Abnormalitas gelombang P pada elektrokardiogram dapat menjadi indikator adanya beberapa kelainan, seperti kelainan atrium jantung dan penyakit paru berat, sehingga dokter perlu memahami interpretasinya.
Sekilas tentang Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk melihat abnormalitas jantung. Mesin EKG akan memproses sinyal dari kulit melalui elektrode dan menghasilkan aktivitas elektrik dari jantung. Aktivitas elektrik yang menuju lead akan menghasilkan gambaran defleksi ke atas, sedangkan aktivitas elektrik yang menjauhi lead akan menghasilkan defleksi ke bawah. Pola standar EKG menghasilkan 3 gelombang, yaitu gelombang P, QRS, dan T.[1,2]
Gelombang P dalam EKG
Gelombang P mewakili depolarisasi atrium. Nodus sinoatrial (SA) yang berada di bagian atrium kanan atas berperan sebagai inisiator depolarisasi atrium yang membentuk gelombang P pada EKG. Nodus SA memproduksi gelombang listrik yang kecil (0,25 mV) dengan durasi yang singkat (0,12 detik).[1-3]
Depolarisasi akan menjalar ke bagian bawah kiri jantung sehingga pada lead I dan II gelombang P akan terekam membentuk gelombang ke atas dan ke bawah (inverted) pada lead aVR. Pada Lead V1, gelombang P bersifat bifasik. Terdapat defleksi positif pada awal yang disebabkan oleh aktivitas elektrik pada atrium kanan yang bergerak ke anterior dan diikuti oleh aktivitas elektrik pada atrium kiri yang bergerak ke arah posterior sehingga selanjutnya menghasilkan defleksi negatif.[1-3]
Gelombang P yang normal memiliki karakteristik sebagai berikut, positif di lead I dan II, dengan gambaran paling baik ada pada lead II dan V1; bersifat bifasik pada lead V; durasi <3 kotak kecil kertas EKG; dan memiliki amplitudo <2,5 kotak kecil.[1-3]
Abnormalitas Gelombang P
Gelombang P pada EKG menggambarkan kondisi atrium melalui depolarisasi atrium. Adanya kelainan gelombang P pada hasil EKG menggambarkan adanya gangguan pada atrium. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan abnormalitas pada gelombang P adalah pembesaran atrium kanan, pembesaran atrium kiri, dan irama atrium ektopik.[4-6]
Gelombang P Pulmonale
Apabila terdapat perubahan pada gelombang P pada EKG, dokter perlu memikirkan adanya pembesaran atrium. Pada kondisi pembesaran atrium kanan, terdapat aktivasi atrium kanan yang terlambat. Hal ini menyebabkan aktivasi dan polarisasi atrium terjadi bersamaan dan akan menghasilkan gambaran gelombang P yang lebih sempit dan tinggi daripada biasanya. Puncak gelombang P yang lebih tinggi disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah jaringan depolarisasi. Namun, meski jumlah jaringan depolarisasi meningkat, depolarisasi atrium kanan tertutup oleh depolarisasi atrium kiri sehingga menampilkan gambaran gelombang yang lebih sempit. Pembesaran atrium kanan menyebabkan vektor depolarisasi bergerak ke kanan dan melebihi 20o.[3,4]
Pembesaran atrium kanan biasanya disebabkan oleh peningkatan resistensi pengosongan darah ke ventrikel kiri. Kondisi tersebut dapat terlihat pada penyakit paru obstruktif kronis, hipertensi pulmonal yang berat, seperti yang diakibatkan oleh emboli pulmonal, atau stenosis katup pulmonal. Adanya tekanan resistensi tersebut menyebabkan atrium kanan bekerja lebih keras dan akhirnya terjadi hipertrofi. Hipertrofi menyebabkan peningkatan aktivitas listrik pada gelombang P.[4,6]
Seringkali kondisi ini disebut juga P pulmonale, karena penyebab tersering adalah penyakit pulmonal. EKG dapat menjadi alat diagnosis pembesaran atrium kanan apabila ditemukan:
- Puncak gelombang P ≥2,5 mm pada lead II, III, dan VF. Pada V1, defleksi pertama lebih besar daripada defleksi negatif pada bagian akhir dari gelombang P
- Tidak ada perubahan pada durasi gelombang P
- Terdapat deviasi aksis kanan pada gelombang P[4-6]
Gelombang P Mitrale
Pembesaran atrium kiri dapat menyebabkan aktivasi listrik pada atrium kiri terhambat sehingga terjadi depolarisasi yang memanjang, yang ditandai dengan pemanjangan gelombang P. Peningkatan jaringan di atrium kiri menyebabkan bagian akhir atau negatif dari amplitudo gelombang P pada lead V1 meningkat minimal 1 mm. Kondisi yang sering menyebabkan adanya perubahan EKG seperti ini adalah gangguan pada katup mitral, sehingga sering disebut P mitrale.[4,6]
EKG dapat menjadi alat diagnosis pembesaran atrium kiri apabila ditemukan:
- Gelombang P bifasik pada lead II
- Amplitudo pada komponen terminal gelombang P menurun minimal 1 mm di bawah garis isoelektrik pada lead V1
- Peningkatan durasi gelombang P, bagian terminal gelombang P memanjang paling tidak 1 kotak kecil (40 msec)
- Tidak ada deviasi aksis yang signifikan.[4-6]
Inverted P Waves
Gelombang P terbalik, atau inverted P waves, di lead inferior menandakan adanya gelombang P yang tidak berasal dari gelombang sinus. Apabila gelombang P terbalik dan interval PR kurang dari 120 ms, kemungkinan besar asal aktivitas listrik berasal dari AV junction (accelerated junctional rhythm), bukan SA. Namun, apabila interval PR >120 ms, asal aktivitas listrik dari atrium (contohnya irama atrium ektopik).[4,6]
Kesimpulan
Gelombang P pada elektrokardiogram menggambarkan aktivitas listrik di atrium. Adanya abnormalitas pada gelombang P, yakni P pulmonale, P mitrale, dan inverted P, dapat mengindikasikan gangguan jantung, khususnya bagian atrium, dan gangguan paru.