Subfertilitas pada laki-laki yang mengalami varikokel atau varicocele umumnya diterapi dengan bedah atau terapi radiologis. Namun, berbagai studi masih memperdebatkan efektivitas kedua metode ini dan masih membandingkan metode mana yang dapat meningkatkan angka kehamilan dan angka kelahiran hidup secara lebih baik.
Pada pasangan infertil, gangguan sistem reproduksi laki-laki dapat menjadi penyebab pada sekitar 60% kasus. Dari jumlah tersebut, varikokel merupakan etiologi terbanyak, yang terjadi pada sekitar 15% laki-laki infertil. Penatalaksanaan varikokel yang tepat diharapkan dapat mencapai luaran reproduksi yang lebih positif, baik melalui konsepsi natural maupun melalui assisted reproduction.[1-3]
Namun, sebelum menganjurkan terapi pada pasien varikokel, dokter perlu mengingat bahwa tidak semua varikokel menyebabkan gangguan fertilitas. Selain itu, tidak semua laki-laki yang menjalani terapi akan merasakan manfaat terapi tersebut. Hal-hal ini perlu diedukasikan kepada pasien.[1-3]
Sekilas tentang Opsi Penatalaksanaan Subfertilitas akibat Varikokel
Bedah untuk pasien varikokel dapat dibedakan menjadi bedah konvensional dengan pendekatan retroperitoneal (Palomo), pendekatan subinguinal (Ivanissevich), dan pendekatan inguinal, atau bedah mikro dengan pendekatan inguinal dan subinguinal, serta bedah laparoskopik dengan pendekatan transperitoneal.[1-3]
Intervensi radiologis pada varikokel dapat berupa embolisasi maupun skleroterapi, baik secara antegrade maupun retrograde. Dalam beberapa literatur, skleroterapi dianggap sebagai bagian dari terapi embolisasi.[1-3]
Pada beberapa kasus, observasi saja tanpa intervensi pembedahan maupun intervensi radiologis dapat dilakukan pada pasien dengan varikokel.[1-3]
Perbandingan Bedah atau Terapi Radiologis dan Observasi Saja untuk Varikokel
Meta analisis Persad, et al. terhadap 48 studi mempelajari total 5.384 laki-laki untuk mengetahui efektivitas berbagai terapi varikokel. Meta analisis ini menemukan dua studi yang membandingkan terapi bedah atau terapi radiologis dengan observasi saja pada pasien varikokel.[4]
Hasil dua studi tersebut menunjukkan bahwa terapi dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan bila dibandingkan dengan observasi saja (RR 1,55; 95% CI 1,06–2,26). Angka kehamilan adalah 22–48% pada pasien yang menjalani terapi dan 21% pada pasien yang hanya menjalani observasi. Namun, tidak ada perbedaan signifikan pada angka kelahiran hidup.[4]
Meta analisis lain oleh Locke, et al. terhadap 9 studi yang melibatkan 385 laki-laki menemukan perbaikan ukuran volume testis pada pasien yang menerima terapi bedah atau terapi radiologis bila dibandingkan pasien yang hanya menjalani observasi, yakni dengan rerata perbedaan volume 3,18 ml (95% CI 1,94–4,42).[5]
Selain itu, ada perbaikan jumlah sel sperma pada pasien yang menerima terapi, yakni dengan rerata perbedaan sekitar 25,54x106/ml (95% CI 12,84–38,25) bila dibandingkan dengan pasien yang hanya menjalani observasi.[5]
Perbandingan Bedah dan Terapi Radiologis untuk Varikokel
Meta analisis Persad, et al. yang disebutkan di atas belum bisa memastikan apakah terapi bedah atau terapi radiologis lebih unggul untuk pasien varikokel dalam hal angka kehamilan (RR 1,13; 95% CI 0,75–1,70; kualitas bukti rendah) maupun angka rekurensi varikokel (RR 1,31; 95% CI 0,82 – 2,08; kualitas bukti rendah).[1,4]
Studi lain oleh Mongioì, et al. terhadap 102 pasien varikokel mencoba membandingkan efektivitas varikokelektomi Ivanissevich dan skleroterapi. Studi ini melakukan eksklusi terhadap 8 pasien dengan azoospermia. Setelah terapi, ada perbaikan secara signifikan terhadap konsentrasi, jumlah, dan motilitas total sperma pada kedua grup. Namun, angka kehamilan tampak lebih tinggi pada grup skleroterapi daripada varikokelektomi (28% vs 13%).[6]
