Efikasi dan Keamanan Injeksi Botox® untuk Mengurangi Kerutan Wajah

Oleh :
dr. Novianti Rizky Reza, Sp.KK

Injeksi toksin botulinum atau yang dikenal dengan Botox® merupakan salah satu tindakan rejuvenasi wajah untuk tampilan yang lebih muda, salah satunya mengurangi kerutan pada wajah. Namun, efikasi dan keamanan jangka panjangnya masih dipertanyakan.

Injeksi Botox® merupakan salah satu tindakan medis estetik nonpembedahan yang menunjukkan efektivitas dan kepuasan pasien yang sangat baik. Penggunaan Botox® dalam bidang medis meliputi tindakan estetik dan juga terapetik. Salah satu penggunaan estetik yang sering adalah untuk mengurangi terjadinya kerutan terutama pada daerah wajah.[1,2]

Efikasi dan Keamanan Injeksi Botox untuk Mengurangi Kerutan Wajah-min

Penggunaan Botox® terutama pada area wajah pada umumnya memberikan efek bagi pasien dalam jangka 3 sampai 6 bulan. Sehingga injeksi Botox® perlu dilakukan secara berkala untuk menjaga tampilan estetika pada pasien. Akibat pemberian injeksi Botox® yang dilakukan secara berkala maka studi mengenai efikasi dan keamanan pada penggunaan jangka panjang perlu diketahui oleh dokter untuk memahami capaian hasil yang baik serta mencegah dampak yang tidak diinginkan.[1,2]

Selain itu, terdapat beberapa versi toksin botulinum tipe A yang lain, yang awalnya diperkirakan memiliki properti dan efikasi berbeda. Namun, bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa perbedaan tidak bermakna secara klinis.

Sekilas Mengenai Injeksi Toksin Botulinum

Toksin botulinum merupakan zat neurotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum. Saat ini terdapat 7 serotipe neurotoksin yaitu A,B, C1, D, E, F, dan G. Untuk penggunaan secara komersial serotipe yang digunakan adalah tipe A dan B.[1,3]

Berdasarkan Food and Drug Administration, toksin botulinum secara terapetik diindikasikan pada kondisi overaktivitas detrusor yang diakibatkan oleh kondisi neurologi, migraine kronis, spastisitas ekstremitas atas, dystonia cervical, primary axillary hyperhidrosis, blefarospasme, dan strabismus.[1,4]

Selain itu, fungsi estetik injeksi Botox® berkembang sejak pertengahan tahun 1980 untuk mengurangi kerutan pada daerah wajah. Indikasi estetika Botox® antara lain, memperbaiki garis kerutan glabellar, kerutan di sekitar bibir (garis perokok), dan garis Marionette. Wajah bagian atas merupakan area yang paling sering dipilih untuk injeksi Botox® dan satu-satunya area yang menerima persetujuan FDA untuk penggunaan Injeksi Botox®.  Daerah dalam daerah ini termasuk kompleks glabellar, otot dahi, otot periokular, dan otot nasalis.[1,5]

Injeksi toksin botulinum dikontraindikasikan pada orang dengan jaringan parut keloid, gangguan neuromuskular seperti myasthenia gravis, amyotrophic lateral sclerosis, Eaton Lambert Syndrome, wanita hamil dan menyusui, pasien yang alergi terhadap konstituen produk toksin botulinum, gangguan dismorfik tubuh, dan pasien yang sebelumnya melakukan pembedahan pada kelopak mata bawah (blefaroplasti).[1,6]

Mekanisme Kerja dan Interval Toksin Botulinum untuk Kerutan Wajah

Kerutan wajah terbentuk akibat penuaan yang ditandai oleh atrofi dermal yang disebabkan oleh menurunnya sintesis kolagen, elastin dan proteoglikan. Selain itu, penuaan juga mengakibatkan penurunan massa otot dan kontraksi berulang dari otot-otot wajah yang mendasarinya. Sehingga, injeksi Botox® pada lokasi spesifik otot wajah ini dapat menghambat kontraksi otot yang diikuti dengan relaksasi otot. Hal ini menyebabkan kulit yang berada di permukaan tampak rata.[6,7,8]

