Pada kasus carpal tunnel syndrome, injeksi kortikosteroid lokal dengan panduan USG atau ultrasonografi diduga dapat mengurangi risiko kesalahan injeksi bila dibandingkan dengan injeksi berdasarkan palpasi landmark anatomi saja. Berbagai studi kemudian dilakukan untuk membandingkan efektivitas dan keamanan kedua metode ini.
Carpal tunnel syndrome terjadi karena kompresi saraf median di dalam carpal tunnel atau terowongan karpal, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf dan akumulasi sel inflamasi. Injeksi kortikosteroid secara lokal ke dalam terowongan karpal merupakan modalitas terapi yang sederhana dan mudah dilakukan, yakni dengan menggunakan acuan letak anatomi tendon palmaris longus.[1-3]
Prosedur injeksi intrakarpal ini dilaporkan bersifat sangat efektif bila dilakukan dengan tepat. Akan tetapi, prosedur ini juga memiliki risiko kerusakan tendon, kerusakan saraf, kurangnya efek terapeutik, dan butuhnya suntikan ulang dalam waktu singkat, terutama jika tindakan dilakukan dengan perkiraan anatomis secara kasat mata (blinded).[1,4,5]
Penggunaan ultrasonografi (USG) untuk memandu injeksi kortikosteroid intrakarpal dinilai dapat meningkatkan akurasi, sehingga efektivitas terapi dapat menjadi semakin baik dan dapat mengurangi risiko efek samping karena tindakan.[1,6,7]
Prinsip Manajemen Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel syndrome cenderung mengalami kekambuhan ataupun penurunan gejala yang tidak maksimal setelah terapi. Umumnya, opsi terapi yang diberikan adalah:
- Lini pertama: imobilisasi pergelangan tangan dengan splint dan pemberian obat kortikosteroid oral
- Lini kedua: injeksi kortikosteroid lokal ke dalam terowongan karpal
- Lini ketiga: tindakan bedah
Pilihan modalitas terapi akan sangat menentukan prognosis pasien. Terapi yang sukses dapat menghilangkan gejala, mengembalikan fungsi anggota gerak, dan menghentikan progresivitas penyakit. Dari semua modalitas terapi, kortikosteroid dilaporkan sebagai pilihan yang lebih efektif.
Imobilisasi dan pemberian prednisolone oral 20 mg/hari selama 2 minggu yang diikuti dengan prednisolone 10 mg/hari selama 2 minggu dapat memperbaiki gejala carpal tunnel syndrome. Bila gejala pasien tidak membaik, dokter dapat memberikan injeksi kortikosteroid sebanyak 2 kali.[1-3,9-11]
Injeksi Kortikosteroid untuk Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome
Injeksi kortikosteroid terbukti efektif untuk menurunkan gejala carpal tunnel syndrome dalam durasi yang lebih panjang dan rekurensi lebih jarang. Studi juga menunjukkan bahwa injeksi kortikosteroid lokal lebih baik daripada injeksi kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid oral, serta modalitas terapi lain seperti antiinflamasi dan splinting.[1,3,12]
Uji acak terkontrol dengan double-blind menunjukkan bahwa injeksi metilprednisolon 15 mg dan pemberian plasebo oral selama 10 hari lebih efektif daripada pemberian metilprednisolon oral 25 mg dan injeksi plasebo. Luaran studi yang dinilai adalah Global Symptom Score (GSS) dalam waktu 12 minggu.[3,12,13]
Studi lain juga menunjukkan bahwa injeksi metilprednisolon 80 mg dan 40 mg terbukti lebih efektif untuk mengurangi kebutuhan operasi carpal tunnel syndrome setelah 1 tahun (73% dan 81%) bila dibandingkan dengan plasebo (92%). Studi ini dilakukan dengan jumlah pasien 37 orang untuk masing-masing grup terapi dan kontrol.
