Kontroversi Penggunaan SSRI pada Premenstrual Syndrome dan Premenstrual Dysphoric Disorder

Oleh :
dr.Tommy Raharja, Sp.KJ

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) telah disetujui penggunaannya untuk penatalaksanaan premenstrual syndrome (PMS) dan premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Golongan SSRI dapat diberikan pada fase luteal maupun secara kontinu. Meski demikian, masih banyak kontroversi terkait penggunaan SSRI pada kasus PMS dan PMDD, terutama karena golongan ini membawa risiko efek samping serius seperti sindrom serotonin.[1-3]

Perbedaan Premenstrual Syndrome dan Premenstrual Dysphoric Disorder

Premenstrual syndrome (PMS) mencakup manifestasi somatik dan psikologis yang signifikan secara klinis selama fase luteal siklus menstruasi. Manifestasi ini akan hilang dalam beberapa hari setelah menstruasi. Sekitar 20% perempuan mengalami gejala yang berat hingga mengganggu aktivitas, dan sisanya mengalami gejala ringan-sedang. Gejala PMS dapat berupa perubahan nafsu makan, nyeri perut dan pinggang, sakit kepala, pembengkakan dan nyeri payudara, gelisah, mudah tersinggung, dan perubahan suasana hati.[1-3]

Kontroversi Penggunaan SSRI

Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah bentuk yang lebih berat dari PMS dan telah dimasukkan sebagai salah satu gangguan jiwa. Saat ini, obat-obatan golongan SSRI telah disetujui penggunaannya untuk PMS dan PMDD, yakni dapat diberikan pada fase luteal atau kontinu. SSRI menghambat penyerapan serotonin sehingga dapat mempengaruhi suasana hati. Secara umum, SSRI dapat digunakan pada kasus PMS dan PMDD dengan gejala emosional yang dominan.[1,2,4-6]

Efikasi Selective Serotonin Reuptake Inhibitors dalam Mengatasi Gejala Premenstrual Syndrome dan Premenstrual Dysphoric Disorder

Gejala PMS dan PMDD diperkirakan dipengaruhi oleh aksi progesteron pada neurotransmiter seperti gamma-aminobutyric acid (GABA), opioid, serotonin, dan katekolamin. Defisiensi serotonin yang sudah ada sebelumnya dengan peningkatan sensitivitas progesteron juga dianggap sebagai penyebab gangguan ini. SSRI menghambat reuptake serotonin sehingga meningkatkan konsentrasinya di celah sinaptik, yang kemudian memodulasi fungsi reseptor serotonin terkait regulasi suasana hati dan emosi.[1,6,7]

Pada sebuah penelitian yang melibatkan 40 responden, dilaporkan bahwa pemberian fluoxetine 10 mg/hari saat fase luteal menghasilkan penurunan konsisten untuk gejala emosi pada 70% responden dengan PMS. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa dosis tunggal fluoxetine 90 mg yang diberikan 14 hari sebelum menstruasi dan 90 mg pada 7 hari sebelum menstruasi efektif untuk mengurangi gejala PMS dan PMDD.[8,9]

Selain itu, terdapat tinjauan Cochrane (2024) yang mengevaluasi hasil dari 34 uji klinis. Tinjauan ini menunjukkan bahwa konsumsi SSRI efektif menurunkan gejala premenstrual. Pemberian kontinu diduga sedikit lebih efektif dibandingkan pemberian pada fase luteal saja. Meski demikian, konsumsi SSRI menghasilkan peningkatan efek samping bermakna, termasuk mual, perasaan tidak berenergi, dan mengantuk.[4]

Kontroversi dan Pertimbangan Penggunaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors pada Premenstrual Syndrome dan Premenstrual Dysphoric Disorder

Sebelum menggunakan SSRI untuk penanganan PMS dan PMDD, klinisi harus mempertimbangkan rasio keuntungan dari pengobatan dibandingkan dengan potensi risiko yang bisa timbul. Efek samping yang perlu diwaspadai dari golongan SSRI meliputi disfungsi seksual, gangguan tidur, perubahan berat badan, kecemasan, pusing, xerostomia, dan gangguan gastrointestinal. Potensi efek samping serius mencakup sindrom serotonin, peningkatan risiko bunuh diri, dan hiponatremia.[5,10]

Walaupun ada beberapa efek samping yang dapat terjadi, penggunaan SSRI pada PMS dan PMDD sudah disetujui oleh FDA di Amerika Serikat. Atas dasar ini, SSRI dapat menjadi opsi farmakoterapi pada PMS dan PMDD jika dokter merasa pemberiannya diperlukan. Secara umum, SSRI dipilih pada kasus PMS dan PMDD derajat berat, serta digunakan dalam dosis yang lebih rendah dibandingkan dosisnya sebagai antidepresan.[10-12]

Kesimpulan

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa penggunaan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) efektif dalam menurunkan gejala terkait premenstrual syndrome (PMS) dan premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Di Amerika Serikat, obat golongan SSRI juga telah disetujui penggunaannya untuk PMS dan PMDD oleh FDA. Meski demikian, sebelum menggunakan obat golongan ini, dokter perlu mempertimbangkan baik-baik rasio manfaat dan risikonya. Ini karena SSRI memiliki berbagai potensi efek samping, termasuk di dalamnya adalah risiko sindrom serotonin dan peningkatan bunuh diri.

Referensi