Aspek Keamanan Pemeriksaan MRI yang Perlu Diperhatikan

Oleh :
Meili Wati

Pemeriksaan magnetic resonance imaging atau MRI bukanlah tanpa risiko, sehingga terdapat beberapa aspek keamanan yang perlu diperhatikan. MRI menggunakan prinsip medan magnetik, gelombang radiofrekuensi dan penggunaan komputer sebagai alat bantu untuk menunjukkan gambaran area yang diperiksa.[1,5,7]

Tidak adanya paparan radiasi membuat MRI lebih aman terhadap pasien dibandingkan dengan CT-scan. Hal ini membuat MRI banyak dijadikan sebagai pemeriksaan penunjang utama non invasif dalam membantu penegakan diagnosis. Namun, MRI melibatkan prosedur dan pemeriksaan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya.[1,3,5,7]

Keamanan Pemeriksaan MRI

Ada berbagai kondisi yang perlu diperhatikan dan menjadi kontraindikasi pada pemeriksaan MRI. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan akibat struktur mesin, besar medan magnet yang digunakan, kompatibilitas medan magnet MRI dengan benda-benda lainnya dan teknik pemeriksaan yang dilakukan.[1,3,7]

Diperlukan persiapan khusus pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaaan dan pelatihan tim radiologi serta kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya agar dapat memberikan pemeriksaan MRI dengan aman bagi pasien dan pemeriksa.[1,3,7]

Prinsip Dasar MRI

MRI dapat memberikan gambaran secara detail dari organ dan jaringan pada tubuh manusia tanpa menggunakan radiasi. MRI menggunakan prinsip medan magnetik, gelombang radiofrekuensi dan penggunaan komputer sebagai alat bantu. Medan magnet yang dihasilkan mesin MRI diukur dalam satuan Tesla (T) dan memiliki kisaran kekuatan antara 1,5 Tesla hingga 7 Tesla lebih kuat dibandingkan dengan medan magnet bumi.[3,4,7]

Tubuh manusia sendiri memiliki struktur atom hidrogen yang arah dan posisinya acak tidak beraturan. Pada saat pemeriksaan MRI, pasien diposisikan berbaring di dalam mesin MRI. Medan magnetik pada mesin MRI akan membuat perubahan posisi atom hidrogen dalam tubuh menjadi sejajar dalam satu arah yang sama dengan medan magnet.[3,4,7]

Gelombang radiofrekuensi kemudian akan berinteraksi dengan atom hidrogen, mengubah posisi dari atom tersebut dan menghasilkan sinyal dalam bentuk energi yang dapat ditangkap oleh detektor pada mesin MRI. Dengan bantuan komputer, sinyal tersebut diterjemahkan dalam bentuk gambar sesuai dengan organ atau jaringan di periksa.[3,4,7]

Aspek Keamanan Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat MRI

Walaupun cukup aman digunakan sebagai alat bantu diagnosis, potensi bahaya dapat muncul akibat ketidaksesuaian prosedur pemeriksaan MRI. Hal ini berkaitan dengan adanya medan magnetik di mana medan magnetik pada MRI selalu “on” walaupun pada saat tidak melakukan pemeriksaan diagnostik.[1,3,4,7]

Perubahan kekuatan medan magnet juga dapat mempengaruhi stimulasi otot dan saraf yang ada pada tubuh sehingga berpotensi menimbulkan masalah terutama pada pasien dengan gangguan saraf dan kelainan jantung.[1,3,4,7]

Potensi cedera juga dapat timbul akibat adanya interaksi dengan benda-benda yang dipengaruhi oleh magnet dan gelombang radiofrekuensi seperti logam, implan pada area tubuh, alat bantu dengar, hingga terjadinya luka bakar.[1,3,4,7]

Untuk itu, perlu diketahui beberapa kondisi yang perlu diperhatikan terhadap pasien dan pemeriksa agar tidak terjadi cedera tersebut. Dokter radiologi atau dokter perujuk pemeriksaan dan petugas radiografer lainnya dapat membantu melakukan skrining terkait kondisi pasien. Beberapa kondisi khusus masih aman dan dapat dilakukan pemeriksaan MRI, namun beberapa kondisi lain juga perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan risiko yang fatal dan tidak dapat dilakukan pemeriksaan MRI.[1,3,4,7]

Kontraindikasi Absolut

Beberapa kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan MRI termasuk alat implan pada tubuh dan benda asing berbahan logam.