Anjuran Interval Injeksi Toksin Botulinum untuk Mendapatkan Hasil Terbaik

Standar dosis injeksi Botox® adalah sebesar 20 unit. Pada area glabella dosis minimal yang dibutuhkan adalah 20 unit, dengan dosis berkisar antara 20-40 unit memberikan hasil yang efektif dibandingkan dosis 10 unit. Pasien pria pada umumnya memiliki masa otot yang lebih besar dibandingkan pasien wanita, sehingga dosis minimal yang dibutuhkan sebesar 40 unit.[1]

Dosis yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas dari terapi. Penggunaan Botox® dengan dosis lebih rendah dapat mengakibatkan efek yang diinginkan hanya berdurasi sangat pendek. Sementara itu, penggunaan dosis yang lebih tinggi dapat ditemukan bertahan lebih lama, dokter harus dipertimbangkan terhadap dosis yang lebih tinggi yang berpotensi menyebar ke otot yang berdekatan dengan efek yang berpotensi merugikan, dan juga peningkatan biaya untuk pasien. Penggunaan toksin botulinum tipe A dengan dosis yang lebih tinggi dapat dilakukan dan meningkatkan efek durasi tanpa adanya efek samping, serta kepuasan dan penampilan pasien masih terjaga dengan baik.[7,9]

Efek injeksi Botox® dipengaruhi berbagai variabel antara lain cara pemberian dan juga area penyuntikan. Secara umum efek pemberian Botoks dapat terlihat pada hari pertama sampai hari keempat setelah penyuntikan dan mencapai hasil maksimal dalam 1-4 minggu. Efek pemberian Botox® menunjukkan hasil yang bervariasi pada setiap individu tergantung pada otot yang diterapi serta setiap individu membutuhkan dosis yang bervariasi. Untuk mempertahankan efek dari pemberian Botox® dapat diberikan penyuntikan ulangan. Pada umumnya efek pemberian Botox® dapat bertahan dalam 3-6 bulan.[1,7]

Hasil maksimal penurunan kerutan pada wajah dalam periode 4 minggu juga dilaporkan sesuai dengan telaah sistemik yang dilakukan oleh Camargo, et al. yang dipublikasikan tahun 2021. Berdasarkan telaah sistemik ini, onabotulinumtoxinA-20 U dan onabotulinumtoxinA-50 U mendapatkan tingkat kepuasan tampilan penurunan kerutan pada glabella yang dinilai oleh pasien maupun dokter pada minggu keempat dibandingkan dengan plasebo. Selain itu, tidak ada efek samping berbahaya setelah penyuntikan toksin botulinum, walaupun terdapat risiko ptosis setelah penyuntikan botox. Walaupun, efek samping ringan lebih ditemukan pada dosis onabotulinumtoxinA-50 U dibandingkan onabotulinumtoxinA-20 U.[10]

Komplikasi dan Efek Samping Injeksi Botox®

Tindakan injeksi Botox® tipe merupakan prosedur yang aman, memiliki tolerabilitas yang baik berdasarkan pengalaman klinis, tinjauan retrospektif, dan meta-analisis namun efek samping yang ringan dan bersifat sementara juga dapat terjadi selama melakukan prosedur injeksi. Hal ini perlu diketahui sehingga dokter dapat memberikan edukasi yang tepat untuk pasien.

Efek Samping Jangka Pendek

Efek samping jangka pendek yang dilaporkan bervariasi antara lain, eritema, edema, nyeri, ptosis, dan ekimosis.[2,11]

Untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan, beberapa tindakan dapat dilakukan seperti:

