Alo dokter izin berdiskusi. Pada pasien dgn dx urtikaria yg datang ke klinik, injeksi yg paling tepat apakah difenhidramin atau dexa ya dok? Atau apakah...
Injeksi pada pasien urtikaria - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Injeksi pada pasien urtikaria
Dibalas 16 Oktober 2023, 09:11
dr.Risa
Dokter Umum
Alo dokter izin berdiskusi. Pada pasien dgn dx urtikaria yg datang ke klinik, injeksi yg paling tepat apakah difenhidramin atau dexa ya dok? Atau apakah diberikan keduanya?
Terimakasih sebelumnya dok
Dibuat 15 Oktober 2023, 20:17
16 Oktober 2023, 09:11
dr.Naldo Sofian, SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Alo juga, dokter. Perihal terapi urtikaria, tentunya harus mengevaluasi penyebabnya dahulu sebelum pertimbangan pemberian antihistamin maupun steroid. Namun selain yang dijelaskan oleh dr. Putu Gizha SpPD sebelumnya, izin saya tambahkan1. Walaupun kerjanya cepat, difenhidramin berisiko menimbulkan hipotensihipotensi karena antihistamin bisa menimbulkan vasodilatasi.
2. Dexamethasone mulai kerjanya lama dan tetap berisiko menimbulkan efek samping steroid pada umumnya, termasuk hipertensi, hiperglikemia akut, dan fragilitas tulang.
3. Perlu dinilai pajanan alergennya itu apakah akan berada dalam jangka waktu lama atau tidak sehingga pilihan antihistamin atau steroid mengikuti lama kerjanya sebelum pajanan tersebut bisa dieliminasi oleh host. Jadi saran saya
1. Jika tidak mengancam nyawa (anaphylaxis), berikan oral antihistamin atau topikal steroid saja
2. Jika berdasarkan pertimbangan dokter memang harus diinjeksi walau tanpa ada anafilaksis, berdasarkan patofisiologinya harusnya dimulai dari diphenhydramine dl
3. Berkaitan no. 2, pasien wajib observasi dahulu dalam 1/2 - 1 jam dan telah diberi inform consent. Jika keluhan berlanjut atau menjadi syok (bukan hipotensi), epinefrin dapat diberikan.
4. Kalaupun butuh steroid, sebaiknya gunakan hidrokortison jika memungkinkan agar kerjanya lebih cepat, potensi steroid dan efek sampingnya lebih rendah, dan ia bisa menjaga hemodinamik. Notes:
Saya paham bahwa di klinik dan RS pada umumnya lebih tersedia dexamethasone daripada hidrokortison. Oleh karenanya dimohon jika akhirnya terpaksa memakai dexamethasone, pertimbangkan benefit and risk nya benar2. Saya belum pernah mendapati orang perburukan jika tidak diberikan dexamethasone, tetapi ada yang pernah hampir diseret ke hukum karena tidak tersedia epinefrin di faskes. Sekian, Terima kasih. Smoga membantu terapi sejawat agar rasional dengan berbagai tuntutan resiko hukum terhadap profesi kita.
2. Dexamethasone mulai kerjanya lama dan tetap berisiko menimbulkan efek samping steroid pada umumnya, termasuk hipertensi, hiperglikemia akut, dan fragilitas tulang.
3. Perlu dinilai pajanan alergennya itu apakah akan berada dalam jangka waktu lama atau tidak sehingga pilihan antihistamin atau steroid mengikuti lama kerjanya sebelum pajanan tersebut bisa dieliminasi oleh host. Jadi saran saya
1. Jika tidak mengancam nyawa (anaphylaxis), berikan oral antihistamin atau topikal steroid saja
2. Jika berdasarkan pertimbangan dokter memang harus diinjeksi walau tanpa ada anafilaksis, berdasarkan patofisiologinya harusnya dimulai dari diphenhydramine dl
3. Berkaitan no. 2, pasien wajib observasi dahulu dalam 1/2 - 1 jam dan telah diberi inform consent. Jika keluhan berlanjut atau menjadi syok (bukan hipotensi), epinefrin dapat diberikan.
4. Kalaupun butuh steroid, sebaiknya gunakan hidrokortison jika memungkinkan agar kerjanya lebih cepat, potensi steroid dan efek sampingnya lebih rendah, dan ia bisa menjaga hemodinamik. Notes:
Saya paham bahwa di klinik dan RS pada umumnya lebih tersedia dexamethasone daripada hidrokortison. Oleh karenanya dimohon jika akhirnya terpaksa memakai dexamethasone, pertimbangkan benefit and risk nya benar2. Saya belum pernah mendapati orang perburukan jika tidak diberikan dexamethasone, tetapi ada yang pernah hampir diseret ke hukum karena tidak tersedia epinefrin di faskes. Sekian, Terima kasih. Smoga membantu terapi sejawat agar rasional dengan berbagai tuntutan resiko hukum terhadap profesi kita.
16 Oktober 2023, 06:21
dr. Putu Gizha Satrya Gautama M, SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
1. Penegakan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kalau perlu pemeriksaan penunjang untuk mengetaui apa pencetus munculnya urtika tersebut
2. Edukasi pasien mengenai penyakitnya dan untuk menghindari kemungkinan alergen pencetus
3. Tatalaksana medikamentosa, yang meliputi:
- lini 1: antihistamin gen 1/2 (oral/injeksi)
- lini 2: steroid dosis tinggi pada kasus urtika berat (disarankan untuk melakukan biopsi kulit sebelumnya untuk lebih memastika kausa urtika)
- lini 3: plasmafaresis, imunosupresan, dll
Jadi jika urtikaria yg dialami tidak berat, pemberian antihistamin saya rasa cukup sebagai terapi awal dok sambil kita evaluasi klinis pasien.
Semoga membantu