Alat Implan:

Pemasangan alat implan area jantung seperti pacemaker dan alat pacu jantung lainnya merupakan kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan MRI. Pasien dengan penggunaan implan area jantung berisiko terjadi malfungsi alat, perubahan irama jantung dan peningkatan efek suhu.[1,2,4,6,7]

Sebaiknya, pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkonsultasi dengan produsen perangkat terkait kompatibilitas dengan mesin MRI yang spesifik. Sebagai alternatif, dapat dipertimbangkan untuk menjalani pemeriksaan diagnostik lain.[1,2,4,6,7]

Pada beberapa tipe implan koklea, pasien dapat dilakukan pemeriksaan setelah baterai pada implan dilepaskan terlebih dahulu. Pemakaian alat bantu dengar dapat meningkatkan kebisingan yang muncul saat pemeriksaan MRI, oleh karenanya alat bantu dengar harus dilepas, dan disarankan menggunakan penutup telinga pada saat pemeriksaan.[1,2,4,7]

Pasien dengan implan berbasis magnetik pada gigi dan klip pada aneurisma merupakan kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan MRI.[1,2,4,7]

Benda Asing Berbahan Logam:

Benda asing yang masuk atau tertancap pada area tubuh yang akan diperiksa berisiko akan tertarik akibat adanya medan magnet. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan baik pada jaringan atau alat dan berisiko melukai pasien serta pemeriksa.[1,2,4,7]

Lain-Lain:

Pasien yang menggunakan alat medis lainnya seperti syringe pump, kursi roda, tabung oksigen, alat bantu nafas dan anggota gerak buatan juga merupakan kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan MRI.[1,2,4,7]

Resusitasi:

Sebagian besar peralatan resusitasi juga tidak kompatibel dengan MRI, termasuk sebagian besar defibrilator, laringoskop, dan tabung oksigen. Oleh karena itu, pasien yang tidak stabil sebaiknya tidak menjalani MRI. Jika pasien menjadi tidak stabil selama pemeriksaan MRI, mereka harus dipindahkan keluar dari ruang MRI untuk menjalani resusitasi daripada membawa peralatan yang tidak aman ke dalam ruangan tersebut.[1,2,4,7]

Kontraindikasi Relatif

Kontraindikasi relatif juga perlu diperhatikan, seperti pada pasien yang memiliki riwayat penyakit dan tindakan medis tertentu.

Riwayat Penyakit dan Tindakan Medis:

Beberapa riwayat tindakan medis yang merupakan kontraindikasi relatif untuk pemeriksaan MRI sebagai berikut:

  • Pasien dengan riwayat penyakit koroner dan pemasangan ring jantung
  • Trakeostomi: Apabila pasien dengan trakeostomi berbahan plastik, maka pemeriksaan MRI dapat dilakukan.

  • Pemasangan IUD (intrauterine device): Menurut beberapa penelitian sebelumnya, penggunaan IUD hanya dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI kekuatan 1,5 Tesla.

