Vitrektomi dini diperkirakan bermanfaat untuk terapi perdarahan vitreus karena terapi konservatif saja dan vitrektomi yang terlambat dilaporkan dapat menyebabkan ablatio retina, glaukoma, dan pigmentary retinopathy. Risiko-risiko ini terutama lebih besar pada perdarahan vitreus yang dense.[1]
Vitreus adalah cairan transparan berbentuk gel yang berfungsi untuk mempertahankan struktur bola mata. Vitreus tersusun dari 98–99% air. Sisanya adalah kolagen, asam hyaluronat, dan elektrolit. Perdarahan pada kavum vitreus disebut sebagai perdarahan vitreus. Pasien dengan perdarahan vitreus tidak merasakan nyeri tetapi mengeluhkan floaters, pandangan berkabut atau berbayang, dan gangguan tajam penglihatan sesuai banyaknya perdarahan pada aksis visual.[2,3]
Opsi Terapi Perdarahan Vitreus
Tiga penyebab tersering perdarahan vitreus adalah proliferative diabetic retinopathy (PDR), posterior vitreous detachment (PVD), dan trauma mata (59–88,5%). Terdapat berbagai pilihan terapi untuk mengatasi perdarahan vitreus, yaitu terapi konservatif, laser fotokoagulasi, krioterapi dan diatermi, pars plana vitrektomi (PPV), dan injeksi anti-VEGF (anti-vascular endothelial growth factor).[2,3]
Selama ini, PPV dilakukan jika perdarahan vitreus berkaitan dengan ablatio retina atau perdarahan yang tidak menghilang setelah follow-up 1–3 bulan. Kapan waktu yang tepat untuk PPV sering menjadi perdebatan antara para ahli vitreoretina.[4-6]
PPV dini (<7 hari) bisa membantu evaluasi diagnosis dan terapi yang tepat karena dapat membuat visual aksis jernih lebih cepat, mencegah ablatio retina retraksional, dan mencegah proliferative vitreoretinopathy (PVR). Namun, ada banyak tantangan saat melakukan vitrektomi dini, yaitu risiko perdarahan yang besar dan penanganan PVD yang lebih sulit.[4-6]
Pars Plana Vitrektomi pada Perdarahan Vitreus Diabetik
Penelitian Glassman, et al. melibatkan 205 mata yang mengalami perdarahan vitreus akibat proliferative diabetic retinopathy. Pasien secara acak dibagi menjadi kelompok injeksi anti-VEGF (aflibercept) dan kelompok vitrektomi dengan fotokoagulasi.[6]
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata perdarahan vitreus hilang pada minggu ke-36 pada kelompok aflibercept dan minggu ke-4 pada kelompok vitrektomi dengan fotokoagulasi (p<0,001). Tajam penglihatan tidak berbeda signifikan antara kedua kelompok pada minggu ke-24, tetapi kelompok vitrektomi dengan fotokoagulasi mengalami perbaikan penglihatan yang lebih cepat.[6]
Studi Glassman, et al. ini berkesimpulan bahwa injeksi anti-VEGF maupun vitrektomi dengan fotokoagulasi sama-sama merupakan opsi terapi yang baik untuk perdarahan vitreus akibat proliferative diabetic retinopathy. Namun, vitrektomi dan fotokoagulasi membuat perdarahan hilang lebih awal dan memperbaiki penglihatan lebih cepat.[6]
Pars Plana Vitrektomi pada Perdarahan Vitreus Nondiabetik
Chauhan, et al. meneliti hasil vitrektomi pada 110 pasien perdarahan vitreus akibat trauma. Pasien dibagi ke dalam beberapa kategori waktu, yaitu vitrektomi di hari yang sama dengan trauma (0 hari), vitrektomi dini (1–7 hari), vitrektomi ditunda (8–14 hari), dan vitrektomi late (>14 hari).[5]
Hasil menunjukkan bahwa kelompok yang menjalani vitrektomi pada hari yang sama dengan trauma (0 hari) memiliki hasil tajam penglihatan terbaik, insiden PVR terendah, dan angka enukleasi terendah (p<0,05). Kelompok vitrektomi late (>14 hari) memiliki insiden PVR dan angka enukleasi tertinggi. Studi ini menyimpulkan bahwa vitrektomi dini bermanfaat untuk mengurangi risiko PVR dan enukleasi pada pasien dengan perdarahan vitreus traumatik.[5]
Foo, et al. melakukan penelitian pada 96 mata yang mengalami perdarahan vitreus nondiabetik. Sebanyak 72 mata (75%) menjalani vitrektomi dini, sebanyak 19 mata (20%) menjalani terapi konservatif, dan sebanyak 5 mata (5%) menjalami vitrektomi late. Hasil menunjukkan perbaikan best corrected visual acuity (BCVA) yang paling signifikan pada kelompok vitrektomi dini (p=0,00001), yaitu dari rata-rata 1,95 ±1,19 logMAR menjadi 0,92±1,19 logMAR.[7]
Penelitian Foo, et al. ini berkesimpulan bahwa vitrektomi dini memberikan keuntungan lebih daripada terapi konservatif karena membantu mendapatkan diagnosis tepat lebih awal, mengurangi intervensi lebih lanjut, dan mengurangi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit.[7]
Zhang, et al. melakukan penelitian pada 105 mata yang mengalami perdarahan vitreus nontraumatik dan nondiabetik lalu menjalani vitrektomi dini. Vitrektomi dilakukan pada rata-rata 7,1 hari. Vitrektomi dini memberikan perbaikan tajam penglihatan pada 100 mata (95%), dengan rata-rata tajam penglihatan awal 1,85 logMAR menjadi 0,22 logMAR pascaoperasi (p<0,001).[1]
Pada penelitian Zhang, et al. ini, vitrektomi dilaporkan menyebabkan efek samping berupa katarak (20 mata), peningkatan tekanan bola mata (10 mata), ablatio retina rhegmatogenous (4 mata), dan perdarahan vitreus rekuren (2 mata). Namun, penelitian ini berkesimpulan bahwa vitrektomi dini memiliki manfaat yang lebih besar daripada risikonya. Studi lebih lanjut dengan populasi lebih besar diperlukan untuk konfirmasi temuan ini.[1]
Kesimpulan
Kasus perdarahan vitreus yang ditangani secara konservatif atau ditangani dengan vitrektomi terlambat dilaporkan dapat mengalami glaukoma, pigmentary retinopathy, dan ablatio retina, terutama bila perdarahannya dense. Oleh sebab itu, vitrektomi dini dipertimbangkan sebagai terapi perdarahan vitreus.
Menurut bukti saat ini, vitrektomi dini dapat membantu perdarahan menghilang lebih awal dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lebih baik. Selain itu, pada kasus perdarahan vitreus akibat trauma, vitrektomi dini terbukti mengurangi risiko proliferative vitreoretinopathy (PVR) dan enukleasi.
Vitrektomi dini memiliki beberapa risiko, seperti katarak, ablatio retina rhegmatogenous, peningkatan tekanan bola mata, dan perdarahan vitreus rekuren. Namun, manfaatnya dilaporkan lebih besar daripada risikonya. Studi lebih lanjut mungkin masih diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini.[3,7]