Captopril sering kali digunakan secara sublingual pada krisis hipertensi, tetapi pedoman yang ada tidak pernah merekomendasikan penggunaan secara sublingual ini sehingga diperlukan kajian berbasis bukti.
Penggunaan captopril untuk terapi hipertensi sangat luas. Captopril sediaan oral merupakan salah satu obat antihipertensi yang paling sering digunakan karena efek sampingnya yang minimal dan efek terapinya yang memuaskan. Hal ini membuat captopril juga kerap kali digunakan untuk terapi krisis hipertensi, baik hipertensi urgensi ataupun hipertensi emergensi.[1-4]
Dalam penanganan krisis hipertensi, captopril merupakan salah satu obat yang memiliki efek antihipertensi baik. Tetapi, onset kerjanya cukup lama bila diberikan secara oral, sehingga sering kali diberikan melalui rute sublingual (SL) untuk terapi krisis hipertensi. Meski demikian, bukti ilmiahnya akan efektivitasnya perlu dipastikan.[1-4]
Captopril adalah obat antihipertensi golongan penghambat enzim konversi angiotensin/angiotensin-converting-enzyme inhibitor (ACE-I). Captopril menurunkan tekanan darah dengan itu menghambat angiotensin II yang mengakibatkan vasodilatasi, juga meningkatkan sekresi garam ginjal. Onset kerja captopril adalah 1–2 jam. Captopril mencapai konsentrasi tertinggi plasma dalam waktu 1 jam dan memiliki waktu paruh 2–3 jam. Captopril tersedia dalam bentuk tablet oral 12,5 mg, 25 mg, dan 50 mg.[5-7]
Farmakologi Captopril Sublingual
Farmakologi captopril sublingual tergantung pada mekanisme difusi pasif. Karena rute SL banyak mengandung saliva yang memiliki pH sekitar 6, maka captopril akan mengalami ionisasi dan menjadi ion captopril HCap. Ion captopril ini akan menjadi permeabel melalui rute paraseluler.
Mukosa oral memiliki vaskularisasi yang baik, sehingga obat dapat melewati/bypass proses absorpsi pada usus halus dan liver pada metabolisme lintas pertama, sehingga onset terapinya bisa lebih cepat. Onset kerja captopril sublingual lebih cepat bila dibandingkan dengan rute oral, yaitu 10-20 menit dan puncak efek terapetik tercapai dalam waktu 1 jam. Selain dari onset kerja, farmakologi dan farmakokinetik captopril oral dan SL tidak jauh berbeda.[1,6,8]
Penggunaan Captopril Sublingual pada Krisis Hipertensi
Target terapi hipertensi urgensi adalah penurunan tekanan darah gradual dalam 24–48 jam. Untuk mencapai target ini, antihipertensi oral dianggap dapat menjadi pendekatan awal yang baik untuk menghindari terlalu agresifnya penurunan tekanan darah, selagi terapi intravena tertitrasi dipersiapkan. Awalnya, terapi oral yang sering dipakai dalam manajemen krisis hipertensi adalah nifedipine oral. Akan tetapi, nifedipine memiliki efek samping yang lebih banyak dan tidak terprediksi, seperti hipotensi, takikardia, dan palpitasi.
Beberapa kasus iskemia serebri, renal, dan miokard yang dipicu nifedipine juga telah dilaporkan. Pasien usia lanjut dengan vaskulopati dan gangguan organ menjadi kelompok yang paling rentan mengalami kasus-kasus tersebut. Oleh karena itu, nifedipine oral atau sublingual dengan aksi cepat sudah tidak dianjurkan lagi sebagai manajemen hipertensi urgensi, dan captopril dipakai sebagai gantinya.[1-5]
Di sisi lain, efek terapi captopril dianggap lebih baik dan lebih aman. Jika dibandingkan dengan nifedipine 10 mg, captopril 25 mg telah terbukti memiliki efikasi yang serupa dalam menurunkan tekanan darah dengan efek samping yang lebih sedikit. Meski demikian, onset kerja captopril lebih lama membutuhkan waktu 1-2 jam, sehingga sering kali diberikan secara sublingual dengan tujuan mempercepat absorpsinya.
