Berbagai studi menunjukkan bahwa paparan phthalate mempengaruhi tumbuh kembang anak. Paparan phthalate bisa didapat dari produk sehari-hari seperti parfum dan kosmetik. Phthalate merupakan senyawa kimia sintetik semivolatile atau dapat menguap, volume tinggi yang membuat plastik menjadi lunak dan fleksibel.
Ditemukan sekitar tahun 1920, bahan ini digunakan dalam berbagai produk industri termasuk lantai polivinil klorida (PVC), kemasan makanan, produk perawatan sehari-hari, peralatan medis, dan mainan anak–anak.[1–4,28,30]
Metabolisme dan Paparan Phthalate
Phthalate tidak terikat secara kovalen, sehingga dapat larut ke lingkungan sekitar, terpapar secara oral, dermal, serta inhalasi. Metabolit phthalate dapat ditemukan dalam udara ruangan, debu, makanan, dan air.[5–9]
Data biomonitoring global menunjukkan bahwa metabolit phthalate bisa ditemukan pada urine, darah, air susu ibu (ASI), bahkan terdapat dalam cairan amnion janin. Artinya, bahan ini dapat melewati sawar plasenta dan dapat terpapar pada manusia sejak dalam kandungan.[10–13]
Jenis–jenis metabolit phthalate berdasarkan berat molekulnya dipaparkan pada Tabel 1.[14]
Tabel 1. Jenis Metabolit Phthalate
Jenis Phthalate | Singkatan | |
Berat molekul rendah | Dimethyl phthalate Diethyl phthalate Dibutyl phthalate | DMP DEP DBP |
Berat molekul tinggi | Benzylbutyl phthalate Di-2-ethylhexyl phthalate Di-n-octyl phthalate Di-isononyl phthalate DI-isodecyl phthalate | BzBP DEHP DOP DiNP DiDP |
Sumber: dr. Nenvy Wantouw, SpA[15–18,27,29]
Beberapa studi melaporkan bahwa orang dewasa yang menggunakan beberapa produk sehari-hari seperti parfum, cologne, krim wajah, lotion, dan kosmetik mengalami peningkatan kadar metabolit diethyl phthalate (DEP) dan dibutyl phthalate (DBP).[15–17]
Sedangkan pada bayi, studi dari Sathyanarayana et al melaporkan peningkatan kadar beberapa metabolit phthalate pada bayi yang terpapar dengan lotion, bedak, dan sampo bayi pada 24 jam terakhir.[3]
Phthalate dengan berat molekul tinggi ditemukan pada lem perekat, pembungkus dan wadah makanan, jaket hujan, dan produk vinyl lainnya. Terdapat bukti yang menunjukan bahwa lantai vinyl adalah sumber paparan oral maupun inhalasi terhadap di-2-ethylhexyl phthalate (DEHP) dan benzylbutyl phthalate (BzBP).[18]
Phthalate juga dapat ditemukan pada lapisan obat. Pada pengguna obat seperti teofilin, omeprazole, mesalamine, dan didanosin ditemukan kadar DEP dan DBP yang tinggi di urine. Pada alat kesehatan, metabolit yang mengandung DEHP ditemukan pada selang endotrakeal, kateter umbilikus, selang intravena, kantong cairan intravena, kantong dan selang nutrisi parenteral, dan kateter urine.[19,20,30]
Pada bayi, balita, anak-anak, dan remaja, rute dan sumber paparan phthalate berhubungan dengan tahapan perkembangan, seperti aktivitas memasukkan tangan ke mulut, proses berjalan, kebersihan dan perawatan sehari-hari, makanan, dan status kesehatan selama perkembangan anak.[14]
Efek Phthalate pada Kesehatan Bayi dan Anak
Efek Phthalate pada kesehatan bayi dan anak telah diteliti selama hampir 40 tahun. Banyak studi telah menyatakan bahwa phthalate mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, seperti kemampuan kognitif, wicara, dan gangguan perilaku.[21–24]
Efek Phthalate terhadap Kemampuan Kognitif:
Tinjauan sistematik dari Ejaredar et al mendapatkan bahwa tingginya kadar metabolit phthalate saat masa prenatal berhubungan dengan rendahnya kemampuan kognitif dan perilaku pada anak usia 0–12 tahun akibat terganggunya sistem endokrin.[25]
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa paparan DEHP, DBP, DEP, dan BBzP pada ibu hamil di masa prenatal dapat mempengaruhi kemampuan perkembangan kognitif dan psikomotor, atensi, kemampuan visuospasial, dan kemampuan sosial anak.[29]
Efek Phthalate terhadap Keterlambatan Wicara:
Pada tahun 2018, dipublikasikan sebuah kohort yang melibatkan 1.333 pasangan ibu dan anak. Hasil studi menunjukkan bahwa paparan DBP dan BzBP selama kehamilan secara signifikan berhubungan dengan keterlambatan wicara pada anak usia prasekolah.
Prevalensi keterlambatan wicara pada studi ini didapatkan sebesar 10% dan ditemukan lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Pada analisis ditemukan bahwa peningkatan paparan phthalate 2 kali lipat akan meningkatkan risiko keterlambatan wicara sebesar 25–40%.[26]
Efek Phthalate terhadap Gangguan Perilaku:
Studi lain di tahun yang sama dilakukan di Hokkaido mencoba menilai efek paparan bisfenol A dan metabolit phthalate terhadap gangguan perilaku. Studi ini melibatkan 458 subjek. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan risiko masalah perilaku seiring dengan peningkatan paparan metabolit phthalate mono–2–ethyl–5–carboxypentyl phthalate (MECPP).
Hubungan ini tidak ditemukan terkait metabolit phthalate lain yang diteliti yaitu mono–n–butyl phthalate (MnBP), mono–isobutyl phthalate (MiBP), mono–2–ethylhexyl phthalate (MEHP), mono–benzyl phthalate (MBzP), mono–2–ethyl–5–hydroxyhexyl phthalate (MEHHP).[27]
Langkah Pengurangan Paparan
Pada beberapa tahun terakhir media dan publik menaruh perhatian terhadap risiko kesehatan terkait phthalate. Tahun 2008, penggunaan BBzP, DEHP dan DBP pada pembuatan mainan anak dan peralatan bayi telah dilarang.
Untuk meminimalisir paparan phthalate, terutama pada anak, dapat dilakukan modifikasi lingkungan seperti menghindari pemakaian lantai vinyl, menghindari debu yang tercemar dengan melepas alas kaki di depan pintu, menjaga jendela tetap bersih, melakukan pembersihan lantai secara rutin, menghindari makanan olahan dan makanan yang dibungkus plastik, serta menggunakan alat masak dan tempat menyimpan makanan yang bukan berbahan dasar plastik.[14]
Kesimpulan
Phthalate adalah senyawa kimia sintetik semivolatile (dapat menguap) volume tinggi yang disenangi karena kemampuannya membuat plastik menjadi lunak dan fleksibel. Phthalate dapat ditemukan pada produk yang dipakai sehari-hari seperti lantai polivinil klorida (PVC), kemasan makanan, parfum, lotion, sampo anak, peralatan medis, dan mainan anak-anak.
Telah banyak studi mengaitkan paparan phthalate dengan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk di dalamnya gangguan kognitif, gangguan perilaku, dan keterlambatan wicara. Pengurangan paparan phthalate dapat dilakukan dengan modifikasi lingkungan, seperti menjaga kebersihan rumah, menghindari penggunaan makanan kemasan dan penyimpanan berbahan plastik, dan menghindari penggunaan pemakaian lantai vinyl PVC.
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli