Red flags atau tanda bahaya tremor penting dikenali untuk mengidentifikasi penyebab tremor yang lebih dari kejadian jinak atau transien. Tremor merupakan gangguan gerakan yang bisa ditemukan pada kasus serius, seperti penyakit Parkinson. Meski begitu, tremor bisa disebabkan oleh kondisi jinak, seperti respon fisiologis terhadap stres.[1]
Definisi dan Etiologi Tremor
Tremor adalah serentetan gerakan involunter dan ritmis yang melibatkan satu atau lebih bagian tubuh. Gerakan ini timbul akibat berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian atau irregular dengan frekuensi dan amplitudo yang tetap dalam periode waktu tertentu.[1-3]
Tremor dapat dialami oleh semua kelompok usia. Keluhan biasanya dapat muncul sebagai gejala utama atau bersamaan dengan gejala penyerta lainnya.[2-4]
Tremor Fisiologis
Tremor fisiologis dapat berupa resting tremor atau action tremor. Kondisi ini umumnya terjadi pada individu sehat dan muncul hanya jika ada pencetus seperti kondisi kecemasan, kelelahan, konsumsi kafein berlebihan, dan konsumsi alkohol.[2-4]
Tremor Patologis
Tremor patologis mengacu pada gerakan ritmis yang involunter dari bagian tubuh yang disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari, biasanya terkait dengan sistem saraf. Tidak seperti tremor fisiologis, tremor patologis seringkali berkaitan dengan adanya proses neurologis abnormal.
Beberapa contoh penyebab tremor patologis adalah:
- Tremor primer atau genetik
- Penyakit Parkinson
-
Drug induced tremor, misalnya akibat konsumsi obat lithium, asam valproat, amiodarone, terbutaline, dan teofilin
- Kelainan endokrin dan metabolik seperti ensefalopati, hipoglikemia, hipertiroid, hiperparatiroid, neuropati diabetes, dan keracunan logam berat
- Disfungsi cerebellum, misalnya akibat stroke, multiple sclerosis, tumor, trauma intrakranial, dan perdarahan[2-4]
Membedakan Tremor Patologis dan Fisiologis
Salah satu faktor kunci dalam membedakan antara tremor fisiologis dan patologis adalah frekuensi dan amplitudo tremor. Tremor fisiologis biasanya halus, tremor amplitudo rendah yang terjadi secara alami selama aktivitas tertentu seperti menahan postur tubuh. Tremor patologis seringkali memiliki amplitudo yang lebih tinggi dan memiliki frekuensi yang berbeda tergantung pada kondisi yang mendasarinya.
Selain itu, tremor fisiologis sering terputus-putus dan hilang dengan istirahat, sedangkan tremor patologis lebih persisten dan bahkan dapat memburuk seiring berjalannya waktu. Tremor patologis juga sering disertai dengan gejala neurologis lain seperti kelemahan otot, perubahan sensorik, atau kesulitan koordinasi. Tremor patologis juga dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.[2-4]
Red Flags Tremor
Walaupun sebagian kasus tremor bersifat fisiologis, namun dokter harus dapat mendeteksi tremor yang bersifat patologis dan memerlukan evaluasi lebih lanjut. Berikut merupakan tanda bahaya atau red flags tremor:
- Tremor bersifat unilateral, fokal, resting tremor, atau tremor area kaki disertai dengan adanya kekakuan dan bradikinesia
- Keluhan bersifat mendadak atau dengan cepat mengalami perburukan
- Adanya defisit neurologis seperti perubahan status mental, gangguan pengucapan atau artikulasi, dan kelemahan anggota gerak tubuh
- Gangguan keseimbangan tubuh yang menyebabkan ketidakmampuan berjalan dengan baik, misalnya ataksia
- Tremor terjadi pada penderita dengan usia di bawah 50 tahun tanpa riwayat tremor pada keluarga
- Adanya takikardia dan tampak agitasi[1-4]
Manajemen Pasien dengan Red Flags Tremor
Manajemen pasien dengan red flags tremor dapat dilakukan sesuai penyebab tremor. Pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang terarah dapat dilakukan untuk menentukan etiologi dan terapi yang sesuai.
Anamnesis
Anamnesis sangat membantu untuk mengetahui kemungkinan apakah suatu tremor bersifat fisiologis atau patologis. Deskripsi tremor, lokasi tremor, frekuensi, durasi, dan onset usia merupakan langkah awal untuk menentukan kemungkinan penyebab tremor. Keluhan lain seperti adanya gangguan fungsional dalam kehidupan sehari-hari, faktor pencetus, riwayat trauma, riwayat penyakit penyerta dan riwayat pengobatan lainnya juga harus ditanyakan.[4,5]
Karakteristik Tremor:
Memahami awitan dan durasi tremor dapat memberikan wawasan tentang perkembangan dan potensi penyebab yang mendasarinya. Evaluasi pula detail tentang frekuensi, amplitudo, lokasi, pemicu tremor (seperti stres atau gerakan tertentu), dan apakah itu terjadi saat istirahat atau selama aktivitas. Tentukan apakah tremor dimulai di satu area dan menyebar ke area lain, atau apakah itu mempengaruhi beberapa bagian tubuh secara bersamaan.
