Antibiotik digunakan untuk penanganan rosacea dalam bentuk topikal, oral, maupun kombinasi keduanya. Pemilihan bentuk sediaan ini didasarkan pada tipe rosacea, risiko efek samping dan profil resistensi bakteri yang ada di Indonesia.
Rosacea adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema, edema, flushing, serta plak pada area cembung, seperti hidung, pipi, dagu, dan dahi. Walau memiliki etiologi yang belum jelas, patofisiologi rosacea berhubungan dengan terjadinya inflamasi sehingga pemberian antiinflamasi bermanfaat untuk penanganan rosacea. [1,2]
Efek antiinflamasi yang dimiliki oleh antibiotik merupakan alasan mengapa digunakan antibiotik pada penanganan rosacea. Akan tetapi, penggunaannya harus diperhatikan karena banyaknya bakteri yang resisten dengan antibiotik belakangan ini.
Penggunaan antibiotik pada rosacea dapat dilakukan dengan berbagai rute. Penggunaan secara topikal, oral, maupun keduanya dapat menjadi pilihan pada penatalaksanaan rosacea. [1,2,4]
Tipe Rosacea
Rosacea terdiri dari beberapa tipe, yaitu :
- Tipe 1: eritematoteleangiektatik
- Tipe 2: papulopustular
- Tipe 3: phymatous
- Tipe 4: okular
Penanganan setiap tipe rosacea memerlukan bentuk sediaan antibiotik yang berbeda-beda pula untuk setiap tipe rosacea, baik topikal, sistemik, atau kombinasi keduanya. [1,3]
Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal merupakan terapi lini pertama dalam penanganan rosacea tipe 1 dan 2. Antibiotik topikal lebih dipilih karena efek samping yang lebih sedikit dibandingkan penggunaan jangka panjang antibiotik oral serta jarang menyebabkan resistensi bakteri. Antibiotik topikal juga dipilih sebagai obat maintenance agar tidak terjadi relaps. [4,5]
Metronidazole
Formulasi metronidazole yang umum digunakan untuk rosacea adalah metronidazole 1% atau 0,75% dalam bentuk krim, gel, ataupun lotio, 1-2 kali sehari. Sedangkan, penggunaan metronidazole sebagai terapi maintenance dapat diberikan 2 kali dalam satu minggu. Metronidazole akan mengurangi inflamasi sehingga bermanfaat untuk mengurangi gejala telangiektasia dan eritema pada pasien.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa metronidazole dalam bentuk gel lebih nyaman digunakan karena tidak ada laporan mengenai reaksi fotoalergik maupun fototoksik. Selain itu, metronidazole memiliki kategori kehamilan B, sehingga relatif aman bila digunakan pada ibu hamil. Suatu studi menyatakan bahwa pemberian metronidazole efektif pada pasien dengan rosacea tipe 1 dan 2 dalam mengurangi keluhan inflamasi pada wajah. [1-3]
Clindamycin dan Erythromycin
Antibiotik topikal lain yang sering diberikan adalah clindamycin dan erythromycin. Akan tetapi, belum banyak penelitian yang membahas penggunaan antibiotik tersebut pada rosacea. Penggunaan erythromycin didasarkan pada manfaatnya dalam mereduksi inflamasi dan mengobati papul dan pustul pada penderita acne vulgaris. Clindamycin umumnya digunakan sebagai alternatif pada pasien rosacea yang sedang hamil. [2,6]
Risiko Efek Samping Antibiotik Topikal
Efek samping jarang terjadi pada pemberian antibiotik topikal. Efek samping yang paling umum adalah iritasi kulit, kulit kering, atau pruritus. [7]
Penggunaan Antibiotik Oral
Pada rosacea, penggunaan antibiotik oral biasanya ditujukan untuk mengurangi tanda dan gejala rosacea, dan segera dilanjutkan dengan menggunakan antibiotik topikal.
Pada rosacea tipe 3, antibiotik oral dapat digunakan untuk mengurangi inflamasi pada rhinophyma. Akan tetapi, pada kasus seperti rosacea tipe 4, antibiotik oral sebaiknya digunakan sebagai terapi utama.
