Pemeriksaan kemampuan kognitif, termasuk penggunaan tes IQ, pada masa-masa awal kehidupan penting dilakukan untuk mengetahui dukungan yang diperlukan anak untuk meraih potensi kecerdasan optimalnya. Pada anak prasekolah, hal ini terutama dilakukan untuk mengetahui apakah anak membutuhkan bantuan atau perhatian khusus dalam pendidikannya. Populasi yang dianggap sebagai anak usia prasekolah adalah anak berusia antara 3-5 tahun.[1]
Manfaat Tes IQ pada Anak Prasekolah
Kecerdasan merupakan faktor penting yang telah dihubungkan dengan kesehatan mental, kesehatan fisik, prestasi akademik, dan luaran kehidupan di kemudian hari. Pemeriksaan kecerdasan dengan tes IQ pada masa-masa awal kehidupan bisa membantu mengidentifikasi kebutuhan khusus dan faktor risiko pembelajaran yang dimiliki anak. Dengan mengetahui adanya hambatan secara dini, perencanaan intervensi yang sesuai dapat dilakukan untuk membantu optimalisasi proses belajar anak.[1,4,5]
Di Indonesia, hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat tingginya kasus stunting pada anak di bawah usia 5 tahun (30,8%). Stunting berhubungan dengan kesulitan belajar pada anak di masa depannya, sehingga dapat menghambat anak dalam berbagai segi kehidupan, termasuk sosioekonomi.[2,3]
Teknik Tes IQ pada Anak Prasekolah
Teknik pemeriksaan IQ pada anak prasekolah yang paling banyak digunakan adalah Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) dengan versi terbarunya adalah versi IV.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI)
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) bisa digunakan untuk mengukur inteligensi anak mulai umur 2 tahun 6 bulan sampai 7 tahun 7 bulan. Pemeriksaan WPPSI terdiri dari 15 subtes. WPPSI menggunakan subtes yang berbeda untuk masing-masing kelompok umur. Rentang umur ini dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- kelompok 2 tahun 6 bulan sampai 3 tahun 11 bulan
- kelompok 4 tahun sampai 7 tahun 7 bulan[6]
Untuk kelompok umur 2 tahun 6 bulan hingga 3 tahun, pemeriksaan IQ hanya memeriksa receptive vocabulary, information, block design, object assembly, dan picture naming saja.[6-8]
Receptive Vocabulary:
Receptive vocabulary (kosa kata reseptif) mengukur kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap kata-kata yang diucapkan pemeriksa. Anak menunjuk gambar yang sesuai dengan kata-kata pemeriksa dari 4 gambar yang diperlihatkan.
Information:
Information (informasi) mengukur pengetahuan secara umum, memori jangka panjang, dan fakta-fakta yang dipelajari. Anak merespon pertanyaan dengan menunjukkan suatu gambar.
Block Design:
Block design (desain blok) mengukur kemampuan individu untuk menganalisis dan menyusun kembali desain abstrak dengan menggunakan balok mainan dalam batas waktu tertentu.
Object Assembly:
Object assembly (menyusun objek) mengukur kemampuan individu untuk menganalisis dan menyusun kembali potongan puzzle. Anak ditunjukkan sebuah puzzle, kemudian diminta menyusun menjadi gambar yang sempurna dalam waktu tertentu.
Picture Naming:
Picture naming (menamai objek) mengukur kemampuan anak merespon stimulus gambar. Pada pemeriksaan ini anak diminta menyebutkan nama objek yang ada pada gambar.
Similarities:
Similarities (persamaan) mengukur pemikiran logis, pembentukan konsep verbal, dan reasoning abstrak verbal. Anak membaca kalimat yang tidak lengkap mengandung 2 konsep yang mirip, kemudian diminta melengkapi sesuai dengan karakteristik yang dimaksud.
Bug Search:
Pada bug search (mencari serangga), anak diminta menandai gambar serangga yang diminta dalam satu kelompok gambar.
