Kombinasi analgesik dan vitamin B neurotropik menawarkan pendekatan yang efektif untuk mengatasi nyeri tipe campuran. Nyeri ini seringkali menjadi tantangan dalam manajemen nyeri, terutama pada pasien dengan kondisi kronis. Pemahaman tentang jenis-jenis nyeri, seperti nyeri nosiseptif dan neuropatik, sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat.
Berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP) tahun 2020, nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan/potensi kerusakan jaringan atau menyerupai sensasi kerusakan jaringan/potensi kerusakan jaringan.[1]
Berdasarkan mekanismenya, nyeri dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu nyeri nosiseptif, nyeri neuropatik, dan nyeri campuran. Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang disebabkan oleh stimulasi ujung saraf nosiseptif primer pada jaringan yang memicu proses inflamasi. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi dari serabut saraf, baik itu saraf pusat maupun saraf perifer. Nyeri campuran adalah nyeri yang disebabkan oleh mekanisme gabungan antara nyeri nosiseptif dan neuropatik.[2]
Prinsip Manajemen Nyeri Tipe Campuran
Nyeri tipe campuran potensial terjadi pada kasus-kasus nyeri kronis seperti nyeri punggung bawah, yang mencakup nyeri skiatika dan stenosis spinal. Selain itu, nyeri sendi kronis seperti nyeri osteoartritis dan nyeri sendi temporomandibular, nyeri pasca operasi, serta nyeri kanker juga dapat menjadi contoh nyeri tipe campuran.[3]
Diagnosis nyeri tipe campuran saat ini dibuat berdasarkan pertimbangan klinis hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang adekuat. Prinsip tata laksana pasien dengan nyeri campuran adalah dengan memberikan agen kombinasi untuk mengatasi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Selain itu, perlu juga dilakukan pengkajian pengelolaan gangguan tidur, depresi dan kecemasan pada pasien.[3]
Peran Analgesik dan Vitamin B dalam Manajemen Nyeri
World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan panduan tata laksana nyeri sejak tahun 1996 yang dikenal sebagai WHO pain ladder dan terdiri dari 3 tahapan manajemen nyeri. Tahapan pertama berupa pemberian analgesik nonopioid seperti paracetamol dan antiinflamasi nonsteroid, yang dapat dikombinasikan dengan analgesik ajuvan. Tahapan kedua, apabila nyeri tidak membaik, dapat ditambahkan opioid lemah. Apabila nyeri masih belum teratasi, dapat diberikan opioid kuat bersamaan dengan analgesik nonopioid dan analgesik adjuvan.[4]
Vitamin B1
Vitamin B1 atau dikenal sebagai tiamin memiliki fungsi utama dalam metabolisme energi seluler, sebagai kofaktor esensial untuk konversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan oleh sel-sel saraf. Secara lebih rinci, tiamin berperan penting pada jalur biokimia pembentukkan energi pada siklus asam sitrat.[5]
Proses ini menghasilkan energi untuk berbagai proses seluler dan reaksi pada sistem saraf. Sehingga, tiamin juga berperan penting untuk mempertahankan membran sel saraf atau selubung mielin, serta pembentukan mielin dan beberapa jenis neurotransmiter seperti asetilkolin dan serotonin. Selain itu, tiamin juga memiliki fungsi sebagai antioksidan.[5]
Vitamin B6
Vitamin B6 atau dikenal sebagai piridoksin terutama berperan penting pada sintesis neurotransmiter seperti dopamine, serotonin, dan asam gamma aminobutirat (GABA). Piridoksin juga memiliki fungsi neuroprotektif terkait kemampuannya dalam pengaturan sistem glutamatergik.[5]
Di dalam sel, vitamin B6 akan mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif yang berperan pada metabolisme protein dan asam amino serta menjadi kofaktor pada sintesis sfingolipid yang penting dalam pembentukan mielin.[5]
Vitamin B12
Vitamin B12 atau dikenal sebagai kobalamin memiliki peran esensial sebagai koenzim pada berbagai proses biokimia dalam mempertahankan atau mengembalikan fungsi sistem saraf. Konsensus multidisiplin tahun 2023 merekomendasikan vitamin B kombinasi untuk tata laksana neuropati perifer atau nyeri neuropatik.[5,6]
Pemberian Kombinasi Paracetamol dan Vitamin B Neurotropik untuk Manajemen Nyeri
Kombinasi paracetamol sebagai agen antinyeri nosiseptif dengan vitamin B kombinasib(vitamin B neurotropik) sebagai antinyeri neuropatik memiliki efek sinergistik yang baik untuk manajemen nyeri tipe campuran.[7]
Studi in vitro pada tahun 2005 melaporkan kombinasi paracetamol dengan vitamin B kombinasi pada pemberian oral ke hewan coba memberikan efek sinergistik yang dapat bermanfaat dalam tata laksana nyeri.[7]
Sebuah studi acak terkontrol di Meksiko pada tahun 2010 membandingkan kombinasi analgesik dan vitamin B neurotropik dengan analgesik tunggal pada pasien pediatrik yang mengalami nyeri pascaoperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima kombinasi vitamin B dan paracetamol memiliki skor nyeri yang lebih rendah, terutama saat keluar rumah sakit, dibandingkan dengan yang hanya menerima paracetamol. Selain itu, tidak ditemukan masalah keamanan dalam penggunaan kombinasi paracetamol dan vitamin B.[8]
Kesimpulan
Nyeri tipe campuran merupakan jenis nyeri yang seringkali dialami oleh pasien dengan nyeri kronis dan merupakan kombinasi dari nyeri nosiseptif dan neuropatik. Kondisi ini sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Prinsip tata laksana pasien dengan nyeri tipe campuran adalah dengan memberikan agen kombinasi untuk mengatasi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Kombinasi paracetamol dan vitamin B neurotropik memiliki efek sinergistik yang dapat bermanfaat dalam manajemen pasien dengan nyeri tipe campuran dan dalam manajemen nyeri pascaoperasi. Kombinasi paracetamol dengan vitamin B aman digunakan untuk manajemen nyeri selama pedoman dosis diikuti.