Red flags atau tanda bahaya benjolan di axilla penting diketahui karena bisa menjadi tanda kelainan pada organ setempat atau gejala penyerta dari penyakit yang lain, misalnya tuberkulosis, kanker payudara, atau limfoma. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan yang baik, terkait penyakit atau kondisi yang berhubungan dengan benjolan di axilla, agar seorang klinisi dapat memberikan diagnosis dan tata laksana secara tepat.[1-4]
Etiologi Benjolan di Axilla
Benjolan di axilla secara umum disebabkan oleh limfadenopati atau limfedema yang terletak di axilla. Etiologi benjolan di axilla paling sering di antaranya:
- Kista sebasea, pioderma, hidradenitis supuratif
- Limfadenopati karena infeksi, seperti sarkoidosis, glandular fever (infeksi mononukleosis), cat scratch disease (CSD), herpes
- Tumor atau keganasan, seperti lipoma, fibroadenoma
Penyakit yang wajib diketahui dan tidak boleh terlewatkan terkait dengan benjolan di axilla sebagai salah satu gejalanya adalah:
- Metastasis kanker, terutama kanker payudara dan kanker paru
- Limfoma, leukemia
- Tuberkulosis limfadenopati, HIV[1,3,4]
Tanda Bahaya Benjolan di Axilla
Tanda bahaya benjolan di axilla perlu diidentifikasi segera melalui pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi etiologi penyebab dan mendapatkan tata laksana segera. Tanda atau gejala yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah bila terdapat kondisi berikut:
- Benjolan muncul tanpa adanya alasan yang jelas
- Massa yang terfiksasi (immobile)
- Tidak membaik atau persisten >2 minggu
- Benjolan yang semakin membesar
- Rasa tidak nyaman atau nyeri, terutama saat otot area axilla bergerak
- Pembengkakan axilla
- Kemerahan atau memar di area axilla
Foto toraks abnormal
- Benjolan di kelenjar getah bening area lainnya [1-7]
Benjolan di axilla perlu lebih diwaspadai jika disertai oleh gejala sistemik, seperti demam, keringat malam, kelemahan/malaise, dan penurunan berat badan yang drastis.[1-7]
Benjolan di axilla akibat metastase kanker payudara diawali dengan benjolan di payudara, terutama pada wanita usia >30 tahun keatas, yang disertai dengan perubahan ukuran atau bentuk dari payudara, nipple discharge, retraksi payudara, hingga perubahan kulit payudara.[1-7]
Manajemen Pasien dengan Tanda Bahaya Benjolan di Axilla
Manajemen pasien dengan tanda bahaya benjolan di axilla dilakukan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, hingga menentukan terapi.
Anamnesis
Beberapa hal yang dapat ditanyakan kepada pasien dengan benjolan di axilla adalah:
- Riwayat penyakit sekarang: nyeri (intensitas, onset), faktor yang menyertai, faktor yang memperberat gejala
- Investigasi gejala sistemik: demam, keringat malam, malaise, penurunan berat badan
- Riwayat penyakit dahulu: misalnya HIV/AIDS, leukemia, dan limfoma non-Hodgkin’s
- Riwayat pengobatan: beberapa pengobatan yang dapat menyebabkan limfadenopati reversibel adalah sefalosporin dan fenitoin
- Riwayat sosial atau kebiasaan: misalnya paparan zat kimia, penggunaan obat terlarang, konsumsi alkohol, merokok, riwayat perjalanan
Riwayat seksual: jumlah pasangan, aktivitas seksual saat ini apakah menggunakan pengaman atau tidak, riwayat pasien dan pasangan terkait infeksi menular seksual (IMS)
- Riwayat bedah: misalnya pembedahan limfadenopati
- Riwayat penyakit keluarga terkait keganasan[4,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan benjolan di axilla dimulai dari tanda vital untuk melihat adanya tanda sepsis atau kondisi berat lainnya, serta pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan auskultasi seluruh tubuh. Misalnya untuk melihat ruam, lesi, atau nodul; meraba benjolan di payudara atau lokasi lain, splenomegali, atau hepatomegali; serta auskultasi bunyi jantung dan paru.[4,6]
Palpasi benjolan di axilla, sesuai dengan pemeriksaan kelenjar getah bening, harus mendeskripsikan lokasi, ukuran, konsistensi, terfiksasi, dan nyeri yang menyertai. Ukuran abnormal benjolan di axilla adalah lebih dari +1 cm.[4,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pasien dengan benjolan di axilla dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan berikut:
Pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP)
- Skrining infeksi mononukleosis (glandular fever)
- Skrining HIV
- Skrining tuberkulosis, yaitu tes Mantoux dan foto toraks
- Pemeriksaan metastasis, misalnya mammografi, CT scan toraks
- USG axilla dan fine needle aspiration biopsy (FNAB) pada nodus limfe[1,4,6]
Tata Laksana
Tata laksana benjolan di axilla bervariasi, bergantung pada etiologi yang mendasarinya. Pada kasus keganasan dapat dilakukan eksisi, radioterapi, hingga kemoterapi. Kasus autoimun membutuhkan terapi imun atau glukokortikoid sistemik.[4,6]
Sementara, kasus infeksi mungkin perlu diberikan terapi antibiotik, antivirus, atau antijamur. Evaluasi ulang dalam 1‒2 minggu kemudian untuk melihat apakah terjadi perbaikan benjolan atau tidak.[4,6]