  • Lebam, bengkak dan nyeri pada area injeksi: hal ini dapat dihindari dengan penggunaan jarum yang berukuran lebih kecil dan pengenceran Botox® dengan menggunakan cairan saline[1,5,11]
  • Efek difusi lokal Botox®: efek difusi local Botox® dapat bervariasi tergantung pada area injeksi. Ptosis pada penggunaan Botox® di area glabella. Ektropion dapat terjadi pada penyuntikan kelopak mata bagian bawah, dan strabismus pada penyuntikan di area bunny line atau periorbital. Hal ini dapat menetap sampai beberapa minggu. Hal ini dapat diatasi dengan agonis alfa-adrenergik[1,11]
  • Sakit Kepala: Pada studi yang dilakukan oleh Sethi, et al,. menunjukkan bahwa sakit kepala merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada penyuntikan Botox®. Sakit kepala akan membaik selama 2-4 minggu pasca penyuntikan. Pemberian analgesik dapat membantu mengatasi keluhan ini[1,6]

Meskipun demikian efek samping yang berat pada injeksi Botox® juga perlu diketahui. Efek samping seperti adanya botulism,infeksi, hingga kematian.[5,6,11,12]

Efek Jangka Panjang Penggunaan Botox®

Botox® merupakan obat dengan batas keamanan yang luas. Dosis letal 50%(LD 50%) pada manusia dapat tercapai pada dosis 40 unit/kgBB. Sehingga penggunaan pada bidang kosmetik memiliki keamanan yang baik. Sehingga secara umum penggunaan pada kerutan di wajah yang merupakan salah satu indikasi pada bidang dermatologi menunjukkan profil keamanan yang baik dalam jangka panjang.[1]

Studi yang menunjukkan penggunaan injeksi Botox® untuk mengatasi kerutan pada wajah masih minimal. Sebagian besar studi dilakukan dalam waktu yang terbatas (satu minggu sampai 1 tahun), sehingga membutuhkan studi dalam durasi yang lebih panjang untuk menentukan keamanan dalam penggunaan jangka panjang. Namun pada beberapa publikasi menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang injeksi Botox® pada kerutan di wajah menunjukkan efikasi dan juga profil keamanan yang baik. Tidak ditemukan adanya atrofi otot pada penggunaan Botox® berulang dalam jangka panjang.[7,10]

Studi oleh Carruthers et al., pada tahun 2015 menunjukkan manfaat kumulatif pengobatan jangka panjang dengan onabotulinumtoxinA dan menemukan bahwa dosis yang diperlukan tetap stabil dari waktu ke waktu, sedangkan frekuensi injeksi yang diperlukan semakin panjang.[13]

Selain itu sebuah studi pada sepasang wanita kembar identik menunjukkan bahwa wanita yang menerima suntikan Botox® secara teratur di dahi dan daerah glabella selama 13 tahun memiliki garis wajah lebih minimal. Studi laporan kasus tersebut menunjukkan injeksi Botox® jangka panjang dapat juga menghasilkan manfaat tambahan dan mencegah pembentukan garis wajah yang permanen  yang muncul sebagai akibat kerusakan jaringan dermal dan epidermal kerusakan yang disebabkan kontraksi otot berulang.[14]

Kesimpulan

Injeksi toksin botulinum atau Botox®, memiliki indikasi terapetik maupun estetik. Secara estetik, injeksi toksin botulinum dapat memberikan tampilan lebih merata pada kerutan wajah yang disebabkan oleh efek relaksasi dari toksin botulinum. Namun, efek rejuvenasi hanya bertahan dalam jangka waktu 3 sampai 6 bulan. Maka untuk mempertahankan efek dari pemberian Botox® perlu dilakukan penyuntikan ulang.

Hasil maksimal injeksi Botox® ditemukan dalam jangka 4 minggu. Hal ini didukung oleh penelitian telaah sistemik yang menyatakan Botox® dengan dosis 20 Unit dan 50 Unit memberikan kepuasan bagi pasien maupun dokter. Walaupun, efek samping ringan yang ditimbulkan lebih besar pada Botox® 50 U dibandingkan 20 U.

Injeksi Botox® pun dinilai aman. Penggunaan Injeksi Botox® pada indikasi kerutan pada wajah pada jangka panjang menunjukkan profil keamanan yang baik dan manfaat kumulatif bagi pasien, menjaga pembentukan garis wajah yang permanen, dan mengurangi kebutuhan prosedur yang lebih invasif.

Referensi