Picture Memory:
Pada picture memory (memori gambar), anak ditunjukkan sebuah gambar atau lebih dalam waktu tertentu dan kemudian menunjukkan yang sama di halaman respon yang diminta.
Picture Concept:
Picture concept (konsep gambar) mengukur reasoning abstrak kategorikal yang semakin meningkat kesulitannya. Anak ditunjukkan 2-3 baris gambar dan diminta menunjukkan masing-masing 1 gambar dari setiap baris yang mempunyai kesamaan.
Cancellation:
Pada cancellation, anak diminta memeriksa 2 susunan objek dan menandai objek yang menjadi target.
Zoo Location:
Pada zoo location (binatang di kebun binatang), anak ditunjukkan gambar kebun binatang dengan gambar kandang dan hewannya. Kemudian, anak diminta menyusun kembali gambar hewan sesuai dengan lokasi semula.
Vocabulary:
Vocabulary (kosa kata) mengukur kefasihan verbal dan pembentukan konsep. Anak diminta menyebutkan nama gambar yang ditunjuk atau menjelaskan definisi kata yang disebutkan pemeriksa.
Matrix Reasoning:
Matrix reasoning mengukur pemrosesan visual dan abstrak, persepsi spasial. Anak ditunjukkan matriks yang tidak lengkap dan memilih bagian yang hilang dari 4-5 jawaban.
Animal Coding:
Pada animal coding, anak diminta menandai gambar binatang yang menjadi target.
Comprehension:
Pada comprehension (pemahaman), anak diminta menjawab sesuai pemahamannya mengenai prinsip-prinsip umum dan situasi sosial.[7,8]
Instrumen Tes IQ Lain Untuk Anak Prasekolah
Instrumen lain yang bisa digunakan adalah Ages & Stages Questionnaire (ASQ). Instrumen ini sering digunakan untuk mengidentifikasi risiko keterlambatan perkembangan (developmental delays). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan ASQ pada usia 3 tahun bisa memprediksi IQ pada usia 5-6 tahun serta kesulitan belajar yang akan dialami. ASQ adalah instrumen yang diisi oleh orang tua mengenai perkembangan anaknya. Instrumen ini terdiri dari masing-masing 6 pertanyaan pada 5 domain perkembangan (komunikasi, motorik kasar, motorik halus, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan adaptif.[4]
Kendala Adaptasi Bahasa dan Budaya Tes IQ Untuk Anak Prasekolah
Meskipun Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) telah digunakan di Indonesia, penggunaan instrumen psikometri terjemahan dari bahasa asing perlu mempertimbangkan banyak hal, termasuk bias bahasa.
Bias Bahasa (Linguistic Bias)
Setiap bahasa mempunyai gaya dan makna yang unik dalam penggunaannya dan mempunyai efek psikologis (misalnya ada kata yang terasa halus, namun ada pula yang terasa kasar). Setiap terjemahan perlu dinilai apakah mempunyai makna secara linguistik, konsep, komponen budaya, dan psikologis yang ekuivalen dengan bahasa aslinya. Hal ini bisa diperiksa dengan melakukan translation dan back translation instrumen dalam bahasa asing. Instrumen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kemudian dinilai dan diubah untuk disesuaikan dengan konsep, budaya, dan konteks psikologis yang sesuai. Hasil perubahan kemudian kembali diterjemahkan ke bahasa asli dan dibandingkan dengan instrumen asli untuk melihat apakah terdapat perubahan yang signifikan.
Bias Instrumen
Instrumen dibuat sesuai dengan konteks sosial, ekonomi, budaya, dan teknologi tempat instrumen berasal. Kebiasaan, tingkat pendidikan, dan tingkat penguasaan teknologi mempengaruhi instrumen yang dikembangkan. Respon individu terhadap instrumen akan sangat tergantung pada hal ini. Misalnya untuk WPPSI, gambar-gambar yang digunakan di negara 4 musim untuk pengetahuan umum mungkin akan berbeda makna dan nuansanya jika digunakan di negara tropis. Oleh karenanya, maka simbol, gambar, dan cara penilaian juga perlu disesuaikan dengan budaya tanpa mengubah komponen penilaian aslinya.