Kemungkinan pasien untuk membutuhkan operasi lebih kecil pada pemberian 80 mg dan 40 mg metilprednisolon. Sebanyak 1 dari 9 orang yang mendapat metilprednisolon 40 mg dan sebanyak 1 dari 5 orang yang mendapatkan metilprednisolon 80 mg tidak memerlukan operasi.[14]
Injeksi 15 mg triamcinolone lokal dan plasebo oral juga dilaporkan lebih efektif untuk menurunkan skor GSS dan meningkatkan konduksi saraf apabila dibandingkan dengan triamcinolone oral dan injeksi plasebo.[15]
Injeksi kortikosteroid tipe long-acting maupun short-acting sama-sama dilaporkan efektif untuk menurunkan gejala carpal tunnel syndrome setelah 6 minggu. Akan tetapi, kortikosteroid short-acting perlu diberikan dalam dosis yang lebih tinggi.[12]
Injeksi kortikosteroid juga sama efektifnya dengan pembedahan untuk memperbaiki gejala parestesia nokturnal hingga >20% pada follow-up 2 tahun. Akan tetapi, tindakan operasi memberikan waktu remisi 2 tahun lebih lama. Keuntungan injeksi kortikosteroid bila dibandingkan dengan bedah adalah prosedurnya lebih mudah dilakukan, tekniknya lebih tidak invasif, dan biayanya lebih efektif.[1-3,9,10,16]
Perbandingan Injeksi Kortikosteroid dengan Panduan USG dan Injeksi Blind
Studi menunjukkan bahwa dari 9.515 injeksi intrakarpal, komplikasi serius terjadi pada 4 kasus, sementara 33% kasus lainnya mengalami efek samping ringan. Efek samping terbanyak adalah nyeri lokal (pada 13% kasus) setelah 6 minggu, yang dapat hilang dalam waktu 3 minggu.[2,3]
Penggunaan USG dalam tindakan injeksi memberikan visualisasi struktur anatomi yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan presisi, mengurangi risiko kerusakan jaringan di sekitar nervus medianus, mengurangi risiko efek samping, meningkatkan efektivitas terapeutik, dan menurunkan keperluan untuk tindakan lebih lanjut.[1,4-6,16]
Meta analisis terhadap tiga uji acak terkontrol dengan total 181 injeksi kortikosteroid menunjukkan bahwa injeksi intrakarpal yang dipandu USG lebih efektif memperbaiki Symptom Severity Score (dengan perbedaan rata-rata -0,46) daripada injeksi blind yang dilakukan berdasarkan perkiraan letak anatomis (landmark-guided).[16]
Studi di Mesir yang membandingkan injeksi kortikosteroid intrakarpal tanpa USG dan dengan USG juga menunjukkan hasil serupa. Studi ini mendapatkan bahwa injeksi dengan panduan USG menghasilkan perbaikan konduksi saraf yang lebih baik daripada injeksi blind. Perbaikan ditandai dengan perbaikan flattening ratio dan penurunan cross-sectional area saraf median. Injeksi dengan USG juga menimbulkan kesemutan dan numbness setelah injeksi yang lebih sedikit daripada injeksi blind (13% vs 73%).[5]
Meta analisis yang lebih baru (tahun 2021) terhadap 8 uji klinis acak terkontrol dengan total 448 pasien juga menunjukkan bahwa injeksi intrakarpal yang dipandu USG dapat memperbaiki skor Boston Carpal Tunnel Syndrome Questionnaire, Symptom Severity Scale, dan Functional Status Scale secara lebih baik daripada injeksi blind.[8]
Ultrasonografi juga dapat menurunkan kebutuhan pasien untuk menjalani tindakan lebih lanjut. Studi terhadap 234 pasien menunjukkan bahwa injeksi kortikosteroid dengan panduan USG dapat menurunkan kemungkinan diperlukannya terapi ulang dalam 1 tahun sebanyak 55% bila dibandingkan injeksi blind.[1]
Penggunaan USG dalam injeksi intrakarpal juga dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Studi menunjukkan bahwa pendekatan secara in-plane dari nervus ulnaris lebih baik daripada pendekatan out-plane. Akan tetapi, kedua metode ini tetap lebih baik daripada injeksi blind. Studi lain mengatakan bahwa tidak ada perbedaan perbaikan klinis yang signifikan pada waktu 6 dan 12 minggu antara injeksi di atas maupun di bawah nervus median dengan bantuan USG.[4,6]
Kesimpulan
Injeksi kortikosteroid intrakarpal tanpa panduan USG ataupun dengan panduan USG sama-sama efektif untuk menurunkan gejala carpal tunnel syndrome. Namun, injeksi yang dipandu USG dapat meningkatkan presisi injeksi, sehingga memiliki efek samping dan risiko komplikasi yang lebih rendah.
Injeksi intrakarpal dengan panduan USG juga menghasilkan perbaikan gejala yang lebih unggul, masa remisi yang lebih lama, dan kebutuhan operasi yang lebih rendah. Namun, risiko rekurensi dan kemungkinan operasi tetap ada baik pada injeksi dengan ultrasonografi ataupun tidak. Penggunaan ultrasonografi terbaik adalah secara in-plane dari nervus medianus.
Kendala injeksi dengan panduan USG adalah keadaan di mana dokter tidak memiliki kompetensi untuk mengoperasikan USG dengan baik atau fasilitas pelayanan medis tidak memiliki USG. Namun, alat USG saat ini semakin portabel dan murah, sehingga semakin banyak tersedia di layanan kesehatan. Hal ini harus dipertimbangkan dalam memilih modalitas terapi. Injeksi blind dengan panduan letak anatomis tetap dapat dilakukan bila injeksi dengan USG tidak memungkinkan.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur