Sindrom Cushing Akibat Penggunaan Steroid Topikal

Oleh :
dr. Ferdinand Sukher

Sindrom Cushing telah dilaporkan pada beberapa pasien yang menggunakan steroid topikal. Saat ini, obat topikal yang mengandung steroid sering digunakan bahkan dijual bebas untuk mengurangi rasa gatal, contohnya akibat alergi atau dermatitis. Demi mencegah terjadinya sindrom Cushing, pemakaian steroid topikal perlu dilakukan dengan bijak dan berhati–hati.

Sekilas tentang Sindrom Cushing

Sindrom Cushing merupakan kondisi hiperkortisol yang dapat disebabkan oleh penyebab internal atau eksternal, contohnya pada penggunaan steroid. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada metabolisme hormon alamiah karena berkurangnya produksi hormon kortisol endogen. Sindrom Cushing ditandai dengan gejala obesitas sentral, buffalo hump, moon face, jerawat, striae, hirsutism, resistensi insulin, dan hipertensi.[1,2]

Man's,Hand.,Apply,Topical,Steroids.,Pain,Relief,From,Muscle,Inflammation,

Efek Steroid Topikal Terhadap Sindrom Cushing

Kemungkinan terjadinya sindrom Cushing akibat steroid topikal diperkirakan berkaitan dengan potensi steroid dan durasi paparan. Steroid potensi tinggi dan dosis tinggi dengan paparan lama (2–3 minggu) meningkatkan risiko terjadinya sindrom Cushing. Selain itu, kejadian sindrom Cushing dengan steroid topikal memiliki kemungkinan terjadi lebih besar pada pasien anak.[4,5]

Populasi Anak

Efek samping sistemik dari penggunaan steroid topikal tercatat lebih sering terjadi pada neonatus dan anak dibandingkan remaja dan dewasa. Hal ini disebabkan oleh kulit anak yang lebih tipis dan luas permukaan tubuh yang lebih besar. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah ketebalan kulit dan derajat keratinisasi kulit, kapasitas difusi obat yang tergantung pada konsentrasi dan formulasi obat, dan mutasi genetik. Kondisi peradangan dan oklusi pada penggunaan popok juga diperkirakan berkontribusi terhadap efek steroid topikal ke sistemik.[4,5,8–10]

Populasi Lansia

Laporan sindrom Cushing pada pasien lansia yang menggunakan steroid topikal sampai saat ini terbatas. Akan tetapi, penggunaan steroid topikal pada pasien lansia disarankan menggunakan potensi yang lebih rendah dengan alasan yang sama dengan pediatrik. Pada pasien lansia, lapisan kulit menjadi lebih tipis sehingga meningkatkan absorbsi dari kulit ke sistemik.[4,5,8–10]

Laporan Kasus Sindrom Cushing yang Disebabkan Steroid Topikal

Terdapat beberapa laporan kasus terkait insidensi sindrom Cushing pada pasien yang menggunakan steroid topikal. Obat steroid yang sejauh ini pernah dilaporkan menyebabkan sindrom Cushing antara lain clobetasol dan triamcinolone.[3–5]

Laporan Kasus pada Pasien Anak

Sebuah laporan kasus di Nepal melaporkan sindrom Cushing pada pasien skabies berusia 15 bulan dengan penggunaan clobetasol 0.05%. Pasien datang dengan keluhan wajah bengkak dan berat badan bertambah. Dari pemeriksaan didapatkan adanya peningkatan tekanan darah dan hirsutism pada area wajah.[3]

Selain itu, terdapat laporan kasus dari Thailand mengenai anak berusia 8 bulan dengan obesitas trunkal, moon face, hirsutism, buffalo hump, dan peningkatan tekanan darah. Sebelumnya, pasien sudah menggunakan clobetasol 0.05% untuk mengatasi dermatitis popok yang terjadi selama 5 bulan dengan pemakaian 8–9 kali per hari. Kejadian serupa juga didapatkan di Tiongkok pada pasien anak 2,5 bulan dengan penggunaan diaper barrier cream yang mengandung clobetasol 0.05%.[4,5]

Laporan Kasus pada Pasien Dewasa dan Lansia

Kejadian sindrom Cushing tidak hanya terjadi pada kasus pediatrik. Case series di Italia melaporkan kejadian sindrom Cushing pada wanita berusia 58 tahun yang menggunakan clobetasol untuk menangani liken planus oral. Pasien tersebut sudah menggunakan steroid topikal selama 2002 hingga 2004 untuk mengatasi eksaserbasi dari diagnosis yang dialami. Pasien lain, dengan liken planus oral juga mengalami sindrom Cushing akibat penggunaan steroid topikal. Terdapat kasus–kasus lainnya yang terjadi pada pasien berusia di atas 50 tahun.[6]

Efek Penghentian Steroid Topikal

Penggunaan steroid topikal pada laporan kasus digunakan untuk meredakan kondisi inflamasi pada kelainan kulit yang dialami pada pasien. Pada salah satu laporan kasus tersebut, didapatkan hasil kortisol bebas urin yang rendah sehingga menunjukkan adanya paparan eksternal. Setelah penggunaan kortikosteroid dihentikan, gejala yang dialami pasien perlahan–lahan berkurang hingga menghilang.[7]

