Efek Vaksinasi Herpes Zoster terhadap Kejadian Demensia – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Ade Wijaya SpN

A Natural Experiment on The Effect of Herpes Zoster Vaccination on Dementia

Eyting M, Xie M, Michalik F, Heß S, Chung S, Geldsetzer P. Nature. 2025. doi: 10.1038/s41586-025- 08800-x.

studiberkelas

Abstrak

Latar Belakang: Virus herpes neurotropik diduga berperan dalam patogenesis demensia. Lebih lanjut, vaksinasi diduga memiliki efek off-target imunologis yang penting. Studi ini bertujuan untuk menentukan efek vaksinasi herpes zoster yang dilemahkan (live-attenuated) terhadap terjadinya diagnosis demensia.

Metode: Untuk memberikan bukti kausal dan bukan korelasional, penelitian ini memanfaatkan fakta bahwa, di Wales, kelayakan untuk mendapatkan vaksin zoster ditentukan berdasarkan tanggal lahir seseorang. Individu yang lahir sebelum 2 September 1933 tidak memenuhi syarat dan tetap tidak memenuhi syarat seumur hidup untuk mendapat vaksin tersebut, sedangkan individu yang lahir pada atau setelah 2 September 1933 memenuhi syarat setidaknya selama 1 tahun untuk menerima vaksin.

Dengan menggunakan data rekam medis elektronik skala besar, pertama-tama peneliti menunjukkan bahwa persentase orang dewasa yang menerima vaksin meningkat dari 0,01% di antara pasien yang hanya 1 minggu terlalu tua untuk memenuhi syarat, menjadi 47,2% di antara mereka yang hanya 1 minggu lebih muda. Terlepas dari perbedaan besar dalam kemungkinan menerima vaksin, individu yang lahir hanya 1 minggu sebelum 2 September 1933 dianggap tidak berbeda secara sistematik dibandingkan yang lahir 1 minggu kemudian.

Hasil: Dengan menggunakan kelompok perbandingan tersebut dalam desain diskontinuitas regresi, penelitian ini menunjukkan bahwa menerima vaksin zoster mengurangi kemungkinan diagnosis demensia baru selama periode tindak lanjut 7 tahun sebesar 3,5 poin persentase, yang sesuai dengan pengurangan relatif 20%. Efek perlindungan ini lebih kuat di kalangan wanita daripada pria.

Hasil studi ini juga dikonfirmasi pada populasi yang berbeda (populasi gabungan Inggris dan Wales), dengan jenis data yang berbeda (sertifikat kematian) dan menggunakan luaran yang terkait dengan demensia (kematian dengan demensia sebagai penyebab primer).

Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa vaksinasi zoster memiliki efek mencegah atau menunda demensia.

Vaksinasi Herpes Zoster terhadap Demensia

Ulasan Alomedika

Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, maka angka kejadian penyakit degeneratif seperti demensia juga ikut meningkat. Salah satu faktor yang diduga turut berperan dalam patogenesis demensia adalah virus herpes zoster. Vaksinasi zoster direkomendasikan diberikan pada populasi usia lanjut untuk mencegah terjadinya reaktivasi virus. Studi ini akan meneliti efek vaksinasi live-attenuated herpes zoster terhadap kejadian demensia.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan studi eksperimental alami dengan desain regresi diskontinuitas. Studi ini didasarkan pada kebijakan vaksinasi di Wales, yang mana seseorang yang lahir sebelum tanggal 2 September 1933 tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi zoster, sedangkan seseorang yang lahir setelah tanggal tersebut memenuhi syarat untuk vaksinasi selama minimal satu tahun.

Perbedaan tanggal lahir ini memungkinkan peneliti untuk membandingkan dua kelompok dengan perbedaan tanggal lahir yang sempit yaitu dalam kurun waktu 1 minggu sebelum 2 September 1933 dan dan dalam kurun waktu 1 minggu setelahnya. Kedua kelompok ini diharapkan serupa dalam segala hal, kecuali peluang menerima vaksin, sehingga meminimalkan terjadinya bias.

Populasi studi ini adalah orang dewasa dengan data yang diambil dari rekam medis elektronik 80% penyedia layanan primer di Wales, data rawat inap, dan catatan kematian. Subjek penelitian tidak didiagnosis demensia saat program vaksin dimulai. Jumlah sampel utama meliputi 282.541 individu.

