Metode Tapering Off Antipsikotik untuk Meminimalkan Risiko Relaps

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ

Pada kebanyakan kasus, tapering off antipsikotik diperlukan untuk meminimalkan risiko relaps dari gejala psikosis. Antipsikotik adalah golongan obat yang digunakan pada berbagai gangguan psikotik, termasuk schizophrenia. Contoh dari obat antipsikotik adalah haloperidol dan risperidone.[1,2]

Pasien-pasien yang telah mendapatkan antipsikotik pada jangka panjang bisa diturunkan dosis antipsikotik ke dosis minimal ataupun sampai dihentikan, dengan tidak mempengaruhi luaran klinis secara negatif. Diperkirakan bahwa hingga 40% pasien yang mendapatkan antipsikotik jangka panjang bisa dihentikan penggunaannya. Namun, penghentian ini harus disertai dengan dukungan psikososial dan perbaikan kemampuan koping yang adaptif.[1,3]

Treatment,,Medicine,,Medication,,Pills,,Vitamins,,Supplements,Concept.,Unrecognizable,Man,Holding

Penurunan atau penghentian obat antipsikotik secara tiba-tiba berisiko menimbulkan gejala putus zat. Pada beberapa kasus juga bisa menimbulkan relaps gejala psikosis. Oleh karena itu, perubahan dosis antipsikotik sebaiknya dilakukan secara berhati-hati dan dalam periode yang panjang.[1-3]

Gejala Putus Zat Akibat Penghentian Antipsikotik

Obat antipsikotik, sama seperti obat psikotropik lainnya, bisa menginduksi gejala putus zat bila dihentikan penggunaannya. Hal ini terutama akibat proses up-regulation reseptor dopamine akibat inhibisi atau antagonisme dopamine pada jangka panjang. Jika obat antagonis dihentikan secara mendadak, reseptor yang semula diblokade menjadi terbuka. Kadar dopamine pada level fisiologis bisa menimbulkan overstimulasi karena reseptor yang tersedia berlebihan. Oleh sebab itu, jumlah gejala putus zat pada obat dengan antagonisme juga lebih banyak. Hal ini disebut sebagai proses neuroadaptasi. Gejala yang timbul bisa berupa gejala fisik dan psikologis.[1,4]

table-tapperingoff

Gambar 1. Gejala Putus Zat Akibat Penggunaan Antipsikotik. Sumber: dr. Irwan Supriyanto, Ph.D, Sp.KJ, Alomedika, 2022.[1,5]

Gejala-gejala yang bersifat autonomik dan somatik biasanya akan muncul setelah beberapa hari dan berlangsung selama beberapa minggu. Gejala-gejala ini muncul akibat obat efek antagonisme terhadap jaras kolinergik, adrenergik, serotonergik, dan histaminergik. Antipsikotik yang bisa menimbulkan gejala-gejala ini adalah antipsikotik atipikal, seperti clozapine dan risperidone.[1,5]

Gejala-gejala motorik bisa ditemukan akibat penghentian antipsikotik tipikal maupun antipsikotik atipikal. Gejala bisa muncul dalam beberapa minggu pasca penghentian dan bisa bertahan sampai beberapa bulan atau lebih. Gejala-gejala motorik dilaporkan dialami 31-50% pasien pengguna antipsikotik tipikal, seperti haloperidol, yang tiba-tiba dihentikan penggunaan obatnya.[1,6]

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang mencoba menghentikan terapi antipsikotik mengalami gejala putus zat, dan sebagian besar melaporkan gejala yang berat. Tingkat keparahan gejala putus zat berbanding dengan durasi penggunaan antipsikotik.[2,6]

