Berdasarkan Global Initiative for Asthma atau GINA, kortikosteroid inhalasi merupakan terapi fundamental untuk asma. Kortikosteroid inhalasi terbukti meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi gejala pernapasan, meningkatkan fungsi paru, mengurangi eksaserbasi asma, dan menurunkan mortalitas. Akan tetapi, beberapa klinisi mungkin masih ragu memberikan kortikosteroid inhalasi karena khawatir efek samping. Artikel ini akan membahas profil keamanan kortikosteroid inhalasi untuk asma.[1,2]
GINA 2023 merekomendasikan dosis kortikosteroid inhalasi serendah mungkin untuk mencapai kontrol asma yang baik. Sebanyak 80-90% pemberian kortikosteroid dosis rendah (setara 100-200 μg fluticasone) terbukti dapat memberikan manfaat maksimal. Artikel ini akan mengulas bukti terkait keamanan kortikosteroid dosis rendah tersebut dan juga kortikosteroid dosis yang lebih tinggi.[1,2]
Bukti Klinis terkait Dosis dan Keamanan Kortikosteroid Inhalasi pada Asma
Suatu studi observasional dilakukan oleh Bloom, et al. pada 162.202 penderita asma (dewasa) yang belum mendapatkan terapi kortikosteroid inhalasi. Studi menggunakan dua sumber data, yaitu: CPRD Aurum (Clinical Practice Research Datalink Aurum) dan CPRD GOLD (Clinical Practice Research Datalink GOLD).[1]
Dalam studi tersebut, kortikosteroid inhalasi (ekuivalen beclomethasone) dikategorikan dengan beberapa cara:
- Berdasarkan dosis resep pertama: 400 μg (rendah), 401–1.000 μg (sedang), atau ≥1.000 μg (tinggi)
- Berdasarkan kalkulasi dosis rata-rata harian selama periode penelitian
- Berdasarkan kategorisasi kalkulasi dosis rata-rata harian: ≤200 μg (rendah), 201–599 μg (sedang), atau ≥600 μg (tinggi)
- Berdasarkan jenis kortikosteroid inhalasi: beclomethasone, budesonide, atau fluticasone[1]
Empat luaran primer yang dinilai adalah major adverse cardiac event (MACEs), aritmia, pneumonia komunitas yang membutuhkan hospitalisasi, dan emboli paru. Observasi dilakukan selama 12 bulan, yang tergolong jangka pendek.[1]
Hasil menunjukkan bahwa insiden keempat luaran primer tersebut memang meningkat pada pengguna kortikosteroid inhalasi, tetapi frekuensinya rendah dan tergantung pada dosis. Hanya dosis sedang dan tinggi yang meningkatkan risiko. Selain itu, waktu juga berperan. Semakin panjang waktu penggunaan, semakin tinggi risiko. Kortikosteroid inhalasi dosis rendah dalam jangka pendek dinyatakan aman.[1]
Selain itu, peningkatan risiko eksaserbasi asma pada pasien yang tidak menggunakan kortikosteroid inhalasi, bahkan pada pasien asma ringan sekalipun, dinyatakan jauh lebih tinggi daripada risiko efek-efek samping tersebut. Sebagai contoh, dalam studi Novel START, angka kejadian eksaserbasi pada kelompok tanpa kortikosteroid inhalasi adalah 0,40 eksaserbasi per pasien per tahun. Angka tersebut >20 kali lebih tinggi daripada angka kejadian efek samping tertinggi di studi Bloom, et al. (pneumonia: 0.02 kasus per pasien per tahun).[1,3]
Oleh karena itu, hasil studi oleh Bloom, et al. mendukung rekomendasi guideline untuk pemberian kortikosteroid inhalasi pada asma, dengan menggunakan dosis terendah yang efektif.[1]
Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid memang meningkatkan risiko kardiovaskular, tetapi asma sendiri berkaitan dengan risiko gangguan koagulasi dan fibrinolisis akibat inflamasi yang terjadi. Selain itu, kortikosteroid yang menunjukkan risiko lebih tinggi adalah kortikosteroid oral. Oleh sebab itu, kontrol asma dengan terapi kortikosteroid inhalasi dosis terendah yang efektif dianjurkan.[1,4,5]
Penggunaan Kortikosteroid Inhalasi pada Asma di Indonesia
Di Indonesia, penggunaan kortikosteroid inhalasi dalam tata laksana asma sebetulnya sudah direkomendasikan dalam pedoman. Selain lebih cepat untuk mengurangi gejala pernapasan, pemberian kortikosteroid inhalasi juga terbukti lebih aman daripada terapi kortikosteroid oral maupun terapi non-kortikosteroid.[6,7]
Namun, beberapa kendala yang masih dihadapi adalah rendahnya tingkat kepatuhan pasien, kurangnya pengetahuan pasien, kondisi sosial ekonomi, dan ketersediaan obat. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien, tenaga medis perlu paham dengan benar tentang manfaat dan profil keamanan kortikosteroid inhalasi, agar dapat memberikan edukasi yang adekuat untuk pasien.[6,7]
Kesimpulan
Kortikosteroid inhalasi merupakan terapi fundamental untuk asma yang telah terbukti bisa mengurangi gejala pernapasan, meningkatkan fungsi paru-paru, dan mengurangi eksaserbasi serta kematian. Ada kekhawatiran mengenai efek samping kortikosteroid, tetapi studi membuktikan bahwa kortikosteroid inhalasi dosis rendah mempunyai profil keamanan yang baik.
Selain itu, risiko eksaserbasi asma telah dilaporkan jauh lebih tinggi daripada risiko efek samping kortikosteroid inhalasi. Oleh sebab itu, sesuai dengan bukti klinis yang ada dan guideline, penggunaan kortikosteroid inhalasi untuk asma direkomendasikan, dengan menggunakan dosis terendah yang efektif. Risiko efek samping dapat meningkat seiring dengan peningkatan dosis.