The efficiency and safety of methimazole and propylthiouracil in hyperthyroidism: A meta-analysis of randomized controlled trials
Tan S, Chen L, Jin L, Fu X. Medicine 2021;100:30(e26707). PMID: 34397700
Abstrak
Tujuan: Tujuan dari studi ini ialah untuk mengevaluasi efisiensi dan keamanan dari methimazole (MMI) dan propylthiouracil (PTU) pada terapi hipertiroid.
Metode: Pencarian artikel menyeluruh dilakukan pada PubMed, EMBASE, Cochrane Library, Web of Science, CNKI, Wanfang, dan QVIP. Luaran primer adalah efikasi klinis dan kadar hormon tiroid pada grup MMI dan PTU. Luaran sekunder ialah indeks fungsi hepar dan efek samping pada grup MMI dan PTU. Hasil diekspresikan sebagai weighted mean difference (WMD) atau odds ratio (OR) dengan 95% interval kepercayaan (CI). Tes Begg digunakan untuk memeriksa bias publikasi.
Hasil: Total didapatkan 16 uji klinis acak terkontrol yang diikutsertakan pada meta-analisis ini, dimana 973 pasien mendapat MMI dan 933 pasien mendapat PTU. Kadar triiodothyronine (T3), thyroxine(T4), Free T3 (FT3), Free T4 (FT4), maupun risiko kerusakan hepar lebih rendah pada grup MMI daripada PTU. Kadar thyroid stimulating hormone dan risiko hipotiroid lebih tinggi pada grup MMI daripada grup PTU.
Kesimpulan: Meskipun MMI berisiko lebih tinggi untuk hipotiroid daripada PTU, efikasi MMI masih lebih baik dari PTU dalam hal menurunkan kadar hormon tiroid pada pasien hipertiroid, serta mengurangi risiko kerusakan fungsi hepar dan meningkatkan kadar thyroid stimulating hormone.
Ulasan Alomedika
Saat ini tersedia dua jenis obat untuk terapi hipertiroid yakni methimazole (MMI) dan propylthiouracil (PTU). Keduanya merupakan inhibitor efektif terhadap thyroid iodide peroxidase yang bertanggung jawab pada katalisasi biosintesis hormon tiroid di tahap awal.
Selain menginhibisi aktivitas peroksidase, MMI mampu mensupresi sintesis triiodothyronine (T3) maupun thyroxine (T4). Sementara itu, PTU dapat menginhibisi peroksidase maupun proses iodization tyrosine di kelenjar tiroid sehingga menurunkan sintesis T4 dan sekaligus menginterferensi transformasi T4 menjadi T3.
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini menerapkan metode meta analisis terhadap data uji klinis acak terkontrol (RCT) yang bersumber pada basis data PubMed, EMBASE, Cochrane Library, Web of Science, CNKI, Wanfang, dan QVIP hingga tanggal publikasi bulan Juli 2020. Meta analisis dilakukan dengan menerapkan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis (PRISMA).
Kriteria Inklusi dan Eksklusi:
Kriteria inklusi meliputi pasien hipertiroid menurut kriteria klinis maupun pemeriksaan konfirmasi laboratorium, yang mendapatkan terapi MMI atau PTU. Kriteria eksklusi adalah percobaan pada hewan dan artikel yang mengalami kesulitan untuk ekstraksi data, termasuk artikel konferensi, disertasi, laporan kasus, dan tinjauan. Cochrane Collaboration’s Tool digunakan untuk mengevaluasi risiko bias RCT, sedangkan skala modifikasi Jadad dipakai untuk mengevaluasi kualitas data RCT yang diinput.
Luaran yang Dievaluasi:
Luaran primer studi ini ialah perbandingan antara luaran yang meliputi efikasi klinis (effective rate and drug withdrawal rate) maupun kadar hormon tiroid. Luaran sekunder ialah indeks fungsi hepar dan reaksi efek samping merugikan. Hasil diekspresikan sebagai weighted mean difference (WMD) atau odds ratio (OR) dengan 95% interval kepercayaan (CI). Tes Begg digunakan untuk memeriksa bias publikasi. Analisis sensitivitas diterapkan untuk semua hasil luaran.
Ulasan Hasil Penelitian
Hasil pencarian mendapatkan 16 RCT dengan total 1906 subyek, dimana 973 mendapat MMI dan 933 mendapat PTU. Hasil analisis luaran primer menunjukkan bahwa kelompok pasien yang mendapat MMI lebih baik daripada grup PTU dalam hal penurunan kadar T3 (WMD= -1,321), kadar T4 (WMD= -37,311), FT3 (WMD= -1,388), dan FT4 (WMD= -3.613). MMI juga ditemukan lebih baik dalam hal risiko kerusakan hepar. Tidak ditemukan perbedaan signifikan di antara kedua grup untuk efikasi klinis, kadar TRAb, maupun kadar TPOAb.
Kadar thyroid stimulating hormone dan risiko hipotiroid lebih tinggi pada grup MMI daripada grup PTU. Tidak ada perbedaan bermakna di antara kedua grup untuk risiko ruam kulit, pruritus, maupun leukopenia. Tidak ada perbedaan pula pada risiko rekurensi hipertiroid di antara kedua grup terapi.
Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini terletak pada penggunaan metode meta analisis dengan pedoman PRISMA yang dilakukan hanya pada data RCT dari database yang valid. Studi yang dimasukkan juga mengikutkan studi berbahasa Inggris dan Cina.
Peneliti juga melakukan penilaian kualitas studi RCT, bias publikasi, analisis meta regresi dan analisis sensitivitas dari setiap luaran yang dievaluasi.
Limitasi Penelitian
Studi ini masih belum mengevaluasi perbedaan luaran antar jenis kelamin (sex difference), sehingga belum jelas apakah ada perbedaan efikasi dan keamanan antara MMI dan PTU pada wanita dan pria. Selain itu, ditemukan heterogenitas antar studi dalam hal desain dosis MMI dan PTU. Patut dicermati pula bahwa masih ada kemungkinan bias publikasi karena data penelitian dengan hasil positif lebih banyak dan lebih mudah dipublikasi daripada penelitian dengan hasil yang negatif.
Aplikasi Hasil Penelitian Di Indonesia
Terlepas dari sejumlah limitasi yang ditemukan, data meta analisis ini dapat diterapkan di Indonesia untuk penanganan kasus hipertiroid. MMI dan PTU tersedia di fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama. Hasil meta analisis ini mengindikasikan bahwa MMI memiliki efikasi dan profil keselamatan yang lebih baik, tetapi kadar TSH dan risiko hipotiroid yang lebih tinggi patut dipertimbangkan sebelum memilih terapi bagi pasien.