Pengukuran Bilirubin Bayi dengan Aplikasi Smartphone

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Pengukuran kadar bilirubin bayi dengan aplikasi smartphone diharapkan dapat memudahkan proses monitoring hiperbilirubinemia yang dialami bayi dan membantu menghindari komplikasi seperti gangguan neurologis. Kondisi ikterus atau jaundice berkontribusi besar pada morbiditas dan mortalitas bayi.

Sekilas tentang Bermacam Metode Pengukuran Bilirubin

Ikterus pada bayi umumnya sudah dapat dilihat secara kasat mata pada 1 minggu pertama kehidupan. Hal ini memungkinkan tenaga medis untuk mengevaluasi derajat hiperbilirubinemia bayi dengan inspeksi visual, yang sering dikenal sebagai skala Kramer. Namun, metode inspeksi visual ini memiliki akurasi yang kurang baik.

shutterstock_1721345773-min

Metode baku emas untuk mengukur kadar bilirubin sebenarnya adalah pengukuran serum bilirubin total. Namun, pemeriksaan ini tidak selalu tersedia di semua fasilitas kesehatan dan sering membutuhkan biaya yang cukup mahal. Hal ini dapat menjadi kendala, khususnya di daerah yang memiliki sumber daya terbatas.

Para peneliti kemudian mempelajari berbagai metode alternatif untuk mengukur kadar bilirubin. Salah satunya adalah dengan pemeriksaan bilirubin transkutan. Akan tetapi, metode ini juga masih membutuhkan alat khusus yang tidak selalu tersedia di semua fasilitas kesehatan. Aplikasi di smartphone dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kendala ini karena smartphone tersedia secara luas dan tidak membutuhkan alat atau biaya tambahan.[1-3]

Akurasi Pengukuran Bilirubin dengan Aplikasi di Smartphone

Kamera depan smartphone dapat dimanfaatkan dengan konsep scleral-conjunctival bilirubin (SCB) yang sebenarnya memiliki prinsip sama dengan pengukuran bilirubin transkutan. Salah satu aplikasi smartphone (neoSCB) telah dipelajari, di mana studinya melibatkan 51 neonatus di Inggris.

Studi tersebut dilakukan selama 14 bulan dari Januari 2017 hingga Maret 2018 dengan membandingkan nilai bilirubin aplikasi dan nilai serum bilirubin total. Dengan nilai batas ambang SCB 190 μmol/L, sensitivitas pengukuran dengan aplikasi smartphone ini dilaporkan berkisar antara 92–100% dengan spesifisitasnya adalah 61–67%.[1]

Studi lain yang berbasis kamera smartphone juga dilakukan di dua rumah sakit di Norwegia pada bulan Februari 2017 hingga Maret 2019. Studi ini melibatkan bayi yang berusia ≤15 hari. Gambar yang didapat kemudian dianalisis dengan smartphone–based tool dan dibandingkan dengan nilai serum bilirubin total. Sensitivitas pemeriksaan dengan smartphone ini mencapai 100% sementara spesifisitasnya adalah 69%.[2]

Penelitian serupa juga dilakukan di Kanada dengan melibatkan 64 bayi. Hasil studi di Kanada ini melaporkan nilai sensitivitas sebesar 90–100% dan nilai spesifisitas sebesar 60–62,5%.[3]

Suatu studi yang dilakukan di Amerika Serikat juga membandingkan nilai serum bilirubin total dengan nilai bilirubin pada aplikasi bernama Bilicam. Studi ini dilakukan pada 530 neonatus berusia <7 hari. Untuk deteksi serum bilirubin total yang tinggi, sensitivitas yang dilaporkan dari aplikasi tersebut adalah 84,6–100% sementara spesifisitasnya adalah 75,1–76,4%.

Aplikasi Bilicam ini sudah difasilitasi kalibrasi warna, sehingga dapat mendeteksi warna kulit pada sternum bayi. Pengambilan gambar dilakukan sebanyak 6 kali, di mana 3 gambar diambil dengan lampu kamera menyala dan 3 gambar diambil tanpa lampu kamera. Setelah itu, gambar akan dikirim ke server. Aplikasi membutuhkan waktu <60 detik untuk memberikan hasilnya.[4]

Akurasi smartphone dalam menentukan gradasi warna berperan penting dalam memberikan hasil yang akurat. Kalibrasi yang dapat dilakukan untuk smartphone adalah dengan menggunakan proses novel, yaitu dengan mengkalibrasi cahaya lingkungan dan variasi antar ponsel. Selain itu, fitur lain yang penting ada pada ponsel adalah subtracted signal to noise ratio (SSNR) yang dapat memastikan apakah potongan gambar betul-betul sesuai saat pengambilan gambar.[5,6]

Perbandingan Pengukuran Bilirubin dengan Smartphone dan Teknik Transkutan

Pengambilan gambar dengan kamera smartphone sebenarnya mengikuti lokasi pengukuran bilirubin transkutan. Lokasi pemeriksaan bilirubin transkutan dapat berupa kening maupun sternum bayi. Menurut suatu meta analisis tentang pemeriksaan bilirubin transkutan, kedua lokasi ini tidak memiliki perbedaan akurasi yang signifikan, baik bagi bayi prematur maupun bayi cukup bulan.[7]

Suatu penelitian mengenai bilirubin transkutan di Arab Saudi melaporkan bahwa  metode ini cukup akurat, dengan sensitivitas mencapai 83% dan spesifisitas 71% pada 72 jam pertama kehidupan. Sementara itu, beberapa studi lain melaporkan sensitivitas yang bervariasi antara 99–100% dan spesifisitas yang bervariasi antara 42–54%. Angka ini dinilai tidak berbeda bermakna dengan pengukuran melalui smartphone.

Namun, data yang langsung membandingkan kedua metode ini secara head-to-head memang masih amat terbatas. Smartphone dinilai lebih mudah digunakan di area dengan sumber daya terbatas karena mudah diakses dan relatif murah. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan frekuensi monitoring, bahkan oleh orang tua pasien di rumah sendiri.[1,8]

Pada tahun 2023, dipublikasikan hasil tinjauan sistematis dan meta analisis pertama yang menilai kinerja aplikasi smartphone dalam mendeteksi hiperbilirubinemia neonatal. Hasilnya menunjukan bahwa estimasi bilirubin bayi baru lahir yang diperoleh melalui aplikasi smartphone mempunyai korelasi yang masuk akal dengan kadar bilirubin serum.[9]

Kesimpulan

Aplikasi di smartphone dapat menjadi alternatif alat evaluasi hiperbilirubinemia pada bayi ikterus yang berada di wilayah-wilayah dengan sumber daya terbatas. Metode ini dapat memberikan estimasi nilai serum bilirubin total dengan sensitivitas yang bervariasi antara 84,6–100% dan spesifisitas yang bervariasi antara 60–76,4%.

Namun, akurasi pengukuran dengan smartphone ini akan sangat tergantung pada akurasi kamera masing-masing ponsel dan dapat bervariasi antar produsen aplikasi. Uji klinis acak dengan skala lebih besar masih diperlukan sebelum metode ini dapat diaplikasikan secara luas. Namun, metode ini cukup menjanjikan karena dapat diakses dengan mudah oleh berbagai fasilitas kesehatan dan oleh orang tua pasien.

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi