Asma eksaserbasi dengan takikardia, bagaimana tata laksana? - Diskusi Dokter

general_alomedika

alo dokter izin konsul, saya kedatangan pasien di klinik dengan kondisi sesak nafas disertai demam, dada berdebarSesak nafas disertai demam sudah dua...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Asma eksaserbasi dengan takikardia, bagaimana tata laksana?

    Dibalas 2 jam yang lalu
    Anonymous
    Anonymous
    Dokter Umum

    alo dokter izin konsul, saya kedatangan pasien di klinik dengan kondisi sesak nafas disertai demam, dada berdebar

    Sesak nafas disertai demam sudah dua hari

    Sudah berobat dan sebelum dtg ke klinik sudah minum obat tersebut (pasien tidak tau obat apa saja)

    Pemeriksaan fisik

    Td : 160/100

    Suhu : 38

    Spo2 : 92%

    Hr : 160x/i

    Thorax : wheezing

    Rpd : asma

    Bagaimana penanganan awal pada pasien ini dok, dan bagaimana juga tatalaksana lanjutannya

    Terimakasih dok

2 jam yang lalu

ALO Dokter, sudah coba ALOMEDIKA AI? Saya bantu jawab menggunakan jawaban dari ALOMEDIKA AI yaa Dok:

Jawaban Singkat: Pasien dengan riwayat asma, sesak napas, demam, wheezing, takikardia, hipertensi, dan SpO₂ 92% masuk kriteria serangan asma sedang-berat dengan kemungkinan infeksi (demam). Penanganan awal: stabilisasi jalan napas, pemberian oksigen, bronkodilator inhalasi, kortikosteroid sistemik, dan evaluasi tanda-tanda infeksi. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi jika tidak membaik atau ada tanda gagal napas.

Penjelasan Lengkap:

1. Anamnesis Penting

Riwayat asma: frekuensi serangan, penggunaan inhaler, rawat inap sebelumnya.

Riwayat alergi, paparan pencetus, compliance obat.

Riwayat demam: sejak kapan, batuk, dahak, nyeri dada, riwayat kontak TB.

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM.

Riwayat penggunaan obat sebelumnya (jika memungkinkan, minta pasien bawa obat).

2. Pemeriksaan Fisik

Tanda distress napas: retraksi, penggunaan otot bantu napas, suara napas tambahan.

Status mental: gelisah, penurunan kesadaran (tanda hipoksia berat).

Tanda infeksi: ronki, suara napas menurun, egofoni.

Tanda gagal jantung: edema, JVP, hepatomegali.

3. Pemeriksaan Penunjang

SpO₂: sudah dilakukan (92% = hipoksemia).

Rontgen thoraks: jika tersedia, untuk menyingkirkan pneumonia/edema paru.

Darah lengkap: leukositosis (infeksi).

GDA (jika tersedia): menilai status oksigenasi dan ventilasi.

ECG: menilai takikardia, aritmia.

4. Penatalaksanaan Awal di Klinik

a. Stabilisasi

Posisi duduk (fowler) untuk memudahkan pernapasan.

Oksigen: nasal kanul/masker 4–6 L/menit, target SpO₂ >94%.

Monitor tanda vital: tekanan darah, nadi, RR, SpO₂.

b. Bronkodilator

Salbutamol inhalasi (Ventolin, mengandung salbutamol):

Nebulizer: 2,5–5 mg salbutamol dalam 2–3 mL NaCl 0,9%, diulang tiap 20 menit × 3 kali pada 1 jam pertama.

Jika tidak ada nebulizer, gunakan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer: 4–8 puff, tiap puff dihirup satu per satu, diulang tiap 20 menit × 3 kali.

c. Kortikosteroid sistemik

Prednison oral: 40–50 mg sekali sehari, atau

Metilprednisolon IV: 1–2 mg/kg/hari, dibagi 2–4 dosis (jika pasien tidak bisa minum).

d. Antibiotik

Jika curiga infeksi bakteri (demam, sputum purulen, ronki basah): Amoksisilin-klavulanat (misal: Augmentin, mengandung amoksisilin dan asam klavulanat) 625 mg PO tiap 8 jam, atau Levofloxacin 500 mg PO/IV sekali sehari (jika alergi penisilin atau pneumonia berat).

e. Lain-lain

Antipiretik: Paracetamol 500 mg PO tiap 6–8 jam jika demam.

Cairan: monitor hidrasi.

5. Kriteria Rujukan Segera

- SpO₂ <92% meski sudah diberi oksigen

- Distress napas berat: RR >30, penggunaan otot bantu napas, tidak bisa bicara

- Penurunan kesadaran

- Tidak responsif terhadap bronkodilator

- Tanda-tanda gagal napas atau syok

Stabilisasi sebelum rujuk: Pastikan jalan napas terbuka, oksigen berjalan, bronkodilator diberikan, dan akses IV terpasang.

6. Tatalaksana Lanjutan

- Observasi respon terapi: ulang SpO₂, RR, HR tiap 15–30 menit.

- Jika membaik: lanjutkan bronkodilator tiap 4–6 jam, steroid oral 5–7 hari, edukasi penggunaan inhaler, hindari pencetus.

- Jika tidak membaik: rujuk ke RS untuk perawatan lanjutan (mungkin perlu ventilasi non-invasif/invasif).

7. Edukasi Pasien

- Pentingnya kontrol asma, penggunaan inhaler, mengenali tanda bahaya.

- Hindari pencetus (asap rokok, debu, infeksi).

- Segera ke fasilitas kesehatan jika sesak memberat, tidak membaik dengan inhaler, atau ada penurunan kesadaran.

Referensi utama: Panduan asma GINA 2023, WHO, dan konsensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Jika ada keterbatasan alat di klinik, prioritaskan oksigen, bronkodilator inhalasi, dan rujuk segera jika tidak membaik.

Sekian dok, semoga membantu. Yuk, coba pakai ALOMEDIKA AI melalui aplikasi Alomedika di HP dokter!