Gejala Tambahan dan Faktor Risiko
Tanyakan tentang gejala lain seperti kelemahan otot, mati rasa, perubahan bicara, kesulitan berjalan, atau perubahan koordinasi. Identifikasi faktor yang memperburuk atau meningkatkan tremor, seperti stres, kelelahan, atau istirahat. Kumpulkan pula informasi tentang kondisi medis masa lalu pasien, operasi, obat-obatan, dan riwayat keluarga gangguan neurologis atau tremor.
Tanyakan tentang obat apa saja yang sedang dikonsumsi pasien, karena beberapa obat dapat menyebabkan tremor. Tanyakan juga tentang konsumsi alkohol dan penggunaan zat yang berpotensi mempengaruhi sistem saraf. Evaluasi aspek pekerjaan, hobi, dan potensi paparan racun atau bahan kimia yang dapat menyebabkan perkembangan tremor.[1,4,5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, suhu dan frekuensi pernafasan penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit penyerta lainnya. Pada kasus tremor mungkin dapat ditemukan adanya takikardia, tampak agitasi, eksoftalmus, perubahan cara berjalan atau penurunan kesadaran.[1,4,5]
Resting Tremor:
Resting tremor merupakan ciri penyakit Parkinson. Tremor saat istirahat sering digambarkan sebagai gerakan jari-jari "pil-rolling", di mana ibu jari dan telunjuk bergerak dalam gerakan memutar.
Tremor Postural:
Tremor postural terjadi ketika tremor dipicu dengan menahan postur tubuh melawan gravitasi, seperti merentangkan lengan. Ini dapat dikaitkan dengan kondisi seperti tremor esensial atau hipertiroid.
Tremor Aksi:
Tremor aksi terjadi selama gerakan sadar dan selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, seperti:
- Tremor intensi: memburuk saat target didekati
- Tremor kinetik: terjadi selama gerakan
- Tremor isometrik: terjadi selama kontraksi otot terhadap benda diam.
Tremor aksi umumnya terlihat pada kasus tremor esensial dan gangguan cerebellum.[1-5]
Tanda Cerebellum:
Adanya tanda-tanda cerebellum lain, seperti ataksia, dismetria, dan disdiadokokinesia dapat mengindikasikan keterlibatan cerebellum dan kondisi seperti degenerasi cerebellum atau multiple sclerosis.
Rigiditas:
Rigiditas adalah resistensi terhadap gerakan pasif anggota tubuh dan merupakan tanda utama penyakit Parkinson.
Bradikinesia:
Bradikinesia mengacu pada kelambatan gerakan dan merupakan fitur kunci lain dari penyakit Parkinson. Bradikinesia dapat bermanifestasi sebagai kesulitan memulai gerakan, berkurangnya ayunan lengan saat berjalan, dan penurunan kecepatan gerakan secara keseluruhan.
Kelemahan Otot:
Kelemahan otot dapat menjadi gejala yang terkait dalam kondisi seperti multiple sclerosis.
Tanda Neurologis Lainnya:
Tanda-tanda neurologis tambahan seperti gangguan sensorik, refleks abnormal, atau perubahan tonus otot dapat memberikan petunjuk tentang kondisi neurologis yang mendasari yang mungkin menyebabkan tremor.
Pembesaran Kelenjar Tiroid:
Pembesaran kelenjar tiroid dapat dikaitkan dengan hipertiroidisme, yang dapat menyebabkan tremor sebagai gejala peningkatan kadar hormon tiroid.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien tremor dengan tanda red flags diperlukan evaluasi lanjutan sesuai dengan arah diagnosis banding yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium darah dapat membantu menyingkirkan penyebab metabolik tremor, seperti disfungsi tiroid, hipoglikemia, dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan fungsi tiroid membantu menilai kadar hormon tiroid dan dapat mengidentifikasi hipertiroid sebagai penyebab potensial dari tremor.
Neuroimaging, seperti CT Scan dan MRI, dapat membantu mengidentifikasi kelainan struktural di otak yang dapat menyebabkan tremor. Pemeriksaan ini dapat bermanfaat untuk eksklusi lesi otak, tumor, dan kondisi seperti multiple sclerosis.
Elektromiografi (EMG) mengukur aktivitas listrik otot. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara berbagai jenis tremor dan mengidentifikasi apakah itu berasal dari aktivitas otot atau dari sistem saraf. Di sisi lain, elektroensefalogram (EEG) berguna untuk mengidentifikasi pola gelombang otak abnormal yang mungkin terkait dengan kondisi seperti epilepsi.[1,4,5]
Penatalaksanaan
Jika tremor muncul sekunder akibat kondisi medis yang mendasari, seperti hipertiroid atau efek samping obat, maka mengatasi penyebabnya akan memperbaiki gejala tremor. Beta-blocker, seperti propranolol, sering digunakan untuk mengelola tremor esensial dan jenis tremor tertentu dengan mengurangi efek adrenalin pada jalur penghasil tremor. Pilihan lain adalah primidone dan gabapentin.
Deep Brain Stimulation (DBS) melibatkan penanaman elektroda melalui pembedahan di daerah otak tertentu untuk memodulasi aktivitas saraf abnormal dan mengurangi gejala tremor. Ini terutama digunakan untuk tremor esensial dan penyakit Parkinson.
MR-guided focused ultrasound (MRgFUS) adalah pilihan perawatan non-invasif yang menggunakan gelombang ultrasonografi frekuensi tinggi untuk menargetkan dan menghancurkan jaringan otak tertentu yang terlibat dalam pembentukan tremor.[1-5]