  • Pasien dengan riwayat pemasangan wire, stapler, atau klip di area tubuh[1,2,4,6,7]

Protesis Area Sendi, Mata atau Area Tubuh Lainnya:

Saat ini sudah banyak implan atau protesis berbahan non-feromagnetik dalam bidang ortopedi. Skrining dan pemeriksaan untuk mengetahuI jenis protesis atau implan yang digunakan dapat membantu menghindari kesalahan sebelum dilakukan pemeriksaan MRI.[1,2,4,7]

Obat Transdermal:

Obat harus dilepaskan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menghindari terjadinya luka bakar akibat peningkatan efek suhu saat pemeriksaan.[1,2,4,7]

Tato pada Area Tubuh:

Beberapa jenis tinta yang digunakan untuk tato tubuh dapat bereaksi saat pemeriksaan MRI dan menimbulkan peningkatan efek suhu pada lokasi tato.[1,2,4,7]

Obesitas:

Pasien dengan obesitas dapat kesulitan untuk masuk ke dalam terowongan pemeriksaan MRI. Kondisi yang terlalu sesak juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien. Pemeriksaan dengan MRI yang lebih besar atau open space dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini.[1,2,4,7]

Pasien yang Tidak Kooperatif:

Pasien yang tidak kooperatif seperti anak-anak, pasien yang kesakitan, atau penderita klaustrofobia dapat mempersulit pemeriksaan MRI. Perlu dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu mengenai prosedur, cara dan lama perkiraan pemeriksaan agar pasien tahu apa yang akan dihadapi. Pemberian obat analgesik dan sedasi dapat diberikan apabila diperlukan.[1,2,4,7]

Zat Kontras:

Penggunaan kontras gadolinium pada penderita dengan fungsi ginjal yang tidak baik merupakan kontraindikasi relatif. Pada pemeriksaan MRI, penggunaan kontras dapat memberikan gambaran yang lebih jelas pada setiap organ atau jaringan yang akan diperiksa.[1,2,4,7]

Evaluasi dan penyesuaian dosis perlu dilakukan terhadap pasien dengan riwayat fungsi ginjal yang buruk. Penggunaan kontras pada pasien dengan riwayat alergi dan kehamilan tidak disarankan.[1,2,4,7]

Skrining sebelum Pemeriksaan MRI

Sebelum dilakukan pemeriksaan MRI, petugas terkait akan memberikan pertanyaan dan pemeriksaan skrining tubuh sesuai dengan daftar kondisi-kondisi yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat pemeriksaan MRI. Bila pasien dalam kondisi yang baik tanpa kontraindikasi yang absolut, pasien dapat menjalani pemeriksaan MRI.[3,4,6,7]

Pasien yang akan menjalani pemeriksaan diharuskan memasuki ruang ganti yang terpisah dari ruang MRI lalu mengganti bajunya dengan gaun khusus pemeriksaan yang disediakan oleh fasilitas kesehatan, melepaskan seluruh aksesoris yang ada di tubuh dan pelepasan implan yang dapat dilepas pada area tubuh.[3,4,6,7]

Untuk memastikan pasien bebas dari bahan berbasis logam, petugas dapat melakukan pemeriksaan dengan detektor logam untuk memastikan tidak ada logam yang tertinggal.[3,4,6,7]

Kesimpulan        

Potensi cedera yang mungkin timbul akibat pemeriksaan MRI sebagian besar karena adanya medan magnet yang kuat. Selain itu, ada juga potensi cedera yang terkait dengan gelombang radiofrekuensi dan penggunaan kontras jika diperlukan.

Benda-benda logam tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang MRI, bahkan jika mesin MRI tidak sedang melakukan pemindaian aktif, karena magnetnya tetap aktif. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining pada pasien yang dirujuk untuk pemeriksaan MRI guna memastikan bahwa mereka tidak memiliki implan logam, benda asing, atau kontraindikasi lainnya terhadap MRI.

Staf perlu mendapatkan pelatihan untuk tidak membawa peralatan yang mengandung bagian logam ke dalam ruang MRI, karena alat tersebut dapat tertarik secara kuat oleh magnet dan berpotensi menyebabkan cedera pada staf atau pasien. Skrining terkait kondisi pasien, pelatihan, dan kolaborasi tim tenaga kesehatan dapat membantu mengurangi risiko potensi cedera yang mungkin terjadi selama pemeriksaan MRI.

Referensi