Halo selamat siang TS, Saya minta pendapat akhir2 ini saya sering menghadapi pasien yang datang hanya ingin dirujuk saja. Pasien merupakan pasien asuransi....
Menanggapi pasien yang hanya ingin berobat kepada spesialis secara tepat seperti apa - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Menanggapi pasien yang hanya ingin berobat kepada spesialis secara tepat seperti apa
Halo selamat siang TS,
Saya minta pendapat akhir2 ini saya sering menghadapi pasien yang datang hanya ingin dirujuk saja. Pasien merupakan pasien asuransi.
Sebagai contoh 1 hari yg lalu saya mendapatkan pasien anak 2 tahun dengan keluhan muntah sebanyak 5x, namun pada pf saya tidak mendapatkan tanda2 dehidrasi sama sekali, demam -, bapil - , bab dbn, anak masih aktif dan menangis kuat pada pemeriksaan, napas pun dbn ves +/+, untuk pengobatan mual muntah pun tersedia di tempat saya praktek. Ortu pasien tetap ngotot ingin dirujuk padahal saya sudah jelaskan bahwa kondisi anak pada saat ini baik dan dapat diobati terlebih dahulu dari sini. Namun pasien tetap ngotot ingin ke sp. A. Dan pada akirnya saya memberi rujukan ke pasien tersebut. Yang saya mau tanyakan apakah tindakan yg saya lakukan itu etis merujuk pasien yg sebenarnya merupakan kompetensi dokter umum? Dan bila ts2 sekalian mendapatkan pasien seperti ini apa yg TS Lakukan?
Atas pendapatnya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Alo dokter, sama dengan pengalaman saya berpraktek di klinik faskes satu. Seringkali pasien datang hanya untuk meminta rujukan karena syarat asuransi maupun BPJS.
Berpegang pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia dari KKI saya selalu berusaha memberikan edukasi kepada pasien atau keluarganya bahwa penyakit yang diderita saat ini tidak harus dirujuk dan harus mendapatkan pelayanan di faskes I. Dan pasien diminta untuk datang kembali setelah 3 hari pengobatan jika memang perlu rujukan.. Semangat dokter! Edukasi pasien memang perlu usaha keras..
Bisa sebagai bacaan: https://www.alomedika.com/menghadapi-pasien-serba-tahu
Baik dok saya ucapkan banyak terima kasih atas masukanya dok
Hal tersebut nanti bisa berdampak jg ke klinik tempat dokter bekerja pihak PIC dari RS biasanya akan mempertanyakan kenapa penyakit yg harusnya bisa teratasi di klinik tersebut malah di rujuk.
Baik dok saya ucapkan banyak terima kasih ya dok atas pendapat dan masukanya.
Betul dok, thx ya dok atas masukanya
Banyak gejala biasa yg oleh dokter umum dianggap ringan, mungkin perlu ketajaman lebih lanjut dalam menerima informasi saat melakukan anamnese.
Saat gejala utama yg muncul, sementara tercover dengan obat dari dokter umum, namun kemudian keluhan berulang-ulang lagi, artinya ada suatu penyebab yang memang harus ditangani, tidak hanya menutupi gejala saja. Di sanalah peran dokter spesialis dlm mencari hingga menangani causa penyakit, hingga gejalapun akan sekaligus terkoreksi.
Banyak kejadian kasus yg sudah menjadi komplikasi karena tertunda oleh pengobatan sementara dari dokter umum, kemudian baru dikonsulkan ke dokter spesialis, sehingga terkesan (mohon maaf) sebagai tempat pembuangan akhir karena penyakit sudah terlanjur berat.
Ada dokter spesialis yang akhirnya menyalahkan pasien karena lambat datang berobat ke dokter spesialis, namun tidak sedikit pula pasien atau keluarga pasien menyalahkan dokter spesialis karena tidak dapat mengobati dan mengembalikan seperti awal saat sehat karena sudah terlanjur komplikasi multiple organ damage.
Dalam hal ini, dokter umum dan dokter spesialis hendaknya bekerjasama melakukan preventif terhadap kejadian komplikasi.
Memang benar prosedur konsultasi berobat berjenjang perlu dilakukan, tapi jika menyimak riwayat yang berulang-ulang (dari keterangan yang dokter sampaikan), mungkin memang perlu ada evaluasi dari kasus-kasus tersebut hingga orang tua pasien merasa trauma dengan kejadian yg pernah dialami sebelumnya.
Tidak sedikit pasien yg hanya mau berobat ke dokter umum dengan alasan takut ketahuan punya lebih banyak penyakit jika berobat ke dokter spesialis. Di sini membutuhkan kebijaksanaan dari dokter umum untuk edukasi ke pasien.
Sedikit membahas tentang contoh kasus yg dokter sampaikan, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang jauh lebih spesifik daripada yang dibayangkan. Misalnya tipe muntah, apakah proyektil/menyembur yg bisa jadi merupakan gejala peningkatan tekanan intra kranial; tanda vital, apakah nadinya cepat yg menggambarkan terjadinya dehidrasi, pemeriksaan spesifik tanda dehidrasi pasien anak (berbeda dengan dewasa krn anak belum dapat menyampaikan apa yg dirasakan), dg adanya anak menangis kencang gelisah bisa jadi mengekspresikan ada sesuatu yg tidak beres yg membuatnya tidak nyaman. Apakah setelah muntah terjadi aspirasi sebagian muntahannya, apa isi muntahan, kronologis kejadian yg menyebabkan muntah, setelah muntah apakah pasien sempat terdiam sementara yg tanpa disadari kemungkinan sedang mengalami kejang tonik; dan masih banyak lagi pemeriksaan lab yg lebih detail yg harus dilakukan oleh seorang dokter spesialis.
Betul apa yang dikatakan dr. Hudiyati, jika pasien tidak ada perubahan dengan obat yg telah kt beri, dapat kembali kontrol 3 hari kedepan dan dipertimbangkan apakah memang memerlukan rujukan atau tidak.
Memang butuh kesabaran ya dok agar pasien paham..
Betul dok bila pasien bpjs kebanyakan sudah mengerti bila di edukasi sedikit mengenai penyakitnya, dan pasti bila dx nya bisa diobati di faskes1 pasti akan TACC di sistem bpjs, namun kebanyakan di klinik saya pasien dengan asuransi dok, apakah saya bisa memakai cara yg sama dengan pasien bpjs dengan bilang diagnosis ini tidak termasuk dalam asuransi? Saya baru lihat riwayat rm nya kebanyakan dia dirujuk dengan penyakit yg bisa diobati di faskes 1, dan kata perawat disini pasien ini memang sudah terkenal untuk "memaksa" Minta rujukan dok, terima kasih dok.