Bias Administrasi atau Pemeriksaan
Gaya komunikasi dan lingkungan akan sangat mempengaruhi bagaimana suatu instrumen diaplikasikan. Tiap kelompok budaya mungkin akan mempunyai respon yang berbeda-beda untuk instrumen yang sama. Untuk itu perlu disusun instruksi yang spesifik untuk memastikan bahwa respon yang diberikan tidak berubah dan sesuai dengan respon yang diharapkan oleh instrumen aslinya.
Bias Konsep
Bias ini terjadi bila hal yang diukur tidak ekivalen antara budaya dalam bahasa asli dan bahasa terjemahannya. Hal ini bisa timbul karena definisi atau pandangan yang berbeda dalam dua budaya tersebut. Misalnya, perbedaan ekspresi gejala depresi pada budaya barat dan timur. Hal yang sama juga berlaku untuk inteligensia dan perlu dipertimbangkan dalam menggunakan WPPSI.
WPPSI telah melalui berbagai proses terjemahan dan penyesuaian dengan budaya dan konsep bahasa Indonesia sehingga kata-kata yang digunakan dalam tes dan gambar-gambar yang digunakan juga sudah disesuaikan. Meskipun demikian, 4 bias di atas tetap harus dipertimbangkan ketika menggunakan instrumen tes IQ. Sampai saat ini, belum ada publikasi mengenai uji validasi dan reliabilitas WPPSI versi IV dalam bahasa Indonesia.[9]
Keterbatasan Tes IQ pada Anak Prasekolah
Tes inteligensi pada anak prasekolah hanya memeriksa sebagian kecil perilaku anak usia prasekolah, karenanya tidak bisa menggambarkan secara langsung mengenai integritas atau fungsi bagian-bagian otak. Terdapat domain-domain lain dari perkembangan anak selain inteligensi yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi anak.[10]
Inteligensi adalah hasil proses dinamis dan terus berkembang pada anak, sehingga pemeriksaan pada usia prasekolah bukanlah prediktor pasti kemampuan anak di masa depan. Pada masa prasekolah masih terjadi maturasi otak, myelinasi, dan anak usia prasekolah umumnya mempunyai kemampuan kognitif yang relatif homogen. Tes inteligensi pada masa prasekolah tidak bisa menggambarkan secara langsung kompetensi neuropsikologis anak.[10,11]
Pada anak prasekolah, hasil tes inteligensi umumnya fluktuatif karena pada masa ini anak belajar dan menyerap informasi dari lingkungan sehingga kemampuannya terus berkembang. Tergantung paparan dan stimulus lingkungan, inteligensi anak prasekolah bisa berubah-ubah jika dilakukan pengukuran pada waktu yang berbeda.[12]
Hasil pemeriksaan inteligensi yang valid dan reliabel pada masa prasekolah membutuhkan hubungan dyadic yang baik antara pemeriksa dan anak. Hasil yang valid dan reliabel tergantung pada keahlian pemeriksa dalam membina rapport, menjalin kerjasama dengan anak, mempertahankan konsentrasi dan perilaku anak selama tes, serta kemampuan pemeriksa mengenali aspek-aspek kualitatif minor yang mungkin mempengaruhi inteligensi.[10]
Kesimpulan
Pada anak prasekolah, tes IQ dapat membantu mengidentifikasi potensi hambatan-hambatan yang dapat mempengaruhi proses belajar anak. Pemeriksaan IQ dapat dilakukan menggunakan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI) versi IV yang disesuaikan dengan usia anak. Meski demikian, perlu diketahui bahwa kecerdasan anak usia prasekolah dipengaruhi oleh banyak faktor dan hasil tes IQ bisa berubah-ubah sesuai keadaan anak maupun kemampuan pemeriksa membangun rapport.