan belum tentu "bersahabat"
Pengalaman saya peraturan pemerintah bisa selalu berubah, contohnya muncul aturan WKDS di tengah 2 studi, dan bisa malah berjauhan dari keluarga setelah lulus.
Bukan saya menakut2i, tapi memang harus dipikirkan sedemikian rupa dan tentunya mohon petunjuk pada Yang Di Atas😊
Setuju dengan semua sharing di atas.. Tapi sungguh memang untuk mengambil sekolah pendidikan spesialis bagi seorang ibu dan istri haruslah dibicarakan bersama dengan keluarga besar dan perlu kita tanya pada diri kita sendiri apakah tujuannya?
Apakah untuk meningkatkan penghasilan?
Apakah untuk gengsi semata?
Apakah memang benar2 tertarik dan ingin mengembangkan Ilmunya?
Karena sejujurnya dok, setelah lulus nanti pemerintah dan peraturan belum tentu "bersahabat"
Pengalaman saya peraturan pemerintah bisa selalu berubah, contohnya muncul aturan WKDS di tengah 2 studi, dan bisa malah berjauhan dari keluarga setelah lulus.
Bukan saya menakut2i, tapi memang harus dipikirkan sedemikian rupa dan tentunya mohon petunjuk pada Yang Di Atas😊
Tambahan dari saya, mungkin bisa memilih program spesialis yang tidak berat, tidak ada jaga malam, tekanan nya tidak terlalu berat, sehingga waktu dg keluarga masih banyak..
Selain terkendala biaya, harus kerja sambil jaga anak, rasanya sulit kalau harus sekolah sekarang, meskipun kadang tidak tahan dengan nyanyian orang "kapan sekolah? Kok ga lanjut?" Walau terkesan mmberikan excuse, tapi Saya rasa ada baiknya Saya bersabar untuk sementara, karena nanti setelah suami Saya selesai, insya Allah Saya akan sekolah 🙏😀
istri saya juga sampai skrg blm ada niat sekolah,
karena anak2 dirumah lebih butuh dia daripada pembantu atau mertua.
Anak2 buat istri adl yang utama.
Semua memiliki pilihan masing2,dan setiap pilihan mengandung konsekuensi.
Tidak lupa juga menjaga kesehatan tubuh mengingat aktivitas di rumah maupun di pekerjaan akan banyak, faktor stress akan tinggi sehingga segala sesuatunya juga perlu kita memohon kepada Tuhan agar diberi kemudahan. Tetap semangat! Banyak wanita yang seperti anda dan sukses di rumah tangga & pekerjaan 😊
Semoga terwujud dok, memang semua pilihan ada konsekuensi, termasuk jika "nekat" terjun PPDS tanpa adanya pertimbangan dan keyakinan yang mantap, maka bisa-bisa anak dan keluarga yang ditinggalkan menjadi retak kecuali jika semua keluarga sudah memahami dan mendukung kita saat pendidikan.
Keluarga ttp nomer 1.
Saya ingin membagi pengalaman teman saya yg sepasang suami istri dan keduanya merupakan ppds, mulai menikah sejak awal ppds hingga memiliki 2 org anak serta menyelesaikan ppds tepat waktu. Kuncinya yaitu selalu melibatkan pihak keluarga (orang tua, ipar, dll) , baik dari istri maupun suami, dalam pengasuhan anak, kedua nya selalu berbagi waktu dalam mengasuh anak ketika ada waktu senggang diluar ppds.
Bila ada keinginan utk melanjutkan pendidikan, baik spesialis maupun lainnya, selalu siapkan modal material dan spiritual, yaitu biaya dan semangat serta mental yg kuat agar tidak sewaktu waktu menyerah ditengah proses pendidikan. Dukungan dari pihak keluarga sangat berperan penting dlm hal ini. Dan bila ingin melanjutkan pendidikan dokter spesialis, akan memberikan nilai tambah bila anda magang di bidang yg akan anda pilih, serta membuat lebih fokus dalam mempelajari bidang yg akan anda ambil karena akan sering dihadapkan pada kasus yg berkaitan dgn bidang yg akan anda pilih td.
Semoga bermanfaat!