Antibiotik oral juga dapat diberikan pada rosacea tipe lainnya apabila antibiotik topikal tidak memberikan hasil yang diinginkan, serta terdapat reaksi hipersensitivitas pada pasien rosacea, seperti iritasi kulit. [2,7-9]
Tetrasiklin Oral
Antibiotik tetrasiklin oral seperti doxycycline atau minocycline dosis rendah dapat digunakan untuk penanganan rosacea. Doxycycline 40 mg ditemukan memiliki efikasi yang sama dengan doxycycline 100 mg, tetapi dengan risiko efek samping yang lebih rendah.
Tetrasiklin oral bekerja dengan menghambat produksi sitokin proinflamasi dan enzim protelitik sehingga mengurangi inflamasi yang terjadi pada rosacea. Tetrasiklin oral terutama paling efektif untuk rosacea tipe 2.
Suatu tinjauan sistematis pada 53 penelitian acak terkontrol menunjukkan bahwa oksitetrasiklin atau doxycycline memiliki respons yang baik pada rosacea tipe 2.
Aspek lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan tetrasiklin oral untuk rosacea adalah risiko rekurensi yang lebih besar. Untuk itu, tetrasiklin oral sebaiknya dikombinasikan dengan obat topikal.
Pengguna tetrasiklin oral juga memiliki peningkatan fotosensitivitas sehingga harus menggunakan sun protection factor. [1,5,6,10]
Makrolid dan Metronidazole
Makrolid dan metronidazole juga dapat memberikan respons yang baik pada pasien dengan rosacea, walaupun penggunaannya belum disetujui FDA. Obat golongan ini digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan tetrasiklin oral, misalnya pada wanita hamil atau orang yang alergi terhadap tetrasiklin.
Makrolid yang dapat digunakan, terutama pada rosacea tipe 2 dan 4, adalah azithromycin, dengan dosis sebesar 250 mg, tiga kali per minggu. Walaupun begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti efektivitas azithromycin pada rosacea. [7,11,12]
Risiko Efek Samping Antibiotik Oral
Pemberian antibiotik oral tentunya memberikan efek samping yang lebih banyak dibandingkan antibiotik topikal. Efek samping yang dapat terjadi antara lain: mual, muntah, faringitis, dan sensitivitas pada cahaya. [2,5]
Penggunaan Kombinasi Antibiotik Oral dan Topikal
Kombinasi antibiotik oral dan topikal biasanya dilakukan pada rosacea tipe 2. Pada hal ini, penggunaan antibiotik oral pada rosacea biasanya hanya untuk terapi jangka pendek (2-4 bulan), dan dilanjutkan dengan penggunaan antibiotik topikal untuk terapi jangka panjang. [1]
Kombinasi Dapson Topikal dengan Antibiotik Oral
Dapson biasanya digunakan sebagai antibiotik topikal pilihan. Dapson 7,5% gel digunakan 1 kali sehari, selama 12 minggu. Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan antibiotik oral pilihan yaitu: minosiklin, doxycycline, erythromycin, clarithromycin, atau clindamycin. Perlu diperhatikan bahwa sediaan dapson topikal belum tersedia di Indonesia.
Efek samping yang dapat terjadi antara lain, sakit kepala, fotosensitivitas, diare, dan kandidiasis mukosa. Walaupun begitu, hal ini jarang terjadi, karena antibiotik yang digunakan dosis rendah. [2]
Kombinasi Metronidazole Topikal dengan Doxycycline Oral
Penggunaan antibiotik oral yang dikombinasikan dengan antibiotik topikal juga memiliki respons yang baik pada rosacea yang tidak mencapai respons yang diinginkan. Pada kasus ini, pemberian metronidazole topikal disertai tetrasiklin, yaitu doxycycline, oral menjadi terapi pilihan. Berdasarkan beberapa studi, dosis yang dapat digunakan untuk doxycycline adalah 20-40 mg, sedangkan untuk metronidazole, sediaan lotio 0,75% dan gel 1% satu kali sehari dinilai efektif. [13-15]
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik rute oral, topikal, dan gabungan keduanya dilakukan berdasarkan tipe rosacea. Pada rosacea tipe 1, disarankan menggunakan antibiotik topikal. Sedangkan, pada rosacea tipe 2, dapat digunakan terlebih dahulu kombinasi antibiotik oral dan topikal, dilanjutkan dengan antibiotik topikal.
Pemberian antibiotik oral dapat mengurangi rhinophyma pada rosacea tipe 3, dan menjadi lini pertama pada penanganan rosacea tipe 4. Pemilihan antibiotik juga harus memperhatikan kemungkinan adanya efek samping dan profil resistensi bakteri.