Tinea versicolor merupakan infeksi jamur kulit yang sering mengalami rekurensi, sehingga profilaksis merupakan langkah penting dalam manajemen penyakit ini. Tinea versicolor, disebut juga pityriasis versicolor, merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur Malassezia. Jamur ini merupakan organisme komensal pada permukaan kulit. Apabila tidak diterapi, tinea versicolor dapat menetap selama bertahun-tahun. Dengan terapi antifungal, kesembuhan mikologi umumnya dapat terjadi, tetapi angka rekurensi telah dilaporkan mencapai 80%.[1,2]
Rekurensi Tinea Versicolor
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tinea versicolor disebabkan oleh jamur Malassezia yang merupakan jamur komensal pada kulit. Pertumbuhan filamen patogenik Malassezia dapat terjadi akibat adanya predisposisi genetik, kondisi lingkungan yang hangat dan lembab, imunodefisiensi, kehamilan, kulit berminyak, dan aplikasi losion atau krim dengan kandungan minyak tinggi.[1-3]
Malassezia adalah jamur yang banyak ditemukan pada area kulit yang berminyak, seperti wajah, kulit kepala, dan punggung. Jamur ini akan berkembang dengan baik pada daerah dengan cuaca panas dan iklim lembab. Risiko mengalami rekurensi akan meningkat pada pasien dengan riwayat keluarga mengalami tinea versicolor, pasien yang menggunakan kortikosteroid, pasien malnutrisi, dan hiperhidrosis.
Sebuah studi yang mengevaluasi 102 pasien tinea versicolor dan melakukan pemantauan selama 1 tahun menunjukkan bahwa dengan terapi adekuat 33% pasien tidak mengalami rekurensi. Meski demikian, dalam studi ini didapatkan 53% pasien mengalami rekurensi sebanyak 1-4 kali, dan 15% pasien mengalami rekurensi lebih dari 4 kali.[1-5]
Terapi Profilaksis Tinea Versicolor
Menjaga kebersihan pribadi diharapkan dapat menurunkan tingkat rekurensi tinea versicolor. Meski demikian, terapi profilaksis perlu dipertimbangkan untuk mencegah kekambuhan, terutama pada pasien dengan tingkat rekurensi yang tinggi dan lesi yang luas.[1,6,7]
Indikasi Pemberian Terapi Profilaksis
Belum ada konsensus yang pasti mengenai kapan terapi profilaksis tinea versicolor perlu diberikan. Beberapa literatur menyarankan pemberian terapi profilaksis pada kasus tinea versicolor dengan rekurensi yang sering, lesi yang luas, serta pasien yang memiliki faktor risiko rekurensi seperti penggunaan obat imunosupresan.[1,2,7]
Kontraindikasi Pemberian Terapi Profilaksis
Belum ada konsensus yang pasti pula mengenai kontraindikasi terapi profilaksis tinea versicolor. Secara garis besar, pasien tidak disarankan mendapat terapi profilaksis jika memiliki kontraindikasi terhadap regimen obat yang akan diberikan, misalnya pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ibu hamil.
Selain itu, dokter juga perlu memperhatikan potensi interaksi obat. Hal ini karena obat golongan azole yang digunakan dalam terapi profilaksis tinea versicolor merupakan inhibitor poten enzim CYP450. Hal ini menyebabkan golongan obat ini memiliki potensi interaksi yang luas. Ini mencakup interaksi dengan obat pengencer darah seperti warfarin, obat jantung seperti diltiazem dan verapamil, serta antikonvulsan seperti phenytoin dan carbamazepine.[1,2]
Jenis Terapi Profilaksis
Bukti ilmiah untuk memandu pemilihan regimen profilaksis tinea versicolor masih sangat terbatas. Belum ada konsensus yang jelas apakah terapi profilaksis topikal atau oral yang lebih disukai.[1,2]
Pemberian profilaksis topikal ketoconazole 2%, clotrimazole 1%, atau sampo selenium sulfida 2,5% yang dioleskan ke seluruh tubuh selama 10 menit sebulan sekali telah dilaporkan efektif menurunkan tingkat rekurensi tinea versicolor. Di sisi lain, terapi dengan itraconazole 200 mg per oral, diberikan 2 kali sehari sebulan sekali, dapat menjadi alternatif pada kasus dimana terapi topikal tidak adekuat atau tingkat kepatuhan pasien buruk.[1,2,6,8]
Sebuah uji klinis (2020) yang melibatkan 200 pasien menunjukkan bahwa regimen profilaksis oral dengan itraconazole efektif dalam mencegah rekurensi tinea versicolor. Regimen yang digunakan dalam studi ini adalah itraconazole 200 mg per oral, 2 kali sehari sebulan sekali, selama 6 bulan.[8]
Kesimpulan
Tinea versicolor memiliki angka rekurensi yang tinggi. Untuk menurunkan tingkat rekurensi, regimen profilaksis perlu dipertimbangkan, terutama pada pasien yang sering mengalami kekambuhan atau pasien yang memiliki faktor risiko rekurensi.
Hingga saat artikel ini ditulis, masih belum ada konsensus yang jelas untuk memandu pemberian terapi profilaksis tinea versicolor. Bukti ilmiah yang tersedia juga masih sangat sedikit, sehingga uji klinis acak terkontrol lebih lanjut masih diperlukan.
Bukti terbatas yang ada mengindikasikan bahwa terapi topikal dengan ketoconazole, clotrimazole, atau selenium sulfida efektif dalam menurunkan angka rekurensi. Itraconazole oral 200 mg, diberikan 2 kali sehari sebulan sekali, juga tampaknya efektif mencegah kekambuhan dan mungkin dapat meningkatkan kepatuhan pasien karena cara konsumsi yang lebih simpel.