Ulasan Hasil Penelitian

Studi ini memperlihatkan bahwa vaksinasi zoster akan mengurangi kemungkinan demensia sebanyak 3,5% dalam periode 7 tahun. Hasil ini setara dengan reduksi relatif sebesar 20%, yan (Interval kepercayaan 95% 6,5-33,4). Efek protektif ini lebih kuat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki dengan efek pengurangan risiko demensia sekitar 5,6%.

Hasil studi ini juga dikonfirmasi pada populasi yang berbeda, yakni populasi gabungan Inggris dan Wales, dengan menggunakan jenis data yang berbeda berupa sertifikat kematian, serta menggunakan luaran yang terkait dengan demensia berupa kematian dengan demensia sebagai penyebab primer. Pada populasi ini, vaksinasi terkait dengan penurunan sekitar 1 dari 20 kematian akibat demensia dalam periode 9 tahun.

Vaksinasi menurunkan kejadian herpes zoster sebesar 2,3%, atau penurunan relatif sebesar 37,2%. Pengurangan reaktivasi herpes zoster mengurangi risiko demensia. Vaksinasi ini tidak berdampak signifikan terhadap penyakit kronis lain seperti penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit paru obstruktif kronis, dan diabetes. Hal ini memperkuat bahwa efek terhadap demensia bukan akibat bias seleksi atau perancu lainnya.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini terletak pada pendekatan metodologis yang inovatif dan kuat secara kausal melalui regression discontinuity design (RDD). Dengan memanfaatkan kebijakan cut-off tanggal lahir untuk vaksinasi herpes zoster di Wales, peneliti menciptakan situasi kuasi-eksperimental yang secara signifikan mengurangi risiko bias perancu, yang umum terjadi dalam studi observasional.

Pendekatan ini memungkinkan pembandingan antara kelompok yang hampir identik dari segi karakteristik klinis dan sosiodemografis, sehingga hasil estimasi efek vaksinasi terhadap penurunan risiko demensia menjadi lebih kredibel. Selain itu, penggunaan data longitudinal dari SAIL Databank yang mencakup hampir seluruh populasi dewasa tua di Wales memperkuat validitas eksternal dan generalisasi hasil studi.

Studi ini memiliki cakupan populasi yang sangat besar dengan lebih dari 280.000 individu. Hasil utama penelitian juga direplikasi menggunakan data sertifikat kematian dari populasi gabungan Inggris dan Wales. Lebih lanjut, studi ini tidak hanya melaporkan luaran primer, tetapi juga menyelidiki mekanisme potensial sehingga memberikan pemahaman biologis terhadap topik yang dibahas dalam penelitian.

Limitasi Penelitian

Meski minim bias perancu, tetap ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam interpretasi klinis hasil studi ini. Pertama, hasil studi hanya berlaku untuk vaksin herpes zoster jenis live-attenuated (Zostavax®), bukan vaksin rekombinan (Shingrix®) yang kini lebih umum digunakan. Atas dasar ini, relevansinya terhadap praktik klinis saat ini menjadi terbatas.

Kedua, diagnosis demensia didasarkan pada data rekam medis administratif, yang berisiko mengalami underdiagnosis atau misclassification, terutama pada tahap awal penyakit. Selain itu, mekanisme biologis yang menjelaskan hubungan kausal antara vaksinasi herpes zoster dan penurunan risiko demensia masih bersifat eksploratif, sehingga memerlukan validasi lebih lanjut.

Aplikasi Hasil Penelitian Di Indonesia

Hasil studi ini mengindikasikan bahwa vaksinasi herpes zoster, khususnya dengan vaksin jenis live-attenuated, tidak hanya efektif dalam mencegah kejadian herpes zoster, tetapi juga berpotensi menurunkan risiko diagnosis demensia hingga sekitar 20% dalam jangka panjang.

Temuan ini dapat diaplikasikan secara klinis di Indonesia dengan integrasi vaksinasi herpes zoster ke dalam program imunisasi lansia, terutama mengingat tingginya beban penyakit dan keterbatasan terapi kuratif pada demensia. Informasi mengenai efek tambahan vaksin, berupa  pencegahan demensia, dapat digunakan untuk mendorong penggunaan vaksin herpes zoster pada pasien lansia.

Referensi