Terapi laser merupakan salah satu pilihan terapi xanthelasma yang mulai banyak diteliti selain terapi standar berupa pembedahan minor. Xanthelasma merupakan akumulasi lokal deposit lipid pada area kelopak mata. Umumnya, pasien datang kepada dokter bedah plastik untuk menghilangkan lesi ini karena lokasinya yang dianggap kurang indah dari segi estetik.
Penggunaan terapi laser telah dibahas dalam banyak literatur. Laser yang telah diteliti penggunaanya untuk kasus xanthelasma antara lain laser karbon dioksida (CO2), laser neodymium-doped yttrium argon garnet (Nd:YAG), laser erbium yttrium argon garnet (Er:YAG), laser dioda 1450-nm, dan laser pulsed dye. Mekanisme kerja utama terapi laser pada xanthelasma yaitu destruksi perivaskular foam cell melalui energi kalori termal. Destruksi pembuluh darah juga diharapkan dapat mencegah keluarnya lipid ke jaringan sekitar sehingga dapat menghindari terjadinya rekurensi.[1-3]
Indikasi Laser pada Xanthelasma
Idealnya, terapi laser diindikasikan untuk xanthelasma dengan lesi superfisial, ketebalan kurang dari 5 mm, lunak, dan onset kurang dari 1 tahun. Laser Nd:Yag, Er:Yag, dan dioda 1450-nm menggunakan prinsip penyerapan gelombang cahaya yang lebih panjang sehingga penggunaannya cocok untuk lesi yang terbatas pada epidermis.[1,2]
Laser pulsed dye dan laser argon menggunakan prinsip penyerapan gelombang cahaya yang lebih pendek sehingga secara khusus diserap oleh hemoglobin sehingga penggunaannya cocok untuk lesi yang lebih dalam. Laser CO2 lebih direkomendasikan pada lesi kecil dan terbatas pada dermis. Laser CO2 juga dapat dilakukan dengan teknik pinpoint/pinhole untuk mempersingkat masa downtime [1,4,5]
Keuntungan dan Kerugian Terapi Laser
Beberapa keunggulan terapi laser antara lain tidak memerlukan tindakan operasi, pengerjaan yang cepat, serta dapat memberikan hasil fungsional dan estetik yang baik. Laser juga memiliki keunggulan untuk digunakan pada lesi yang sangat luas atau lokasinya menyulitkan untuk diangkat dengan teknik pembedahan.[2,4,5]
Namun demikian, laser juga memiliki beberapa kekurangan bila dibandingkan terapi pembedahan. Terapi laser umumnya memerlukan beberapa kali tindakan untuk dapat menghilangkan keseluruhan lesi, hasil tidak dapat diprediksi secara pasti, biaya yang relatif tinggi, serta tidak dapat memberikan sampel histopatologis seandainya diperlukan.[2,4]
Risiko Terapi Laser pada Xanthelasma
Secara umum, efek samping pada penggunaan terapi laser adalah persisten eritema, jaringan parut yang tidak ideal, depigmentasi, luka bakar, ektropion, retraksi palpebra, dan trauma kornea atau perforasi okular jika prosedur dilakukan di regio periokular. Oleh karena itu, tindakan laser sebaiknya dihindari pada pasien dengan risiko ektropion, pembentukan parut yang buruk, dan pasien yang tidak dapat mentoleransi perubahan pigmentasi kulit.[4–7]
Laser CO2 memiliki risiko depigmentasi yang menetap lebih lama terutama pada tipe kulit Fitzpatrick tipe III dan tipe IV. Dan membutuhkan waktu 6-9 bulan hingga lesi hipopigmentasinya memudar. Laser CO2 memiliki risiko penyembuhan luka yang lebih lambat dibanding laser Argon karena zona nekrosis yang terbentuk akibat gelombang termal dari laser tersebut.[8,7]
Rekurensi juga dapat terjadi pasca terapi xanthelasma menggunakan teknologi laser. Risiko rekurensi tergantung dari faktor genetik dan level kolesterol plasma.[3] Rekurensi pasca terapi xanthelasma menggunakan laser dapat mencapai angka 50%. Angka rekurensi yang lebih tinggi umumnya ditemukan pada pasien dengan lesi multiple.[8]
Pemilihan Terapi Laser atau Pembedahan
Pada sebagian besar kasus, terapi pembedahan dapat memberikan hasil yang baik karena lesi dapat dibuang dalam satu kali tindakan. Lesi yang sangat dalam hingga mencapai lapisan otot dapat dibuang secara lebih menyeluruh. Pengangkatan lesi secara menyeluruh diharapkan dapat menurunkan risiko rekurensi.[4]
Terapi laser umumnya digunakan pada lesi yang superfisial, tidak terlalu tebal (kurang dari 5 mm), dan tidak terlalu luas. Laser juga dapat dipilih pada xanthelasma yang melibatkan area atau memiliki konfigurasi yang menyulitkan untuk tindakan operasi. Terapi laser pada xanthelasma dengan area yang cukup luas harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan terjadinya kontraktur atau deformitas pada kelopak mata. Terapi laser dengan teknik pinhole merupakan salah satu inovasi yang bertujuan untuk menghindari komplikasi tersebut, tetapi pasien perlu mendapat informasi mengenai risiko terjadinya depigmentasi.[2,4,5]
Kesimpulan
Xanthelasma merupakan kondisi medis yang dapat ditatalaksana dengan beberapa macam modalitas, termasuk terapi laser. Terapi laser umumnya dapat dilakukan pada lesi yang tidak terlalu dalam dan tidak terlalu luas. Misalnya, xanthelasma dengan lesi superfisial, ketebalan kurang dari 5 mm, lunak, dan onset kurang dari 1 tahun.
Terapi ini memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri bila dibandingkan terapi standar seperti pembedahan. Pasien perlu mendapatkan informasi mengenai keunggulan dan kekurangan dari masing-masing pilihan terapi serta risiko komplikasi yang menyertainya.