Kontras berbasis gadolinium telah banyak digunakan dalam pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI). Gadolinium bersifat paramagnetik dan dapat mengubah relaksasi air, sehingga dapat membedakan antara jaringan normal dan abnormal. Namun, apakah ada risiko cedera ginjal akut dari penggunaan gadolinium-based contrast media (GBCM), terutama pada penderita penyakit ginjal?[1-3]
MRI dengan Media Kontras
MRI adalah bagian dari teknik tomografi yang pertama kali digunakan oleh Raymond Damadian untuk diagnosa medis. Prinsip kerja MRI menggunakan perilaku atom hidrogen yang banyak mendominasi tubuh manusia dalam memetakan organ yang didiagnosa.[4]
Media kontras, dengan berbagai macam jenisnya, memiliki peran yang penting dalam meningkatkan teknik pencitraan di dunia kedokteran. Sekarang ini, penggunaan media kontras sudah umum dilakukan di instalasi radiologi.[5]
Radiokontras Iodine dan Risiko Nefropati
Radiokontras intravena mempunyai efek toksik terhadap ginjal (nephrotoxicity), terutama yang mengandung iodine. Saat ini terus dikembangkan radiokontras yang bersifat lebih fisiologis, untuk mengurangi contrast-induced nephropathy (CIN).[6,7]
Angka kejadian serta risiko nefropati radiokontras telah banyak dipelajari, termasuk perubahan fungsi ginjal yang dapat bersifat akut, reversibel, hingga gagal ginjal. Secara luas, CIN merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal akut (GGA) pada pasien di rumah sakit. CIN bertanggung jawab sebanyak 11‒14,5% dari seluruh kasus GGA.[6,7]
Studi kohort oleh Fang Ho et al pada tahun 2015 melaporkan dari 208 subjek yang memiliki komorbiditas tinggi dan mengonsumsi banyak obat-obatan nefrotoksik, terdeteksi CIN pada 27 subjek (13,0%). Kejadian CIN dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu:
- Penggunaan bersama empat agen nefrotoksik
- Penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya
Tingkat kreatinin serum awal <0,7 mg/dL atau >1,3 mg/dL
- Kadar hemoglobin <9,3 g/dL[6,8]
Media Kontras Gadolinium terhadap Contrast-Induced Nephropathy
Media kontras gadolinium adalah logam tanah yang jarang dan telah digunakan sebagai media kontras intravena MRI karena bersifat paramagnetik. Gadolinium dapat mengubah relaksasi air sehingga memungkinkan untuk membedakan antara jaringan normal dan abnormal.[1]
Namun, gadolinium bentuk bebas memiliki sifat beracun, sehingga perlu di khelasi atau diubah menjadi bentuk ligan organik untuk memberikan sifat farmakologis dan toksikologi yang lebih menguntungkan. Sebagian besar GBCM (gadolinium-based contrast media) terdistribusi di dalam cairan ekstraseluler dan diekskresikan melalui urin, serta sedikit yang berikatan dengan protein. Beberapa GBCM ada yang lebih berikatan dengan protein dan/atau diekskresi melalui hepatobilier parsial.[1]
Golongan Gadolinium
American College of Radiology (ACR) membedakan GBCM ke dalam 3 grup, berdasarkan risiko terjadinya nephrogenic systemic fibrosis (NSF). Grup gadolinium yaitu:
- Struktur linier non-ionic: GBCM yang digunakan menyebabkan banyak kasus NSF, contoh nama generik adalah gadodiamide, gadoversetamide, dan gadopentetate dimeglumine
- Struktur linier ionic , macrocyclic non ionic, macrocyclic ionic: GBCM yang digunakan dapat menurunkan kasus NSF, contoh nama generik adalah gadobenate dimeglumine, gadobenate dimeglumine, gadoteridol, gadobutrol, dan gadoterate meglumine
- Struktur linier organic: GBCM dengan data kasus NSF yang masih terbatas, contoh nama generik adalah gadoxetate disodium[1]
Pencegahan Contrast-Induced Nephropathy
Mengidentifikasi faktor risiko pada setiap pasien yang akan diberikan media kontras merupakan tahap pertama dalam melakukan pencegahan. Proses identifikasi dapat dilakukan dengan menanyakan riwayat penyakit penyerta, menggunakan kuesioner, dan mengukur nilai serum kreatinin serta eGFR (estimated glomerular filtration rate).[6]
Bila tidak ditemukan adanya faktor risiko maka kemungkinan pasien akan mengalami CIN menjadi sangat kecil. Sebuah studi terhadap 2034 pasien tanpa faktor risiko yang diberikan media kontras hanya 2 pasien (0,1%) yang mengalami kenaikan serum kreatinin.[6]
Indikasi pemeriksaan fungsi ginjal sebelum diberikan media kontras berdasarkan rekomendasi ACR adalah:
- Usia >60 tahun
- Riwayat penyakit ginjal, termasuk dialisis, transplantasi ginjal, single kidney, kanker ginjal, dan operasi ginjal
- Riwayat hipertensi yang diterapi
- Riwayat diabetes mellitus, dengan terapi metformin[6,12]
Nilai eGFR ≥ 60 m L/min/1,73m2 memiliki risiko yang sangat rendah, dan umumnya tidak memerlukan tindakan pencegahan. Ambang batas risiko untuk pemberian kontras intraarteri adalah eGFR 60 mL/min/1,73m2. Sedangkan untuk pemberian intravena, ambang batas risiko eGFR 45 mL/min/1,73m2.[6,12]
Kesimpulan
Penggunaan kontras sangat membantu dalam menegakkan diagnosis radiologi, termasuk penggunaan media kontras berbasis gadolinium untuk pemeriksaan MRI. Namun, perlu dipertimbangkan antara risiko dan manfaatnya, sehingga diperlukan diskusi antara dokter pengirim pasien dan spesialis radiologi untuk keselamatan pasien.
Gadolinium-based contrast media (GBCM) telah dikaitkan dengan contrast-induced nephropathy (CIN), terutama pada pasien dengan faktor risiko. Faktor risiko CIN adalah penggunaan bersama empat agen nefrotoksik, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, kadar kreatinin serum awal <0,7 mg/dL atau >1,3 mg/dL, dan/atau kadar hemoglobin <9,3 g/dL.
Saat ini terus dikembangkan radiokontras yang bersifat lebih fisiologis untuk mengurangi efek samping terjadinya CIN. Di antaranya GBCM grup II yang memiliki risiko minimal untuk terjadinya nephrogenic systemic fibrosis (NSF).