Red Flag Amalgam Tattoo dan Pigmentasi Mukosa

Oleh :
drg. Muhammad Garry Syahrizal Hanafi

Red flag atau tanda bahaya pada amalgam tattoo perlu dibedakan dengan perubahan pigmentasi mukosa yang disebabkan oleh lesi ganas seperti melanoma mukosa. Perubahan warna mukosa pada amalgam tattoo menjadi abu-abu, biru, atau hitam disebabkan oleh deposit fragmen partikel amalgam ke dalam jaringan lunak.[1,2]

Tepi lesi ini dapat bervariasi, yaitu jelas, tidak beraturan, atau samar. Meskipun lesi ini tidak berbahaya, tidak menyakitkan, dan umumnya tidak memerlukan perawatan apapun, tetapi seringkali menimbulkan kekhawatiran oleh pasien karena tampilan klinisnya yang menyerupai lesi berbahaya.[1,2]

Amalgam Tattoo dan Pigmentasi Mukosa

Amalgam tattoo seringkali ditemukan pada mukosa yang berdekatan dengan restorasi amalgam, dengan prevalensi paling tinggi pada gingiva mandibular, utamanya pada gigi pasca apikoektomi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penutup saluran akarnya. Tempat kedua dan ketiga dimana amalgam tattoo sering dijumpai adalah mukosa alveolar dan mukosa bukal.[1,3]

Etiologi Amalgam Tattoo

Amalgam tattoo terjadi ketika partikel amalgam masuk ke mukosa. Ini bisa terjadi saat penempatan restorasi melalui abrasi mukosa, atau melalui dental floss jika digunakan segera setelah penempatan, yang mendorong partikel ke sulkus gingiva.[4-6]

Partikel juga dapat masuk akibat tekanan bur dental high-speed saat membuka restorasi amalgam, atau ketika serpihan amalgam jatuh ke soket gigi setelah ekstraksi. Terakhir, amalgam tattoo umum pada apikoektomi yang memakai amalgam sebagai penutup ujung akar, karena partikel lebih mudah menembus gingiva dari tulang alveolar.[4-6]

Setelah terjebak dalam jaringan, partikel amalgam akan korosi dan diidentifikasi tubuh sebagai benda asing. Makrofag akan menyerap partikel tersebut, dan kandungan silver pada amalgam akan menyebabkan pewarnaan pada kolagen, yang kemudian terlihat sebagai pigmentasi.[4-6]

Red Flag Amalgam Tattoo

Pasien dengan red flag (tanda bahaya) amalgam tattoo dan pigmentasi mukosa memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi etiologinya dan mendapatkan penanganan segera. Red flag yang perlu diperhatikan adalah:

  • Lesi muncul tanpa adanya restorasi amalgam di dalam mulut
  • Warna lesi tidak homogen, yaitu ada berbagai spektrum warna dalam satu lesi yang muncul
  • Lesi berubah warna dan ukuran secara masif dan cepat
  • Muncul gejala yang dirasakan pasien, seperti nyeri atau perih
  • Permukaan lesi bersifat ulseratif
  • Lesi ditemukan pada lokasi yang tidak lazim seperti di palatum atau dorsal lidah
  • Saat pemeriksaan penunjang radiografi, tidak tampak adanya partikel logam
  • Pada pemeriksaan ekstraoral, ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfa[7-10]

 Manajemen Pasien dengan Red Flag Amalgam Tattoo dan Pigmentasi Mukosa

Manajemen pasien dengan red flag amalgam tattoo dan pigmentasi mukosa dimulai dari anamnesis serta pemeriksaan yang terarah untuk menentukan etiologi yang tepat.

Anamnesis

Anamnesis menjadi langkah awal yang penting untuk mengidentifikasi etiologi pigmentasi mukosa dan membedakan antara lesi benigna atau maligna. Penting untuk menanyakan riwayat penumpatan amalgam sebelumnya serta waktu kemunculan lesi, apakah sebelum atau setelah penumpatan. Dokter juga perlu menanyakan apakah ada perubahan progresif pada lesi seperti pembesaran, ulserasi, atau nyeri.[1,2,9,11]

Riwayat perawatan gigi sebelumnya, seperti ekstraksi gigi dengan restorasi amalgam atau apikoektomi, juga krusial ditanyakan. Selain itu, perlu digali riwayat sistemik, penggunaan obat-obatan pemicu pigmentasi (seperti minosiklin atau tetrasiklin), riwayat penyakit sistemik dan kanker dalam keluarga, serta kebiasaan pasien seperti merokok atau mengunyah sirih.[1,2,9,11]

Jika dari hasil anamnesis ini tidak mengarah bahwa lesi tersebut berasal dari restorasi amalgam, maka dokter gigi harus curigai kondisi lain, salah satunya adalah keganasan.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan langkah penting untuk mengevaluasi lesi secara menyeluruh, menegakkan diagnosis, dan membedakannya dengan lesi maligna.

Perhatikan lokasi lesi. Jika lesi jauh dari amalgam atau di tempat yang tidak lazim (misalnya palatum atau lidah dorsal), curigai penyebab lain. Amati pula ukuran dan bentuk lesi. Bentuk lesi non-makula (nodul atau massa eksofitik) dapat mengindikasikan lesi neoplastik, seperti melanocytic nevus, melanoma mukosa, atau foreign body granuloma.[1,2,9,11]

Perhatikan warna lesi. Amalgam tattoo biasanya homogen (abu-abu, biru tua, atau hitam), sedangkan warna heterogen mengarah pada kondisi lain seperti melanoma mukosa, melanotic macule atipikal, pigmentasi medikamentosa, sindrom sistemik (Peutz-Jeghers syndrome atau Addison’s disease), dan tatu non-amalgam seperti grafit, karbon, atau logam lainnya.[1,2,9,11]

Evaluasi juga pembesaran kelenjar getah bening regional. Jika ditemukan pembesaran, perubahan konsistensi, nyeri tekan, atau mobilitas pada kelenjar limfa submandibular, submental, atau cervical anterior superficial, curigai infeksi atau proses neoplastik.[1,2,9,11]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus amalgam tattoo meliputi radiograf intraoral (periapikal/oklusal), foto panoramik, Cone Beam Computed Tomography (CBCT), biopsi untuk pemeriksaan histopatologi, dan uji tambahan seperti pemeriksaan darah dan tes imunohistokimia jika diperlukan.[4,5]

Umumnya, radiografi sudah cukup karena lesi amalgam tattoo akan tampak radioopak, meskipun terkadang tidak terlihat jika partikelnya terlalu kecil. Jika ada keraguan dari radiografi, biopsi eksisi dapat dipertimbangkan untuk konfirmasi histologis dan menyingkirkan nevus atau melanoma.[4,5] 

Tata Laksana

Penatalaksanaan yang dilakukan bergantung pada hasil penegakan diagnosis. Secara umum, kita dapat membedakannya menjadi dua, yaitu lesi jinak (amalgam tattoo) dan lesi ganas.[2,3]

Untuk lesi jinak, biasanya tidak memerlukan perawatan khusus, kecuali jika pasien mengeluhkan dari sudut pandang estetika. Selain itu, lakukan juga dokumentasi dan observasi secara berkali, dan edukasi pada pasien mengenai sifat lesi yang jinak. [2,3]

Untuk lesi ganas, maka penatalaksanaannya membutuhkan penanganan lintas disiplin yang melibatkan bedah mulut, ahli onkologi, dan ahli oral patologi. Lakukan evaluasi staging kondisi maligna, dan terapi lanjutan sesuai protokol keganasan.[2,3]

Referensi