Pemberian captopril secara sublingual sendiri bukan merupakan rekomendasi dalam pedoman tata laksana krisis hipertensi. Namun demikian, banyak studi yang menyatakan bahwa penggunaan captopril secara sublingual sangat bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah dengan cepat tanpa efek samping yang ditimbulkan oleh nifedipin sublingual.[1-5]
Perbandingan Efikasi dan Onset Kerja Captopril Sublingual Vs Oral
Captopril oral dan sublingual memiliki efektivitas yang hampir sama untuk penurunan tekanan darah dan dapat menjadi salah satu alternatif terapi pada krisis hipertensi. Captopril sublingual dinilai memiliki onset kerja yang lebih cepat daripada captopril oral. Beberapa literatur mencoba mengevaluasi onset kerja kedua sediaan ini, tetapi masih terbatas studi terkini yang menunjukkan bukti ilmiah yang cukup kuat.[2-4,9]
Salah satu studi cross-sectional acak pada 212 pasien menunjukkan bahwa efektivitas captopril sublingual dan oral hampir sama. Captopril SL menurunkan tekanan darah lebih baik daripada captopril oral pada waktu 10 menit dan 30 menit setelah administrasi obat. Namun, penurunan tekanan darah terlihat sebanding pada 60 menit setelah pemberian obat.[2]
Beberapa studi lainnya tidak menunjukkan terdapatnya perbedaan efek terapi yang signifikan antara captopril oral dan sublingual.
Sebuah studi observasi retrospektif pada 71 pasien menunjukkan bahwa captopril oral dan sublingual tidak memiliki perbedaan efek terapi yang signifikan. Captopril oral dan sublingual sama-sama menurunkan tekanan darah secara signifikan pada 15 menit pertama.[3]
Studi cross-sectional yang dilakukan oleh Kazerani et al juga mengevaluasi efikasi dan onset captopril pada pasien dengan hipertensi urgensi. Total 101 pasien diberikan captopril sublingual 25 mg, kemudian tekanan darah diperiksakan kembali dalam 60 dan 120 menit. Setelah 60 menit, ditemukan bahwa 54 pasien mengalami penurunan tekanan darah yang ideal, yaitu 25% dari tekanan darah awal. Captopril SL kembali diberikan kepada 47 pasien yang belum mencapai target tekanan darah. Namun, sebanyak 19 pasien diantaranya tidak merespons terhadap dosis kedua captopril sublingual. Pasien yang tidak responsif ini dilaporkan telah mengonsumsi beberapa obat antihipertensi sebelum hipertensi urgensi terjadi.[4]
Kelebihan dan Kekurangan Captopril Sublingual
Pemberian captopril melalui rute sublingual dapat bermanfaat bagi pasien dengan penurunan kesadaran atau stroke dengan gangguan refleks menelan, agar terhindar dari risiko aspirasi. Apabila pasien tidak memerlukan penurunan tekanan darah dengan cepat dan dapat menoleransi pemberian obat melalui rute oral, maka pemberian captopril secara sublingual tidak perlu dilakukan.[1,3,4,5]
Kekurangan pemberian captopril secara SL berkaitan dengan ketidaknyamanan pasien karena captopril sublingual dapat menimbulkan sensasi terbakar, rasa pahit dan seperti logam, serta reaksi alergi lokal. Namun, umumnya efek samping tersebut ringan.[1,3]
Kesimpulan
Penggunaan captopril secara sublingual belum termasuk rekomendasi dalam pedoman praktik yang ada. Captopril oral maupun sublingual juga dapat dijadikan terapi inisiasi pada krisis hipertensi pada setting instalasi gawat darurat karena dapat diakses lebih mudah, sementara pemberian terapi intravena dipersiapkan.
Hingga saat ini, belum ada bukti yang cukup kuat untuk memastikan captopril sublingual dibandingkan dengan captopril oral.Terdapat studi yang menunjukkan bahwa captopril sublingual dapat menurunkan tekanan darah dengan lebih cepat pada 60 menit pertama, meski efeknya akan sama dengan antihipertensi lainnya setelah 60 menit.
Meski demikian, tujuan pengobatan krisis hipertensi adalah penurunan tekanan darah secara perlahan dalam 24-48 jam, sehingga perbedaan kecil dalam onset kerja antara captopril sublingual dan oral tidak signifikan.
Penggunaan captopril sublingual dapat bermanfaat pada pasien dengan penurunan kesadaran, seperti stroke, di mana pemberian secara oral dapat menyebabkan aspirasi pada pasien tersebut.
Direvisi oleh: dr. Ciho Olfriani, 2021.