Berdasarkan laporan kasus dari Tiongkok, gejala klinis menghilang setelah tapering off penggunaan steroid selama 2 bulan dengan hidrokortison dosis rendah. Penghentian salep secara langsung menunjukkan risiko terjadinya insufisiensi adrenal. Risiko ini terjadi pada kasus di Texas, Amerika Serikat. Oleh sebab itu, pasien diberikan kembali hidrokortison oral dan dilakukan tapering off selama 7 minggu.[5,7]

Penggunaan Steroid Topikal yang Aman

Secara umum, tatalaksana sindrom Cushing adalah dengan menghindari paparan, yaitu steroid topikal. Penggunaan steroid menyebabkan terjadinya gangguan jaras hipotalamus–pituitari–adrenal jika digunakan lebih dari 2 minggu. Penggunaan jangka lama disarankan dilakukannya titrasi turun perlahan hingga dapat dihentikan. Titrasi turun bertahan dapat dilakukan dengan menurunkan jumlah atau frekuensi penggunaan steroid topikal.[1,8]

Penggunaan 2 kali pada minggu pertama dapat diturunkan menjadi 1 kali per hari di minggu berikutnya. Selanjutnya, dapat dilanjutkan dengan setiap 2 hari. Penggunaan steroid dosis fisiologis bahkan dapat digunakan 6–9 bulan sebelum menghentikan steroid. Hal ini disebabkan karena terjadinya supresi produksi kortisol adrenal melalui jaras hipotalamus–pituitari–adrenal. Penghentian steroid jangka panjang yang dihentikan secara mendadak akan menyebabkan kondisi insufisiensi adrenal. Penggunaan steroid topikal poten sebaiknya dihindari pada pasien pediatrik di bawah 12 tahun.[1,5,8,11]

Alternatif Steroid Topikal

Pasien yang mengalami sindrom Cushing tetapi masih membutuhkan steroid topikal perlu menyesuaikan dosis dan jenis steroid yang dipakai, bahkan dapat diganti menjadi terapi lain. Pada efek samping ringan seperti telangiektasis dan penipisan kulit, penggantian jenis steroid mungkin masih dapat dilakukan.[3,10]

Akan tetapi, efek sistemik dari penggunaan steroid menjadi indikasi pertimbangan dihentikannya steroid. Alternatif steroid sebagai penekan inflamasi yang dapat dipakai adalah calcineurin inhibitor, fosfodiesterase–4 inhibitor, dan terapi topikal non–steroid lainnya. Penggunaan obat topikal NSAID (non–steroidal anti inflammatory drugs) hingga saat ini belum terbukti memberikan hasil yang baik pada kasus dermatologi sehingga tidak menjadi rekomendasi utama.[3,10,12]

Edukasi pada Pasien yang Menggunakan Steroid Topikal

Edukasi penting diberikan sebelum terapi dimulai agar pasien atau keluarga memahami efek samping yang mungkin terjadi. Efek samping dari pemakaian steroid jangka panjang lainnya seperti osteoporosis, resistensi insulin, dan kondisi hiperkoagulasi perlu diketahui pasien. Pada kondisi berkelanjutan, risiko hipertensi, gagal jantung, dan kematian mungkin terjadi.[1,2,7]

Tenaga kesehatan juga perlu menjelaskan pentingnya mengikuti aturan pakai sesuai rekomendasi dan kontrol berkala.  Pasien perlu diajarkan cara mengaplikasikan steroid topikal, yaitu secara tipis saja dan dihentikan saat sudah tidak diperlukan. Pemantauan penggunaan steroid perlu dilakukan secara berkala oleh tenaga kesehatan dan pasien. Pemantauan yang dapat dilakukan di rumah adalah identifikasi tanda dan gejala terjadinya sindrom Cushing.[1,2,7]

Kesimpulan

Terdapat berbagai laporan mengenai insiden terjadinya sindrom Cushing pada pasien anak, dewasa dan lansia yang menggunakan steroid topikal. Kejadian ini dicurigai disebabkan oleh kulit anak dan lansia yang lebih tipis, serta luas permukaan yang lebih besar pada pasien anak. Dalam memberikan terapi, dokter perlu memperhatikan risiko terjadinya sindrom Cushing pada populasi tersebut. Oleh sebab itu, pemberian steroid dapat mempertimbangkan dimulai dengan potensi lemah dan dosis yang kecil.

Jika sindrom Cushing sudah terjadi, rekomendasinya adalah dengan menghentikan penggunaan steroid secara bertahap. Selain itu, pemantauan berkelanjutan juga tetap perlu dilakukan oleh dokter. Pada pasien yang masih memerlukan terapi imunosupresif, dapat dipertimbangkan terapi lain seperti calcineurin inhibitor dan fosfodiesterase–4 inhibitor.

Referensi