ALO Dokter, Ijin bertanya, bila menemukan kasus:1. Kasus pasien skrining COVID (dari anamnesis tidak ditemukan gejala dan kecurigaan kontak dengan pasien...
Rapid test dan PCR COVID-19 apakah terdapat perbedaan dari hasil masing-masing test - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Rapid test dan PCR COVID-19 apakah terdapat perbedaan dari hasil masing-masing test
ALO Dokter,
Ijin bertanya, bila menemukan kasus:
1. Kasus pasien skrining COVID (dari anamnesis tidak ditemukan gejala dan kecurigaan kontak dengan pasien positif COVID) dengan Rapid Test positif (baik salah satu antara IgM/IgG atau keduanya positif), sedangkan hasil PCR negatif. Pasien sudah melakukan pemeriksaan Rapid test di 2 tempat dan hasilnya konsisten positif.
2. Sama dengan kasus pertama Rapid Test COVID positif baik IgM dan IgG, sedangkan PCR negatif. Kebetulan kasus kedua ini pasien perlu melakukan perjalanan ke luar kota sehingga membutuhkan hasil rapid test. Sudah 2 kali PCR hasilnya negatif, sedangkan rapid test setelah PCR negatif konsisten dengan hasil positif. Pasien kedua ini juga tidak memiliki gejala dan kecurigaan kontak dengan pasien positif.
Untuk onset kedua kasus ini saya sedikit miss untuk menggali lebih lanjut, Dok.
Yang ingin saya tanyakan adalah:
1. Bagaimana rasionalisasi dari kedua kasus ini, apakah masih termasuk false positive dari hasil rapid (reaksi silang, infeksi virus corona yang lain?)
2. Apakah kita tetap perlu berpatokan pada golden standard, yaitu PCR?
3. Approach yang kita jelaskan kepada pasien yang bingung dengan hasil rapid yang positif sedangkan PCR negatif. Karena nanti dampaknya berurusan dengan pekerjaan, mobilitas, maupun biaya pemeriksaan.
Bagaimana menurut pendapat TS sekalian. Terima kasih.
1. Pada kasus demikian, saran sebaiknya dilakukan saja Pemeriksaan swab ulang dengan interval setiap minimal 2 hari. jika telah dilakukan swab minimal 2x dengan interval 2hari dengan hasil negatif maka dapat dipastikan tidak terdapat infeksi covid tentunya aspek klinik jg jadi pertimbangan. Rapid itu bisa bertahan reaktif sampai 6 bulan secara teori dan memang betul Sangat bisa terjadi false Positif akibat cross reaction dengan berbagai kondisi komorbid yang belum bisa kita pahami atau masih idiopatik. sehingga tidak perlu diulang-ulang lagi rapidnya karena terus akan reaktif. Yang perlu sering diulang adalah swab
2. Kurang lebih sama saja dengan kasus pertama. Namun jika pada kasus ini telah di swab pcr 2x dan negatif maka kondisi seperti pada poin 1
ALO dr. Wirya,
Terima kasih infonya dok untuk mengingatkan quality assurance dari laboratorium. Wah bisa sampai 6 bulan ya dok, kalau menurut pendapat dokter untuk kasus kedua ini jika memang pasien akan berulang untuk melakukan perjalanan ke luar kota, ketika expired hasil swabnya apakah tetap bisa di rapid dulu dok? Mengingat perbedaan harga yang 10 kali lipat. :)
Terima kasih.
Alo Dokter, izin ikut berdiskusi ya dok,
sebelumnya saya juga setuju dengan pendapat dr. Wirya Sastra Amran, Sp. P,
izin menambahkan dok, terkait kasus yang dokter sampaikan, jika didapatkan hasil rapid positif dengan swab pcr negatif, bisa jadi pasien sudah dalam fase recovery atau kemungkinan lainnya yaitu hasil PCR swab test false negative. Sampai saat ini, PCR memang masih menjadi golden standart, namun tetap perlu juga untuk melihat dan menyesuaikannya dengan perjalanan klinis atau gejala yang dialami pasien. Karena pada penelitian, juga ditemukan hasil false negatif dari pemeriksan PCR. Terimakasih dokter.
https://www.bmj.com/content/369/bmj.m1808
ALO dr. Wirya,
Terima kasih infonya dok untuk mengingatkan quality assurance dari laboratorium. Wah bisa sampai 6 bulan ya dok, kalau menurut pendapat dokter untuk kasus kedua ini jika memang pasien akan berulang untuk melakukan perjalanan ke luar kota, ketika expired hasil swabnya apakah tetap bisa di rapid dulu dok? Mengingat perbedaan harga yang 10 kali lipat. :)
Terima kasih.
Pemeriksaan rapidnya secara massal ya dok? Setuju dok, idealnya memang swab dilakukan dua kali tapi kalau pemeriksaan dilakukan mandiri (bukan krn suspek) biasanya akan terkendala biaya dok. Kalau pengalaman saya merujuk pada pedoman dari kolegium patklin, jika rapid testnya reaktif walaupun swabnya negatif tetap dianjurkan utk isolasi mandiri. Namun, terkait pekerjaan (jika ingin melakukan perjalanan dinas) boleh menunjukkan hasil PCR yg negatif tapi baru- baru ini DKI Jakarta tdk lagi mensyaratkan rapid test ataupun PCR sebagai syarat SIKM, sebagai gantinya skrg menggunakan CLM (corona likehood metric) melalui aplikasi Jaki.
Sekedar sharing juga, sebagai alternatif skrining masal bisa melakukan pemeriksaan serologi yg tdk bereaksi silang dgn infeksi coronavirus lain, di P*rodia sudah bisa dilakukan dok.
Hi dr. Pika,
Bukan skrining masal si dok kaya skrining biasa, biasanya karena bandara membutuhkan atau kantor yang minta (aku ga tau apakah terminologinya skrining masal apa nga ya?)
Wah dok, sudah pernah coba belum dok yang CLM itu? Boleh info teknisnya gimana?