Alo dokter. Saya memiliki pasien dengan retensio placenta. Setelah masuk 2000cc cairan kristaloid, minimal respon, TTV tetap tidak stabil, dan urin output...
Resusitasi cairan pasien syok hemoragik di layanan primer - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Resusitasi cairan pasien syok hemoragik di layanan primer
Alo dokter. Saya memiliki pasien dengan retensio placenta. Setelah masuk 2000cc cairan kristaloid, minimal respon, TTV tetap tidak stabil, dan urin output kurang dari 100cc, perdarahan belum teratasi krn tidak bisa dilakukan manual plasenta di puskesmas. Dipuskesmas tidak ada cairan koloid apalagi transfusi darah. Jarak RS rujukan sekitar 1,5 jam dari puskesmas. Jika pemberian kristaloid respon minimal, apakah bisa tetap dilanjutkan loading cairan kristaloidnya? Berapa cc maksimal pemberian cairan yg bisa diberikan? Mohon pencerahan dari dokter sekalian.
Dalam kasus retensio placenta dengan tanda-tanda klinis ketidakstabilan seperti yang Anda sebutkan, tindakan yang tepat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa pasien. Berikut adalah langkah-langkah penanganan darurat yang dapat Anda pertimbangkan:
1. Pemberian Cairan Kristaloid (NaCl 0.9%, RL, RD5, dll)
- Jumlah Cairan: Pemberian cairan kristaloid umumnya dimulai dengan 1000-2000 cc dan dapat dilanjutkan sesuai respons klinis. Jika cairan kristaloid telah diberikan 2000 cc dan responsnya minimal, Anda dapat melanjutkan pemberian cairan tambahan, tetapi harus hati-hati.
-Total Cairan: Total cairan kristaloid yang diberikan dapat mencapai 3000-4000 cc, tetapi jika tidak ada perbaikan, pertimbangkan untuk beralih ke cairan koloid (HES) jika tersedia atau segera rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
2. Pemeriksaan dan Penanganan Darurat
- Tanda Vital: Monitor tanda vital secara terus-menerus. Jika tanda vital tetap tidak stabil, dan output urin kurang dari 100 cc, pasien mungkin mengalami syok hipovolemik yang membutuhkan tindakan lebih lanjut.
- Penanganan Perdarahan: Jika manual removal of placenta tidak berhasil dan tidak tersedia opsi lain di puskesmas, pertimbangkan langkah-langkah sementara seperti bimanual compression jika Anda terampil dan bisa dilakukan dengan aman.
- Rujukan: Persiapkan rujukan segera ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap. Jarak 1,5 jam adalah waktu yang cukup lama, sehingga penanganan awal yang optimal sangat penting.
3. Penanganan Komplikasi, Bimanual Compression dan Balon Tamponade bisa dipertimbangkan jika manual removal of placenta tidak berhasil dan plasenta masih berada di dalam rongga uterus. Bimanual compression mungkin dilakukan jika Anda memiliki keterampilan untuk melakukannya. Ini dapat membantu mengendalikan perdarahan sambil menunggu rujukan. Jika balon tamponade tersedia dan Anda bisa menggunakannya dengan aman, ini bisa menjadi alternatif untuk mengendalikan perdarahan.
4. Edema Paru
- Monitoring Edema Paru: Anda benar untuk mengkhawatirkan risiko edema paru. Perhatikan tanda-tanda seperti ronchi, dispnea, atau pembengkakan ekstremitas. Jika ronchi muncul, ini bisa menunjukkan edema paru yang terkait dengan volume cairan yang berlebihan.
- Tatalaksana Edema Paru: Jika edema paru terdeteksi, hentikan pemberian cairan kristaloid dan pertimbangkan untuk memberikan diuretik jika tersedia. Perawatan tambahan termasuk oksigenasi dan monitoring lebih lanjut diperlukan.
Keputusan Anda untuk melanjutkan pemberian cairan kristaloid sampai 4000 cc memang bisa diterima dalam konteks kasus syok hipovolemik, tetapi harus diimbangi dengan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda komplikasi seperti edema paru. Jika terdapat ronchi, segera hentikan cairan dan pertimbangkan tatalaksana edema paru yang sesuai.
Semoga informasi ini membantu dalam penanganan kasus Anda.
ALO Dokter,
Berikut penanganan perdarahan postpartum dengan retensio plasenta:
1. Hentikan perdarahan:
- Keluarkan plasenta dan kontraksikan uterus:
- Jika tali pusat masih ada, lakukan traksi secara lembut
- Jika tidak berhasil, lakukan ekstraksi manual plasenta dengan tangan yang menggunakan sarung tangan
- Jika plasenta melekat, diperlukan suction atau kuretase. Jika ini tidak mengontrol perdarahan, diperlukan penanganan bedah dengan ligasi arteri atau hingga akhirnya, histerektomi
- Lanjutkan pijatan bimanual untuk kontraksi uterus:
- Jika tidak berhasil, gunakan tamponade uterus dengan balon. Jika tidak ada perangkat khusus, dapat menggunakan kondom yang ditempelkan pada ujung kateter urin dan diisi dengan 250 atau 500 ml saline sebagai langkah sementara sebelum penanganan operatif
2. Lanjutkan pemberian obat uterotonik seperti oksitosin
3. Berikan asam traneksamat secara intravena
4. Setelah pemberian 2 liter kristaloid, pemberian bolus cairan kristaloid lebih lanjut secara masif hanya akan memperburuk perdarahan (asidosis, dilusi faktor pembekuan darah, dll.)
- Diperlukan darah jika tersedia dari bank darah
- Pemberian epinefrin atau norepinefrin intravena secara perifer selama perjalanan ke perawatan definitif (pengendalian perdarahan melalui pembedahan) dapat menjaga tekanan darah cukup lama untuk sampai ke sana
Alo dokter, pada kondisi terdesak dan terjepit seperti yang dokter alami dimana tidak ada koloid apalagi darah, maka pemberian kristaloid bisa tetap diberikan ya dok. ini perlu digarisbawahi bahwa hanya pada kondisi terdesak, terjepit, dan tidak ada pilihan lain.
tindakan yang juga bisa dilakukan tetapi sering dilupakan adalah posisikan pasien pada posisi shock. ini sangat membantu pasien karena dengan posisi tersebut, darah di ekstremitas inferior akan berpindah ke superior dengan perkiraan 300-500cc
terima kasih dokter
ALO Dokter, berikut penatalaksanaan retentio plasenta: https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/retensio-plasenta/penatalaksanaan