Izin mejawab pertanyaan,

Terapi COVID-19 secara definitif hingga saat ini belum diketahui. Adapun antivirus yang digunakan seperti fluvir maupun favipiravir hanya bersifat untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat COVID. Pada pasien dengan komorbid HT dan DM maka harus dievaluasi, apakah gejala pasien termasuk ringan sedang berat? apakah ada tanda pneumonia bakterial yang nyata seperti demam tinggi, sesak napas, infiltrat pada foto dada? 

Sehingga perlu dipastikan bagaimana gejala klinis yang menyertai baru dapat diputuskan antibiotik dan antivirus dapat diberikan atau tidak, tidak bisa digeneralisasi walaupun pasien mungkin isolasi mandiri, namun antibiotik maupun antivirus dapat diberikan sesuai dengan indikasi yang tepat. 

Semoga membantu ya

 

Alo dokter, ikut berdiskusi..

Terapi definitif untuk COVID-19 masih belum diketahui, dan belum ada obat yang efikasi dan keamanannya terbukti. Pemberian antibiotik maupun antiviral memiliki risiko interaksi obat dan efek samping obat. Pada pedoman tata laksana COVID-19 edisi 2, pada bulan Agustus 2020, tertulis strategi pengelolaan kadar glukosa pada gejala ringan adalah:

• Umumnya di rawat jalan
• Obat antidiabetes oral dan insulin dapat dilanjutkan sesuai dengan regimen awal
• Progresivitas COVID-19 dapat dipercepat dan diperburuk dengan adanya hiperglikemia, sehingga direkomendasikan untuk meningkatkan frekuensi pemantauan glukosa darah mandiri, dan berkonsultasi dengan dokter untuk penyesuaian dosis bila target glukosa tidak tercapai.
• Prinsip-prinsip pengelolaan diabetes di rawat jalan pada pasien COVID-19 mengikuti kaidah sick day management pada penyandang diabetes.  

 

Alo Dokter,Jika tdk ada keluhan Covid, maka pengobatan yg diberikan berupa obat hipertensi dan diabetesnya saja dok. Lalu jangan lupa utk koordinasi dgn puskesmas setempat agar jika (amit-amit) ada perburukan akan lebih mudah evakuasinya. Jika memungkinkan disarankan utk pasien memiliki tensimeter, glukometer dan oksimeter utk pengawasan mandiri di rumah dokter.