Distimia, juga dikenal sebagai gangguan depresi persisten (Persistent Depressive Disorder, PDD). Distimia merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan...
Mengenal distimia (persistent depressive disorder) - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Mengenal distimia (persistent depressive disorder)
Distimia, juga dikenal sebagai gangguan depresi persisten (Persistent Depressive Disorder, PDD). Distimia merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan perasaan depresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, selama minimal dua tahun (APA, 2013). Sebuah studi yang dilakukan oleh Smoller et al. (2013) menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga depresi berisiko lebih tinggi mengalami gangguan ini. Selain itu, disregulasi neurotransmiter seperti serotonin dan norepinefrin juga berperan penting dalam patogenesis distimia. Faktor lingkungan, seperti peristiwa kehidupan yang penuh tekanan atau trauma masa kecil, dapat memperburuk kerentanan terhadap gangguan ini (Kendler et al., 2006). Kombinasi antara predisposisi genetik dan pengalaman lingkungan negatif meningkatkan risiko berkembangnya distimia.
Diagnosis distimia mengikuti kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5). Seseorang harus mengalami suasana hati depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, selama setidaknya dua tahun (APA, 2013). Selain itu, dua atau lebih gejala tambahan, seperti kelelahan, rendah diri, gangguan tidur, atau perubahan nafsu makan, harus ada.
Pendekatan pengobatan untuk distimia biasanya melibatkan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis. Terapi Kognitif Perilaku (CBT) adalah salah satu terapi psikologis yang paling efektif untuk distimia, dengan tujuan mengubah pola pikir negatif yang berkontribusi terhadap perasaan depresi. Studi yang dilakukan oleh Cuijpers et al. (2010) menunjukkan bahwa CBT secara signifikan mengurangi gejala distimia dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, antidepresan seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) dan Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI) sering digunakan dalam pengobatan farmakologis distimia. Sertraline, fluoxetine, dan venlafaxine adalah beberapa contoh SSRI dan SNRI yang digunakan (Thase et al., 2012). Kombinasi antara terapi obat dan psikoterapi menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan salah satu metode saja.
Distimia adalah gangguan mood kronis yang dapat berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari penderita. Meskipun tidak seberat depresi mayor, sifatnya yang persisten memerlukan intervensi pengobatan jangka panjang yang tepat. Pengenalan dini dan perawatan yang terkoordinasi dapat membantu pasien distimia mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
American Psychiatric Association (APA) (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Washington, DC: American Psychiatric Association.
Cuijpers, P., Andersson, G., Donker, T., & van Straten, A. (2010). Psychological treatment of depression: Results of a series of meta-analyses. Nordic Journal of Psychiatry, 64(6), 468-477.
Kendler, K. S., Karkowski, L. M., & Prescott, C. A. (2006). Causal relationship between stressful life events and the onset of major depression. American Journal of Psychiatry, 156(6), 837-841.
Smoller, J. W., Kendler, K. S., Craddock, N., Lee, P. H., Neale, B. M., Nurnberger, J. I., & Sullivan, P. F. (2013). Identification of risk loci with shared effects on five major psychiatric disorders: A genome-wide analysis. The Lancet, 381(9875), 1371-1379.
Thase, M. E., Friedman, E. S., Biggs, M. M., Wisniewski, S. R., Trivedi, M. H., & Luther, J. F. (2012). Cognitive therapy, medication, or the combination: Treatment outcomes of chronic forms of major depression. Journal of Affective Disorders, 136(3), 991-1000.