Studi serupa dilakukan oleh Feng, et al. terhadap 59 pasien dengan varikokel untuk membandingkan efektivitas bedah mikro subinguinal dan skleroterapi menggunakan polidocanol 3%. Studi ini menemukan bahwa waktu total tindakan dan perawatan di rumah sakit lebih singkat pada grup skleroterapi daripada grup bedah mikro.[7]
Selain itu, jumlah hitung sperma dalam 3 bulan juga ditemukan lebih banyak secara signifikan pada grup skleroterapi daripada grup bedah mikro. Namun, pembagian subjek dalam studi tersebut tidak merata, di mana 40 pasien menerima terapi bedah mikro dan 19 pasien menerima terapi skleroterapi.[7]
Perbandingan Berbagai Metode Bedah untuk Varikokel
Berbagai metode bedah dengan pendekatannya masing-masing dapat memberikan manfaat dan risiko yang berbeda. Bedah mikro (baik inguinal maupun subinguinal) diketahui memiliki pengaruh terhadap angka kehamilan spontan yang lebih tinggi. Selain itu, bedah mikro memiliki risiko rekurensi, pembentukan varikokel, dan ligasi arteri yang rendah.[1-3]
Tinjauan Persad, et al. menemukan bahwa bila dibandingkan dengan metode bedah lain, bedah mikro subinguinal memiliki efektivitas yang agak lebih baik dan rekurensi yang agak lebih rendah. Bedah mikro subinguinal memiliki angka kehamilan sekitar 10–14%, sedangkan bedah lain memiliki angka kehamilan 10%. Risiko rekurensi varikokel adalah 0,4–1,1% pada bedah mikro subinguinal dan 1,4% pada bedah lain.[4]
Tinjauan lain oleh Yuan, et al. terhadap 7 studi klinis yang melibatkan total 1.781 pasien varikokel juga membandingkan metode varikokelektomi secara konvensional, bedah mikro, dan laparoskopik. Studi ini menemukan bahwa pasien yang menerima bedah mikro memiliki angka kehamilan lebih tinggi daripada bedah konvensional, tetapi tidak berbeda bermakna dengan bedah laparoskopik (p=0,002).[8]
Peningkatan konsentrasi sperma pada bedah mikro dan bedah laparoskopik ditemukan lebih baik daripada bedah konvensional. Bedah mikro membutuhkan waktu tindakan yang paling lama, tetapi menyebabkan komplikasi pascaoperasi dan rekurensi paling sedikit bila dibandingkan dengan dua metode varikokelektomi lainnya.[8]
Perbandingan Berbagai Metode Terapi Radiologis untuk Varikokel
Seperti terapi bedah, intervensi radiologis varikokel dapat dilakukan dengan beberapa metode yang berbeda, yaitu skleroterapi di mana dokter meligasi vena spermatika dengan sclerosing agent atau embolisasi di mana dokter menyumbat vena spermatika dengan alat seperti coil atau balon.[4]
Saat ini belum banyak studi membahas perbandingan metode-metode terapi radiologis. Tinjauan yang dilakukan oleh Persad, et al. tidak menemukan perbedaan signifikan dalam hal efektivitas, efek samping, maupun rekurensi varikokel antara skleroterapi dan embolisasi (RR 1,00; 95% CI 0,16 – 6,20; 1 studi, kualitas bukti sangat rendah). Kedua terapi tersebut memiliki angka rekurensi sekitar 13%.[4]
Kesimpulan
Opsi penatalaksanaan varikokel adalah observasi, intervensi radiologis, dan bedah. Bila dibandingkan dengan observasi saja, bedah dan terapi radiologis dilaporkan dapat menghasilkan angka kehamilan yang lebih baik. Namun, tidak ada perbedaan signifikan dalam hal angka kelahiran hidup.
Bila membandingkan bedah dan terapi radiologis, angka kehamilan tampak lebih tinggi pada pasien varikokel yang menjalani terapi radiologis. Namun, saat ini belum ada bukti mengenai keunggulan terapi radiologis dalam hal angka kelahiran hidup, rekurensi, dan efek samping akibat tindakan. Bukti yang ada saat ini juga masih berkualitas rendah, sehingga studi lebih lanjut masih dibutuhkan untuk konfirmasi.
Bila membandingkan bermacam metode bedah yang ada, bedah mikro tampak lebih unggul dalam hal efektivitas, efek samping, dan angka rekurensi. Namun, perbandingan untuk bermacam metode terapi radiologis yang ada saat ini belum bisa mencapai hasil yang konklusif.