Ibu hamil usia 29 thnG1p0 29 - 30 mingguKeluhan awal rembes dari kemaluan sudah 5 hari. Demam - , mual muntah - .Sebelum rembes pasien mengaku ada putihan....
Tindakan lanjut terapi ibu hamil G1P0 28-29 minggu dengan ketuban pecah dini - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Tindakan lanjut terapi ibu hamil G1P0 28-29 minggu dengan ketuban pecah dini
Ibu hamil usia 29 thn
G1p0 29 - 30 minggu
Keluhan awal rembes dari kemaluan sudah 5 hari.
Demam - , mual muntah - .
Sebelum rembes pasien mengaku ada putihan.
Sebelumnya sudah dari dokter obgyn untuk kontrol. Ternyata dari hasil usg tertulis oligohidramnion, dengan AFI 0
Td : 110/85
Hr 89
Rr 20
T 36.6
Djj 148
Terapi yg sudah di berikan
Cefixime 2x1
Metronidazol 3x1
Hystolan 3x1/2
Pada kasus ketuban pecah dini (KPD) pada usia kehamilan 29-30 minggu dengan Anhidramnios (AFI 0), manajemen di layanan primer serta rujukan menjadi penting untuk mengurangi risiko komplikasi bagi ibu dan bayi.
1. Manajemen di Layanan Primer
Penanganan konservatif dan pemantauan:
- Pemantauan konservatif bisa dilakukan, namun ketuban pecah dini pada usia 29-30 minggu adalah kondisi serius yang memerlukan pemantauan ketat. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan adalah:
- Tanda infeksi: Demam, takikardia ibu atau janin, nyeri perut, atau keluarnya cairan berbau dari vagina.
- Kontraksi uterus: Kontraksi teratur atau nyeri perut mengindikasikan persalinan prematur.
- Aktivitas janin: Penurunan gerakan janin bisa menjadi tanda distres janin.
Laboratorium untuk mendeteksi infeksi:
- Pemeriksaan laboratorium dasar yang dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi meliputi:
- Hitung darah lengkap (lekosit dan CRP): Peningkatan leukosit dan CRP bisa menjadi tanda infeksi.
- Urinalisis: Untuk mendeteksi infeksi saluran kemih yang juga dapat memperburuk kondisi.
Pemberian antibiotik jangka panjang:
- Antibiotik profilaksis biasanya diberikan untuk mencegah infeksi chorioamnionitis, tetapi tidak disarankan untuk jangka panjang tanpa pemantauan. Konsultasi SpOG sangat disarankan jika terapi antibiotik diperpanjang.
Rawat inap atau rawat jalan:
- Pasien dengan ketuban pecah dini pada usia 29-30 minggu idealnya dirawat inap untuk pemantauan ketat, terutama untuk memantau tanda infeksi, distres janin, dan ancaman persalinan prematur. Rawat jalan hanya dianjurkan jika kondisi stabil, namun dengan kunjungan yang sering dan pemantauan ketat di rumah sakit rujukan yang lebih lengkap.
Edukasi kepada pasien:
- Edukasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil meliputi:
- Pentingnya memantau kontraksi, nyeri perut, demam, atau perubahan aktivitas janin.
- Risiko persalinan prematur yang lebih tinggi setelah ketuban pecah, dan kemungkinan komplikasi seperti infeksi.
- Segera datang ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan, seperti demam atau keluarnya cairan berbau dari vagina.
2. Manajemen di Rumah Sakit Rujukan tanpa NICU
Rujukan ke rumah sakit:
- Jika tidak ada fasilitas neonatal intensive care unit (NICU), pasien sebaiknya tetap dirujuk ke rumah sakit dengan SpOG dan SpA. Walaupun tidak ada NICU, dokter anak bisa melakukan stabilisasi neonatus pasca-lahir sebelum merujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap.
Tindakan di rumah sakit rujukan:
- Pemantauan ketat: SpOG akan memantau status janin dan ibu, serta mengelola risiko infeksi dan kontraksi prematur.
- Pemberian antibiotik dan tocolytic agent: Antibiotik tetap dilanjutkan untuk mencegah infeksi intrauterin, dan tokolitik (seperti nifedipine, hystolan, bricasma) dapat diberikan untuk menunda persalinan jika kontraksi terjadi.
- Steroid untuk pematangan paru: Dexamethasone diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin dalam persiapan kelahiran prematur.
Kehamilan tanpa air ketuban:
- Kehamilan dengan anhidramnios atau tanpa air ketuban bisa dipertahankan sementara, tergantung stabilitas ibu dan janin. Namun, risiko infeksi dan komplikasi lainnya terus meningkat, sehingga rujukan ke fasilitas dengan NICU sangat dianjurkan.
Edukasi kepada pasien:
- Berikan edukasi mengenai risiko infeksi, prematuritas, dan pentingnya pemantauan ketat untuk tanda-tanda persalinan.
3. Manajemen di Fasilitas dengan NICU dan SpOG/Subspesialis Konsultan Fetomaternal
Terminasi atau pertahankan kehamilan:
- Di fasilitas dengan NICU lengkap, keputusan untuk melanjutkan atau mengakhiri kehamilan tergantung pada stabilitas janin dan ibu.
- Tanda yang mengharuskan kehamilan diakhiri segera meliputi:
- Fetal Distres (detak jantung abnormal, penurunan aktivitas janin)
- Infeksi intrauterin (chorioamnionitis)
- Persalinan prematur yang tidak bisa dicegah.
Jenis persalinan:
- Persalinan normal mungkin bisa dilakukan jika tidak ada kontraindikasi obstetrik lain, namun sering kali Operasi Sesar dipilih terutama jika ada distres janin atau posisi janin yang tidak memungkinkan persalinan normal.
Prognosis bayi prematur ekstrem:
- Bayi yang lahir pada usia 29-30 minggu memiliki peluang bertahan hidup yang cukup baik di fasilitas dengan NICU, meski ada risiko komplikasi seperti:
- Distres pernapasan
- Infeksi neonatus
- Pendarahan intraventrikular
- Gangguan perkembangan jangka panjang (seperti gangguan neurologis atau perkembangan motorik).
Risiko bayi prematur:
- Bayi yang lahir pada usia ini menghadapi risiko komplikasi jangka pendek (seperti gangguan pernapasan) dan risiko jangka panjang (seperti masalah perkembangan saraf). Namun, dengan intervensi NICU, banyak bayi bisa tumbuh dengan baik.
Pada kasus ini, intervensi medis cepat dan pemantauan ketat sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi baik bagi ibu maupun bayi.
ALO Dokter, kalau keluhan cairan amnion rembes, mungkin sudah terjadi KPD (ketuban pecah dini). Penatalaksanaan KPD pada usia kehamilan Preterm (24-33 minggu) adalah terapi konservatif: https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/ketuban-pecah-dini/penatalaksanaan