Relaps Pasca Penghentian Obat Antipsikotik

Psikosis yang timbul sebagai bagian dari gejala putus zat dapat dibedakan dari relaps gejala psikosis pada pasien non-psikotik yang mendapatkan antipsikotik. Pasien non-psikotik bisa diberikan obat antipsikotik untuk indikasi augmentasi terapi gangguan cemasdepresi, atau gangguan bipolar. Pada pasien dengan indikasi non-psikotik yang kemudian mengalami gejala psikotik setelah obat dihentikan, kemungkinan besar hal ini terjadi sebagai bagian dari gejala putus zat. Gejala-gejala ini umumnya menghilang setelah antipsikotik kembali diberikan.[1,3,7-10]

Relaps umumnya ditandai oleh perburukan gejala psikosis pada beberapa minggu sampai bulan awal pasca penghentian antipsikotik, dengan predominasi mendekati waktu dihentikannya obat. Sementaraitu,  bila dilakukan tapering off, maka waktu terjadinya relaps lebih bervariasi. Semakin lama durasi tanpa gejala psikotik setelah dilakukan tapering off, maka risiko relaps semakin berkurang. Tingginya relaps pada awal diperkirakan berhubungan dengan gejala-gejala putus zat.[1,5]

Relaps juga berbeda dari gejala putus zat karena proses relaps biasanya berkembang secara bertahap, sedangkan gejala putus zat biasanya mendadak. Tingkat keparahan gejala akibat relaps biasanya setara dengan gejala yang dialami sebelumnya, sedangkan akibat gejala putus zat seringkali lebih berat.[1,4]

Tapering Off Obat Antipsikotik

Tidak ada pedoman yang mengkhususkan membahas penghentian terapi atau tapering off terapi antipsikotik. Namun, sebagian besar pedoman merekomendasikan untuk menurunkan dosis ke dosis efektif minimal setelah pasien stabil, meskipun tidak secara spesifik menyebutkan bagaimana cara melakukannya.[1,2]

Tujuan dan Manfaat Tapering Off Antipsikotik

Tujuan proses tapering off adalah memberikan waktu untuk proses neuroadaptasi akibat penggunaan antipsikotik jangka panjang secara perlahan-lahan kembali ke level fisiologis. Karena proses pemulihan kembali ke level fisiologis terjadi secara perlahan, maka diharapkan gejala putus zat yang terjadi minimal dan risiko relaps lebih kecil.[1,4]

Salah satu manifestasi perubahan neuroadaptasi dopamine adalah adanya tardive dyskinesia. Sehingga parameter ini bisa digunakan sebagai parameter untuk monitoring sampai  neuroadaptasi mencapai level fisiologis. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mencapai penurunan gejala tardive dyskinesia sampai 50% dalam waktu 46 hari pasca penghentian antipsikotik. Hal ini mendukung proses tapering off jangka panjang untuk menghentikan penggunaan antipsikotik. Rata-rata direkomendasikan untuk dilakukan penurunan dosis perlahan selama 2-4 tahun.[1-4]

Durasi dan Banyaknya Penurunan Dosis

Penelitian tentang proses tapering yang lebih cepat juga menunjukkan angka relaps yang lebih tinggi. Penghentian mendadak menimbulkan risiko relaps sampai 77%. Penghentian dalam 1-2 minggu berisiko relaps sampai 57%. Penghentian dalam 3-10 minggu berisiko relaps 47%, dan penghentian dalam periode lebih dari 10 minggu berisiko relaps sebesar 31%.[1,11]

Penelitian menunjukkan bahwa penurunan 25-30% dari dosis awal setiap 3 bulan menunjukkan tingkat risiko relaps yang sama dengan pasien yang masih mendapatkan antipsikotik. Oleh sebab itu, kebanyakan ahli merekomendasikan penurunan dosis sebesar 25% setiap 6 bulan.[12,13]

Kesimpulan

Terapi antipsikotik umumnya diberikan dalam jangka panjang. Penghentian terapi antipsikotik mendadak berisiko menimbulkan gejala-gejala putus zat dan relaps gejala psikosis. Untuk mengurangi risiko tersebut, direkomendasikan untuk dilakukan tapering off obat antipsikotik sebelum dilakukan penghentian terapi. Tapering off dapat dilakukan dengan penurunan 25% dosis setiap 6 bulan.

Referensi