Usia donor yang lebih tua telah banyak dikaitkan dengan luaran klinis lebih buruk pada pasien dewasa dengan leukemia akut yang menjalani transplantasi sel punca hemopoietik. Transplantasi sel punca hemopoietik adalah penanganan kuratif bagi banyak kelainan hematologi, termasuk leukemia. Tujuannya adalah untuk mengembalikan produksi sel darah normal dan meningkatkan peluang remisi atau penyembuhan.[1-3]
Peran Transplantasi Sel Punca Hemopoietik pada Kasus Leukemia Akut
Karakteristik donor berperan penting terhadap kesuksesan transplantasi sel punca hemopoietik (hematopoietic stem cell transplantation/HSCT). Kesenjangan genetik antara donor dan penerima, terutama pada lokus HLA, telah diketahui sebagai faktor utama yang mempengaruhi luaran HSCT. Meski begitu, karakteristik donor lainnya, termasuk usia pendonor, juga diduga berperan signifikan dalam optimalisasi luaran pasien leukemia akut.[4]
Pada kasus leukemia akut, HSCT umumnya dilakukan pada pasien yang berisiko tinggi atau mengalami relaps setelah terapi awal. Prosedur ini memasukkan sel induk hemopoietik yang sehat, baik dari donor autologus maupun alogenik, ke sirkulasi pasien leukemia. Beberapa studi menunjukkan bahwa HSCT dapat meningkatkan kesintasan bebas penyakit (disease-free survival) dan kesintasan keseluruhan (overall survival) pasien leukemia.[3-5]
HSCT menjadi pilihan pada kasus leukemia akut yang memiliki respon suboptimal terhadap terapi induksi awal atau mengalami relaps setelah remisi awal. Indikasi HSCT juga meliputi pasien dengan acute myeloid leukemia (AML) yang menunjukkan mutasi, seperti FLT3-ITD atau TP53, serta pasien dengan acute lymphoblastic leukemia (ALL) yang memiliki translokasi, seperti t(9;22) atau t(4;11).[1-3,5]
Pengaruh Usia Donor Terhadap Luaran Klinis
Sebuah kohort retrospektif melibatkan 4684 pasien AML usia ≥ 50 tahun yang menjalani HSCT dari donor saudara kandung yang lebih tua (≥ 50 tahun) atau donor non-saudara yang lebih muda (≤ 35 tahun). Temuan studi menunjukkan bahwa penggunaan donor non-saudara yang lebih muda mengurangi risiko relaps dan meningkatkan probabilitas kesintasan tanpa penyakit (disease-free survival) dibandingkan dengan donor saudara yang lebih tua.[6]
Sebuah studi yang melibatkan 347 subjek di Brazil menunjukkan bahwa transplantasi dari donor yang berusia di atas 40 tahun secara signifikan meningkatkan insiden graft-versus-host disease (GVHD). Dalam analisis multivariat, GVHD dan usia donor yang lebih tua juga terbukti meningkatkan risiko kematian terkait transplantasi.[7]
Sebuah evaluasi retrospektif lain dilakukan terhadap 179 pasien leukemia dan sindrom mielodisplastik yang menjalani HSCT. Dalam studi ini, pasien dan donor memiliki usia median masing-masing 51 tahun dan 47 tahun, dengan 45% donor berusia lebih dari 50 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa pasien yang menerima HSCT dari donor yang lebih tua (>50 tahun) memiliki kesintasan keseluruhan yang lebih rendah (51% vs 73%), tingkat mortalitas terkait transplantasi yang lebih tinggi (20% vs 8%), dan tingkat relaps yang lebih tinggi (28% vs 39%).[8]
Karakteristik Donor yang Dikaitkan dengan Peningkatan Prognosis
Dari bahasan di atas, tampak bahwa usia donor yang lebih tua berkaitan dengan luaran klinis yang lebih buruk pada pasien leukemia akut yang menjalani HSCT. Di sisi lain, telah banyak studi yang mengindikasikan bahwa usia donor yang lebih muda berkaitan dengan luaran klinis lebih baik, termasuk kejadian GVHD lebih rendah, serta risiko relaps dan kematian yang lebih rendah.[1,6-8]
Dalam sebuah ulasan oleh Stem Cell Engineering Committee of the International Society for Cell and Gene Therapy, dikatakan bahwa karakteristik donor yang berkaitan dengan luaran yang lebih baik pada pasien AML risiko tinggi meliputi usia donor yang lebih muda, donor saudara kandung yang cocok HLA, dan donor yang dapat diakses dalam waktu singkat untuk transplantasi.
Ulasan tersebut menyatakan bahwa donor yang lebih muda secara konsisten terkait dengan mortalitas terkait transplantasi yang lebih rendah dan kesintasan keseluruhan yang lebih baik. Selain itu, donor saudara kandung yang cocok HLA menghasilkan luaran klinis lebih baik. Lebih lanjut lagi, untuk donor haploidentical, penggunaan regimen conditioning myeloablative dengan siklofosfamid pascatransplantasi juga dinyatakan dapat mengurangi risiko relaps.[9]
Kesimpulan
Berbagai studi mengindikasikan bahwa usia pendonor merupakan faktor yang secara signifikan berkaitan dengan luaran klinis pasien leukemia akut yang menjalani transplantasi sel punca hemopoietik (hematopoietic stem cell transplantation/HSCT). Usia donor yang lebih tua telah dikaitkan dengan kejadian graft-versus-host disease (GVHD) lebih tinggi, kesintasan lebih buruk, dan peningkatan mortalitas. Di sisi lain, usia donor lebih muda dikaitkan dengan luaran, kesintasan, dan risiko relaps lebih baik.