Injeksi antibiotik intracameral mulai banyak digunakan, karena diduga bermanfaat dalam mencegah endoftalmitis post operasi katarak. Endoftalmitis merupakan inflamasi pada segmen anterior dan posterior mata yang terjadi setelah operasi intraokuler. Endoftalmitis adalah komplikasi yang dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan seseorang, bahkan kebutaan.
Protokol operasi dengan tindakan aseptik, penggunaan povidone iodine selama operasi, isolasi kelopak dan bulu mata, dan teknik operasi dapat mengurangi risiko endoftalmitis post operasi katarak. Selain itu, saat ini semakin banyak dokter mata yang menggunakan antibiotik intracameral sebagai profilaksis tambahan, ataupun sebagai pengganti antibiotik topikal perioperatif.[1,2]
Penyebab Endoftalmitis Post Operasi Katarak
Angka kejadian endoftalmitis post operasi katarak dilaporkan sebesar 0,03–0,2%. Endoftalmitis biasanya disebabkan oleh inokulasi bakteri pada mata. Selain bakteri, jamur dan parasit juga dapat menyebabkan endoftalmitis, meskipun lebih jarang.
Terdapat dua mekanisme kontaminasi bakteri ke intraokular yang dapat menyebabkan endoftalmitis post operasi katarak. Adanya instrumen yang cukup banyak dapat membawa masuk bakteri periokular dari bulu mata, permukaan mata, atau kelopak mata. Insisi kornea yang tidak dijahit juga dapat menyebabkan influks retrograde atau adanya cairan permukaan yang masuk selama atau setelah operasi.
Walaupun sudah menggunakan antibiotik perioperatif, povidone iodine, protokol aseptik dan sterilisasi alat yang baik, angka kontaminasi bakteri intraokular masih mungkin terjadi. Injeksi antibiotik intracameral ke bilik mata depan pada akhir operasi diharapkan dapat membunuh bakteri intraokular yang masuk selama prosedur operasi.[1,2]
Bukti Klinis Efektivitas Antibiotik Intracameral Post Operasi Katarak
Metaanalisis oleh Huang, et al. pada tahun 2016 menyimpulkan bahwa risiko endoftalmitis post operasi katarak menurun sebesar 0,2 kali pada pemberian antibiotik intracameral.[5]
Pada sebuah randomized controlled trial (RCT) yang dianalisis, cefuroxime intracameral dibuktikan efektif dalam pencegahan endoftalmitis post operasi katarak. Selain itu, pada studi kohort yang dianalisis juga menunjukkan bahwa vancomycin/moxifloxacin intracameral efektif dalam mencegah endoftalmitis post operasi katarak.[5]
Tinjauan sistematis dari Cochrane mengkaji berbagai metode pemakaian antibiotik untuk pencegahan endoftalmitis post operasi katarak. Hasilnya, terdapat bukti kuat bahwa penggunaan injeksi intracameral dengan cefuroxime, dengan ataupun tanpa levofloxacin topikal, dapat menurunkan insiden endoftalmitis post operasi.[6]
Selain itu, kombinasi penggunaan antibiotik injeksi intracameral dan tetes mata antibiotik lebih efektif dalam menurunkan kejadian endoftalmitis, dibanding penggunaan tetes mata atau intracameral saja.[6]
Pada tahun 2020, metaanalisis oleh Rana, et al. meneliti penggunaan antibiotik intracameral dengan moxifloxacin pada pasien katarak yang menjalani manual small incision cataract surgery (MSICS). Didapatkan, risiko terjadinya endoftalmitis 2,94 lebih tinggi pada mata yang tidak mendapatkan antibiotik intracameral.[7]
Penggunaan Antibiotik Intracameral Post Operasi Katarak
Beberapa negara di dunia mulai rutin menggunakan antibiotik intracameral sebagai profilaksis endoftalmitis post operasi katarak. Cefuroxime mulai dipakai secara rutin di negara-negara Eropa. Di India, moxifloxacin merupakan pilihan antibiotik intracameral yang tersering. Sedangkan di Australia, banyak menggunakan vancomycin.[8]
Namun, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat belum menyetujui penggunaan antibiotik intracameral secara rutin pada operasi katarak. Hal ini disebabkan oleh keamanan injeksi intracameral yang belum dapat dipastikan. Risiko medis yang mungkin terjadi akibat pemakaian antibiotik intracameral, antara lain reaksi anafilaksis, overdosis, masuknya kontaminan, resistensi bakteri, dan efek samping lain yang spesifik untuk masing-masing antibiotik.[9]
Laporan kasus oleh Moisseiev, et al. menemukan adanya reaksi anafilaksis beberapa menit setelah pemberian injeksi intracameral cefuroxime. Toksisitas endothelial kornea dan sindrom toksik segmen anterior juga merupakan komplikasi yang perlu dipertimbangkan.[10,11]
Toksisitas dapat terjadi akibat faktor obat, preservatif, ataupun gangguan pada pH dan osmolaritas. Osmolaritas dan pH pada mata perlu dijaga untuk mengurangi risiko toksisitas dengan cara melarutkan antibiotik dalam larutan NaCl 0,9%.[11]
Rekomendasi injeksi intracameral yang sebaiknya diberikan adalah injeksi cefuroxime atau vancomycin/moxifloxacin dengan konsentrasi 1 mg/0,1 mL pada akhir prosedur operasi ekstraksi katarak.[10,11]
Hingga sekarang, belum ada sediaan komersial yang tersedia. Sediaan dibuat dengan mencampur obat parenteral bersama larutan NaCl 0,9%, untuk mencapai konsentrasi yang diinginkan. Sebelum operasi, sebaiknya dilakukan tes alergi atau hipersensitivitas, terhadap antibiotik yang akan digunakan.[10,11]
Kesimpulan
Penggunaan antibiotik intracameral terbukti efektif dalam mencegah endoftalmitis post operasi katarak. Kombinasi penggunaan antibiotik intracameral dan tetes mata antibiotik lebih baik untuk menurunkan kejadian endoftalmitis.
Bukti ilmiah mendukung penggunaan cefuroxime dan vancomycin/moxifloxacin intracameral untuk mencegah terjadinya endoftalmitis post operasi katarak. Konsentrasi antibiotik yang dianjurkan adalah 1 mg/0,1 mL. Sebelum diberikan, sebaiknya dilakukan tes alergi atau hipersensitivitas, misalnya dengan skin test, untuk menghindari reaksi anafilaksis.
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra